Anak-anak Korut Terancam Hukuman Mati karena Sebarkan K-drama  

Anak-anak tersebut hadapi pelanggaran HAM serius

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Korea Selatan untuk PBB, Hwang Joon-kook, mengatakan bahwa anak-anak di Korea Utara menghadapi pelanggaran hak asasi manusia yang serius, termasuk menerima hukuman mati hanya karena menyebarkan drama Korea Selatan.

Situasi suram yang dialami anak-anak di negara rezim Komunis itu disampaikan Hwang pada pertemuan Dewan Keamanan PBB yang bertema "Anak-anak dan Konflik Bersenjata" pada Rabu (3/4/2024).

“Menurut berbagai sumber publik, termasuk kesaksian para pembelot Korea Utara, anak-anak di DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) mengalami pelanggaran hak asasi manusia yang parah, termasuk hukuman mati karena mendistribusikan drama Korea Selatan, penahanan di penjara politik bersama anggota keluarga mereka sebagai hukuman kolektif dan penggunaan yang meluas pekerja anak,” paparnya, dikutip The Korea Herald.

1. Sekitar 17 persen anak-anak di Korut pertumbuhannya terhambat

Ia juga mengungkapkan, anak-anak di Korea Utara menghadapi krisis kemanusiaan lantaran pemimpin negara tersebut menghabiskan sumber dayanya untuk program nuklir, rudal balistik dan barang-barang mewah.

Mengutip laporan terbaru yang diterbitkan oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan Bank Dunia, Hwang mengatakan bahwa 17 persen anak-anak di Korea Utara mengalami hambatan pertumbuhan karena kekurangan gizi.

Baca Juga: Korut Akan Lanjutkan Rencana Peluncuran Satelit Mata-mata Tahun Ini

2. Anak-anak yang terdampak konflik berhak mendapat perlindungan khusus

Selain itu, duta besar tersebut menekankan bahwa berdasarkan hukum humaniter internasional, anak-anak yang terdampak konflik bersenjata berhak atas penghormatan dan perlindungan khusus.

“Dalam menghadapi tantangan-tantangan yang mencemaskan ini, pertama-tama, Dewan Keamanan harus tegas dan tidak memberikan toleransi terhadap penolakan akses kemanusiaan terhadap anak-anak,” katanya.

“Tidak ada ruang untuk pertimbangan geopolitik dalam hal ini," tambah dia. 

3. Korsel ikut prihatin atas kematian 7 pekerja bantuan di Gaza

Hwang turut mengatakan, Negeri Ginseng terkejut dengan kematian tragis tujuh pekerja bantuan World Central Kitchen (WCK), organisasi nirlaba yang telah memberikan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza, baru-baru ini. Mereka tewas akibat serangan udara Israel di Gaza tengah.

“Sangat disayangkan bahwa prinsip suci ini terlalu sering dilanggar ketika pihak-pihak yang berkonflik menyerang pekerja kemanusiaan dan menggunakan taktik penyitaan dan blokade untuk menolak pengiriman pasokan bantuan penting,” ujarnya.

“Contoh yang mencolok adalah situasi yang mengerikan di Jalur Gaza, di mana jumlah pekerja PBB yang terbunuh dalam enam bulan terakhir telah melampaui jumlah total kematian staf PBB di semua zona konflik dan insiden teroris di seluruh dunia selama 12 tahun terakhir," kata dia. 

Baca Juga: Polisi Korsel Temukan Puluhan Kamera Pengintai di TPS Jelang Pemilu

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya