Dirundung Krisis, Ini Tantangan yang Dihadapi Suriah Usai Gempa

Belum usai peperangan, kini ditambah lagi gempa

Jakarta, IDN Times - Suriah merupakan negara yang terdampak gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023). Total kematian kini telah mencapai 37 ribu jiwa, dengan 5.814  orang tewas di Suriah dan 31.643 orang lainnya tewas di Turki, dikutip Al Jazeera.

Bencana tersebut menambah daftar panjang krisis yang dialami Suriah. Kondisi negara itu sudah carut marut akibat perang saudara yang berkepanjangan sebelum diperparah lagi oleh gempa. Situasi kian sulit lantaran sebagian besar wilayah yang terdampak dikuasai oposisi bersenjata. 

Dengan lebih dari 5 juta orang yang membutuhkan bantuan, berikut sejumlah tantangan yang harus dihadapi Suriah pascagempa minggu lalu.

1. Ancaman wabah kolera

Dirundung Krisis, Ini Tantangan yang Dihadapi Suriah Usai Gempailustrasi bakteri (pexels.com/Monstera)

Melansir Al Jazeera, kelompok pemberi bantuan dan pakar kesehatan memperingatkan, gempa dahsyat bisa memperburuk wabah kolera di Suriah. Hal ini disebabkan kurangnya akses air bersih, rusaknya fasilitas kesehatan, kurangnya akses air bersih, dan sanitasi yang buruk di lokasi.

“Lebih dari separuh orang di Suriah bergantung pada sumber air alternatif yang tidak aman untuk kebutuhan air mereka. Dan itu, tentu saja, meningkatkan kerentanan terhadap penyakit yang menyebar cepat seperti kolera,” kata Eva Hines, kepala komunikasi untuk United Nations Children’s Fund (UNICEF) di Damaskus.

Pada September tahun lalu, Suriah mengumumkan wabah kolera, yaitu infeksi diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Wabah itu sebagian besar disebabkan oleh rusaknya infrastruktur air akibat perang, sehingga memaksa penduduk untuk minum dan mengairi ladang dengan air yang terkontaminasi dari sungai Efrat di timur laut negara itu.

Penyakit ini menyebar cepat ke sebagian besar wilayah oposisi di barat laut Suriah, di mana jutaan orang tinggal di kamp-kamp pengungsian dan hidup di bawah garis kemiskinan.

Baca Juga: Pendeta Yahudi: Gempa Turki-Suriah Hukuman dari Tuhan 

2. Cuaca dingin di tengah fasilitas minim

Dirundung Krisis, Ini Tantangan yang Dihadapi Suriah Usai Gempailustrasi musim salju (pexels.com/Lum3n)

Pascagempa, warga Suriah harus melewati musim dingin yang disertai badai tanpa fasilitas layak dan memadai. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi tim kemanusiaan dalam menyalurkan bantuan, terutama saat menuju area-area yang terpencil.

“Banyak warga Suriah sekarang tidak punya tempat perlindungan, di antara bangunan yang runtuh, di tengah hujan dan salju, di tengah suhu yang membekukan, dengan jumlah tak terhitung yang terperangkap di bawah reruntuhan,” kata Paulo Pinheiro, ketua Komisi Suriah PBB, dikutip dari VOA News.

Juru bicara UNHCR, Matthew Saltmarsh, mengatakan bahwa Komisaris Tinggi PBB telah mendistribusikan bantuan yang sangat dibutuhkan seperti selimut, kasur, terpal plastik, selimut termal, dan tenda.

3. Konflik pemerintah-oposisi hambat penyaluran bantuan

Dirundung Krisis, Ini Tantangan yang Dihadapi Suriah Usai Gempabendera Suriah (pexels.com/Engin Akyurt)

Adapun bagian Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak berada dalam situasi yang memprihatinkan. Pasalnya, area tersebut tidak dapat menerima bantuan dari wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah tanpa izin dari otoritas Damaskus.

Sedangkan, satu penyeberangan perbatasan yang dibuka untuk pengiriman bantuan dari Turki rusak akibat gempa.

“Seluruh wilayah (Suriah) sebagian besar bergantung pada satu titik penyeberangan perbatasan dari Turki untuk bantuan bantuan PBB yang mana belum mencukupi,” kata Mark Kaye dari Komite Penyelamatan Internasional, dilansir Euro News.

Melihat persoalan tersebut, Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan, fase penyelamatan hampir selesai dan bahwa sejauh ini dunia telah mengecewakan orang-orang di barat laut Suriah.

Atas desakan PBB, Presiden Suriah kemudian setuju untuk membuka dua titik penyeberangan baru dari Turki ke wilayah pemberontak untuk pengiriman bantuan kepada jutaan masyarakat yang membutuhkan. Hal itu diumumkan oleh PBB pada Senin (13/2/2023).

Baca Juga: Korban Gempa Bumi Turki-Suriah Lebih dari 37 Ribu Orang 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya