Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jurnalis (pexels.com/David Peinado)
ilustrasi jurnalis (pexels.com/David Peinado)

Intinya sih...

  • Direktur DW, Peter Limbourg mengecam keras serangan tersebut dan menyerukan pertanggungjawaban segera dari Israel.

  • Pasukan Israel kerap targetkan para jurnalis baik di Tepi Barat maupun Gaza.

  • Hampir 1.000 warga Palestina di Tepi Barat tewas dibunuh tentara dan pemukim Israel.

Jakarta, IDN Times - Dua jurnalis dari media Jerman Deutsche Welle (DW) diserang oleh pemukim Israel saat meliput di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Insiden ini terjadi pada Jumat (4/7/2025), tepatnya di desa Sinjil di bagian utara Ramallah.

Dilansir dari MEE, koresponden dan juru kamera tersebut sedang meliput rencana protes terhadap kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim, ketika sekelompok pemukim melempari mereka dengan batu dan mengusir mereka dari lokasi.

Keduanya berhasil melarikan diri tanpa mengalami cedera, namun mobil milik juru kamera mengalami kerusakan parah. Selain DW, jurnalis dari media internasional lainnya yang berada di lokasi juga terpaksa melarikan diri setelah dihujani lemparan batu. Saat kejadian, tim DW mengenakan rompi pers, yang secara jelas menunjukkan identitas mereka sebagai jurnalis.

1. DW kecam serangan tersebut

Direktur DW, Peter Limbourg, mengecam keras serangan tersebut dan menyerukan pertanggungjawaban segera dari Israel.

“Serangan ini tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun, dan kami menuntut dengan jelas: pemerintah Israel harus menjamin keselamatan semua jurnalis di Tepi Barat,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, duta besar Jerman untuk Israel, Steffen Seibert, menyebut insiden itu sangat mengkhawatirkan.

"Kebebasan pers dan keselamatan para jurnalis harus dijamin. Mengingat terus meningkatnya kekerasan oleh pemukim ekstremis, pekerjaan mereka menjadi sangat penting," tulisnya di platform X.

Militer Israel, yang bertanggung jawab atas masalah keamanan di Tepi Barat, awalnya tidak memberikan komentar apa pun mengenai masalah ini. Seorang juru bicara kemudian mengatakan bahwa mereka akan memeriksa laporan tersebut, dilansir dari Haaretz.

2. Pasukan Israel kerap targetkan para jurnalis baik di Tepi Barat maupun Gaza

Serangan terhadap jurnalis bukanlah hal baru di Tepi Barat yang diduduki. Pada Mei, sedikitnya 13 wartawan terluka akibat serangan yang dilakukan oleh tentara dan pemukim Israel.

Dalam salah satu insiden, seorang jurnalis dipukul di bagian kepala dengan tongkat oleh pemukim saat meliput serangan di desa Al-Mughayyir, sebelah timur Ramallah. Jurnalis tersebut pingsan dan dilarikan ke pusat medis di Ramallah.

Dalam serangan yang sama, enam jurnalis mengalami sesak napas setelah pasukan Israel menembakkan gas air mata dalam penggerebekan di Nablus. Enam jurnalis lainnya juga dilaporkan terkena dampak gas air mata dalam bentrokan di Bethlehem.

Sementara itu, di Gaza, tentara Israel terus menargetkan dan membunuh para jurnalis. Pada Juni, seorang jurnalis foto Palestina bernama Ismail Abu Hatab tewas dalam serangan udara Israel di bagian barat Kota Gaza.

Kantor Media Pemerintah menyatakan bahwa dengan kematian Abu Hatab, jumlah jurnalis yang terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023 telah mencapai 228 orang. Kantor tersebut mendesak media dan organisasi hak asasi manusia untuk mengecam kejahatan sistematis terhadap para jurnalis di Gaza.

3. Hampir 1.000 warga Palestina di Tepi Barat tewas dibunuh tentara dan pemukim Israel

Sejak perang di Gaza meletus 7 Oktober 2023, serangan yang dilakukan oleh pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat tajam. Para pemukim, yang kerap membawa senapan, pentungan, dan batu, melancarkan serangan ke desa-desa Palestina, membakar rumah, kendaraan, dan lahan pertanian milik warga. Aksi tersebut sering kali dilakukan di bawah perlindungan tentara Israel.

Sejauh ini, hampir 1.000 warga Palestina di Tepi Barat dilaporkan tewas dan lebih dari 7 ribu lainnya terluka akibat serangan pasukan maupun pemukim Israel sejak Oktober 2023

Sekitar 3 juta warga Palestina hidup di bawah pendudukan Israel di Tepi Barat, berdampingan dengan lebih dari 700 ribu pemukim Israel yang tinggal di lebih dari 200 permukiman, termasuk di Yerusalem Timur. Permukiman-permukiman ini dianggap ilegal menurut hukum internasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team