Eks Presiden Rusia: Kami Akan Hancur jika Kalah di Ukraina

Medvedev juga sebut Biden kakek-kakek pikun

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Rusia yang kini menjabat sebagai Wakil Dewan Keamanan negara tersebut, Dmitry Medvedev, telah menolak seruan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menarik mundur pasukan Rusia dari Ukraina. Ia mengatakan, negaranya akan hancur berkeping-keping jika tindakan itu terjadi.

“Jika AS berhenti memasok senjata ke rezim di Kiev, maka perang akan berakhir. Jika Rusia mengakhiri operasi militer khusus tanpa kemenangan, maka Rusia akan lenyap, ia akan hancur berkeping-keping," tulis Medvedev melalui saluran Telegram pada Rabu (22/2/2023).

1. AS dituding haus kekuasaan

Dengan sikap kasarnya, Medvedev juga mengkritik Biden yang berbicara kepada orang-orang Rusia dari Warsawa pada Selasa (21/2/2023) di depan rakyat Polandia.

“Lagi pula siapa kakek aneh ini, berbicara dengan tatapan bingung dari Polandia? Mengapa dia memohon kepada orang-orang di negara lain pada saat dia sendiri memiliki cukup banyak masalah?” katanya

Presiden Rusia pada periode 2008-2012 itu menuduh AS, yang dianggapnya dalang dari banyak perang di dunia, sebagai megalomania dan menyebut Biden pikun. Dia juga berbicara tentang berada di ambang konflik dunia, bahkan mengancam penggunaan senjata nuklir.

Pada Selasa lalu, Biden menyampaikan pidatonya di Warsawa dalam rangka memperingati setahun perang Rusia-Ukraina. Dia kemudian mengakhiri pidatonya dengan berbicara langsung kepada rakyat Rusia.

"AS dan negara-negara Eropa tidak berusaha untuk mengendalikan atau menghancurkan Rusia. Presiden (Vladimir) Putin memilih perang ini. Putin dapat mengakhiri perang dengan satu kata," kata Biden. 

Baca Juga: Setahun Perang Rusia-Ukraina, Lebih dari 8.006 Warga Sipil Tewas

2. Ukraina optimis segera terima jet tempur

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, optimis negaranya akan segera menerima pesawat tempur, meskipun sejauh ini belum ada komitmen dari komunitas internasional.

“Kami terus bekerja untuk membangun koalisi udara, atau lebih tepatnya koalisi pesawat,” kata Kuleba kepada kantor berita Ukraina, Ukrinform.

Dia juga menyinggung tentang koalisi tank, di mana beberapa negara termasuk Jerman baru-baru ini mengumumkan pengiriman tank tempur.

“Belum ada negara yang akan mengatakan 'ya', tetapi juga belum ada negara yang akan mengatakan 'tidak'. Ini adalah opsi yang sepenuhnya terbuka,” tambahnya

3. Heboh alarm serangan palsu

Melansir SCMP,  alarm serangan udara palsu berbunyi di beberapa kota Rusia, termasuk di wilayah Moskow pada Rabu (22/2/2023). Otoritas pertahanan sipil Rusia mengatakan bahwa peretas telah menyerang beberapa stasiun radio komersial. Namun, tidak jelas apakah peretasan terkait terkait dengan lawan perang Rusia atau tidak.

Laporan media mengatakan peringatan tersebut berbunyi, “perhatian, alarm udara berbunyi. Setiap orang harus segera pergi ke tempat penampungan. Perhatian, perhatian, ada bahaya serangan misil.”

Baca Juga: Di Tengah Ancaman Rusia, Presiden Moldova Ajak Biden ke Negaranya

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya