Navalny Desak Politisi Barat Beri Sanksi ke Oligarki Rusia

Mereka yang dimaksud Navalny adalah rombongan Vladimir Putin

Moscow, IDN Times - Tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, di balik jeruji besi mendesak para politisi Barat untuk memberi sanksi kepada oligarki Rusia saat ini atas kasus korupsi yang melibatkannya. Oligarki yang dimaksud dari Navalny sendiri adalah rombongan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Bagaimana awal ceritanya?

1. Ia juga mengecam para pemimpin negara-negara Barat karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah ini 

Navalny Desak Politisi Barat Beri Sanksi ke Oligarki RusiaPolitisi oposisi Rusia, Alexei Navalny. (Instagram.com/navalny)

Dilansir dari The Guardian, Navalny dalam pernyataannya pada hari Kamis, 19 Agustus 2021, waktu setempat mengecam para pemimpin Barat karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengatasi apa yang dia akui sebagai masalah rumit. Dia juga mengatakan kelangsungan hidupnya sendiri setelah terkena novichok hanya karena ketidakmampuan dan korupsi di dalam badan mata-mata Rusia, FSB Rusia.

Dengan gaya ironis yang khas, Navalny memulai tepat setahun yang lalu di mana dirinya hampir tewas karena keracunan senjata kimia dan tampaknya korupsi tidak hanya memainkan peran kecil saja. Ia juga berpendapat para pemimpin Barat enggan untuk menghadapi masalah korupsi ketika orang yang bertanggung jawab sering berdiri di samping mereka pada konferensi pers pasca KTT. Tema tersebut menurutnya perlu dipromosikan dari item sekunder menjadi apa yang disebut sebagai agenda besar, bersama dengan perang, migrasi, kemiskinan, dan krisis iklim.

2. Pernyataan yang disampaikan Navalny kemungkinan membuat pihak Kremlin geram  

Navalny Desak Politisi Barat Beri Sanksi ke Oligarki RusiaGedung Kremlin Rusia. (Pixabay.com/Peggy_Marco)

Pernyataan yang disampaikan oleh Navalny kemungkinan akan membuat pihak Kremlin
geram, di mana dia mendesak pemerintah Barat untuk menjatuhkan sanksi pribadi kepada oligarki Rusia yang dekat dengan Putin. Kecuali ini terjadi, retorika anti-korupsi apa pun dari Barat akan dianggap sebagai permainan dan hawa panas. Dia juga menambahkan tidak ada yang lebih frustrasi dibandingkan membaca daftar sanksi terbaru, penuh dengan nama-nama kolonel dan jenderal dinas intelijen yang belum pernah didengar siapa pun, tetapi dengan cermat membersihkan orang-orang yang kepentingannya bertindak oleh para kolonel ini.

Pihak Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari yang sama mengunggah cuitannya di media sosial Twitter dengan memberikan penjelasannya sendiri tentang apa yang terjadi setahun yang lalu. Ketika itu, Navalny ambruk di atas pesawat yang kembali ke Moskow dari Siberia, namun pihaknya juga mengklaim Navalny tidak diracuni dan ia langsung dievakuasi ke Berlin dalam keadaan koma.

Tak sampai di situ, Rusia menuduh Jerman, Amerika Serikat, dan lainnya terlibat dalam rencana untuk mendiskreditkan Rusia. Menanggapi itu, wakil Navalny, Leonid Volkov, menolak tuduhan itu sebagai omong kosong serta memalukan bagi negara Rusia.

Baca Juga: Pengadilan Rusia Putuskan Organisasi Navalny sebagai Ekstremis

3. Sekutu Navalny dilarang ikut ambil bagian dalam Pemilu Rusia pada September 2021 ini

Navalny Desak Politisi Barat Beri Sanksi ke Oligarki RusiaBendera Rusia. (Pixabay.com/IGORN)

Sekutu Navalny dilarang untuk ikut ambil bagian dalam Pemilu Rusia yang digelar pada bulan September 2021 ini dan Rusia Bersatu, yang mendukung Putin, diperkirakan akan menang meskipun popularitasnya merosot. Pemilu tersebut dipandang sebagai jalan kering untuk Pemilu Presiden Rusia tahun 2024 ini dan Putin sendiri masih belum tahu apakah bersedia untuk mencalonkan diri lagi. Pihak Sekutu Navalny sendiri mengatakan kampanye tersebut berada di bawah tekanan pemerintah Rusia.

Kepolisian pada minggu ini telah datang ke 300 rumah pendukung yang terdaftar dalam database pendukung terdaftar yang sudah bocor sebelumnya. Pihak berwenang mengatakan Navalny bersama sekutunya merupakan ekstremis yang berniat untuk mengacaukan Rusia. Leonid Volkov menilai pihak berwenang mungkin memblokir situs web yang digunakan untuk mengatur kampanye Pemilu cerdas.

Pada tahun 2019 lalu, Navalny menyatakan taktik pemungutan suara cerdasnya sukses di Pemilu Regional Moskow setelah 20 kandidat yang didukung oleh rencananya memenangkan kursi legislatif kota Moskow. Pihak Kremlin mengecilkan gagasan rencana itu sebagai ancaman serta pihaknya lebih prihatin dengan ketidakpuasan atas standar hidup yang stagnan.

Baca Juga: Alexei Navalny akan Akhiri Aksi Mogok Makan

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya