Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif. (The Trump White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menandatangani kebijakan perdagangan baru pada Kamis (13/2/2025). AS akan menerapkan tarif impor yang sama persis dengan tarif yang dikenakan negara lain pada produk AS.

Selama ini, AS mengenakan tarif impor rata-rata hanya 3 persen, dinilai jauh lebih rendah dari kebanyakan negara lain. Trump melihat hal ini merugikan AS karena negara lain bisa dengan mudah menjual produk mereka ke AS, sementara produk AS sulit masuk ke negara lain karena tarif tinggi.

Trump mengatakan kebijakan ini akan mengembalikan keadilan dalam perdagangan global.

"Soal perdagangan, saya telah memutuskan untuk mengenakan tarif timbal balik demi keadilan. Artinya, berapapun tarif yang dikenakan negara lain pada AS, kami akan mengenakan tarif yang sama pada mereka. Tidak lebih, tidak kurang," ujarnya, dilansir Al Jazeera. 

AS telah mengalami defisit perdagangan setiap tahun sejak 1975. Artinya, AS selalu mengimpor lebih banyak barang dibanding yang bisa diekspor. Pada 2024, defisit ini mencapai rekor lebih dari 1 triliun dolar AS (sekitar Rp16.200 triliun).

1. Tahapan penerapan kebijakan baru

Memorandum tersebut menugaskan Howard Lutnick, calon Menteri Perdagangan AS, dan Jamieson Greer, Perwakilan Khusus Perdagangan AS, melakukan penilaian dalam waktu 180 hari. Mereka akan mengkaji negara per negara untuk menentukan apakah diperlukan perbaikan dalam hubungan perdagangan bilateral dengan setiap negara.

Russell Vought, calon kepala Kantor Manajemen dan Anggaran AS, ditugaskan menyusun laporan dampak fiskal dari penerapan kebijakan ini dalam periode yang sama.

Implementasi tarif baru tidak akan langsung berlaku karena membutuhkan pengaturan pajak berbeda sesuai kebijakan tiap negara. Proses ini diperkirakan memakan waktu berminggu-minggu.

Pasar saham AS merespons positif pengumuman ini karena jadwal implementasi lebih longgar dari perkiraan. Indeks Dow Jones Industrial Average naik lebih dari 350 poin pada hari pengumuman. Biaya pinjaman yang tercermin dari suku bunga obligasi pemerintah 10 tahun juga turun.

2. Alasan kebijakan tarif balasan Trump

Brasil dijadikan salah satu contoh ketimpangan perdagangan yang ingin dikoreksi Trump. Negara Amerika Selatan itu mengenaan tarif 18 persen pada etanol AS, sementara AS hanya mengenakan tarif 2,5 persen. Akibatnya, AS mengimpor etanol senilai 200 juta dolar AS (sekitar Rp3,2 triliun) dari Brasil tapi hanya bisa mengekspor 52 juta dolar AS (sekitar Rp846 miliar).

Melansir situs Gedung Putih, Uni Eropa juga membatasi produk AS masuk ke pasar mereka. Dari 50 negara bagian AS, hanya dua yang boleh mengekspor kerang ke UE. AS mengimpor kerang senilai 274 juta dolar AS (sekitar Rp4,4 triliun) dari UE, tapi hanya bisa mengekspor 38 juta dolar AS (sekitar Rp618 miliar).

Peter Navarro, penasihat senior Gedung Putih, juga mengkritik sistem PPN UE yang mengenakan pajak rata-rata 22 persen pada produk AS di setiap tahap distribusi. Ia mencontohkan bagaimana sistem ini membuat mobil AS sulit bersaing di pasar Eropa.

"PPN UE menjadi contoh utama perdagangan tidak adil terhadap bisnis Amerika. Presiden Trump tidak akan membiarkan ini terus terjadi. Kebijakan baru ini akan melindungi pekerja Amerika," katanya, dilansir NYT. 

Melansir NBC News, Trump juga berencana mengenakan pajak tambahan pada sektor mobil, semikonduktor, dan obat-obatan. Pajak ini akan dikenakan di atas tarif balasan yang sudah ditetapkan. Artinya, tarif untuk sektor-sektor ini bisa lebih tinggi lagi.

3. Potensi dampak pada ekonomi global

Para ahli ekonomi memperingatkan kebijakan ini bisa memicu perang dagang. Negara-negara yang terkena tarif tinggi AS bisa terdorong untuk membalas dengan menaikkan tarif mereka lebih tinggi lagi. Hal ini dikhawatirkan bisa mengganggu rantai pasokan global yang sudah terjalin puluhan tahun.

Lembaga riset Brookings Institution memperkirakan hingga 177 ribu pekerja AS bisa kehilangan pekerjaan akibat kebijakan ini. Produsen mobil Ford memperingatkan industri otomotif AS akan sangat terganggu, terutama jika tarif tinggi dikenakan pada Kanada dan Meksiko.

CEO JP Morgan, Jamie Dimon, justru memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, kenaikan harga akibat tarif akan sepadan jika bisa memperbaiki keamanan nasional AS.

Bank sentral AS, Federal Reserve, belum mau berkomentar tentang dampak kebijakan ini pada ekonomi AS. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan kebijakan tarif adalah wewenang pejabat terpilih, bukan bank sentral.

Trump mengakui kebijakan ini bisa menaikkan harga barang impor dalam jangka pendek. Namun ia yakin AS akan diuntungkan dalam jangka panjang karena perusahaan akan memindahkan produksi mereka kembali ke AS untuk menghindari tarif tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik