Kecam Kerja Sama Korut-Rusia, Ketua Partai Korsel: Kesepakatan Iblis!

Kesepakatan keduanya disebut akan mengancam dunia

Jakarta, IDN Times - Ketua partai yang berkuasa di Korea Selatan menyebut Korea Utara dan Rusia melakuan kesepakatan iblis, usai pemimpin kedua negara itu dilaporkan mencapai kesepakatan mengenai kerja sama militer.

“Kim Jong-un mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin, dan laporan mengatakan mereka menyetujui kerja sama militer secara menyeluruh. Korea Utara diharapkan memberi Rusia senjata konvensional seperti peluru artileri sebagai imbalan atas teknologi militer canggih,” kata ketua Partai Kekuatan Rakyat, Kim Gi-hyeon, pada pertemuan pimpinan partai pada Kamis (14/9/2023), dikutip The Korea Herald.

“Perdagangan iblis ini sangat mengancam perdamaian tidak hanya di Semenanjung Korea dan Asia Timur Laut, namun juga seluruh dunia," tambahnya. 

Baca Juga: Kim Jong Un Mampir ke Pabrik Jet Tempur Sukhoi Rusia, Ngapain?

1. Korsel disarankan pasok bantuan militer ke Ukraina demi mencegah Rusia membuat kesepakatan dengan Korut

Lebih lanjut, Kim mengatakan pertukaran senjata dan teknologi militer yang dilakukan Rusia dengan Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB dan tidak dapat dimaafkan.

Dia lantas meminta Rusia untuk segera menghentikan semua perjanjian senjata dengan Korea Utara, dan bertindak secara bertanggung jawab sebagai anggota tetap Dewan Keamanan.

Perwakilan dari partai yang berkuasa, Sung Il-jong dan Ha Tae-keung, pada Kamis juga menyarankan Korea Selatan untuk memasok bantuan militer ke Ukraina demi mengerem kesepakatan yang diambil oleh pemimpin Korea Utara dan Rusia itu.

“Kami mempunyai banyak senjata canggih yang dapat kami berikan kepada Ukraina, yang akan menjadi pukulan besar bagi Rusia,” kata Sung, yang merupakan anggota komite pertahanan Majelis Nasional, dalam sebuah wawancara radio.

“Saya pikir sangat penting bagi pemerintah kita untuk mempertimbangkan semua pilihan, karena Korea Utara mungkin memiliki akses terhadap… teknologi canggih… setelah pertemuan puncak dengan presiden Rusia.”

Ha juga mengatakan bahwa pemerintah harus mencoba menghalangi Moskow untuk membantu Pyong Yang dengan cara menunjukkan bahwa Seoul mampu memasok senjata mematikan ke Ukraina.

Baca Juga: Presiden Korsel: Kami Lahir dari Abu Perang dan Kini Jadi Negara Besar

2. Pemerintahan Presiden Yoon dinilai keras terhadap Korut

Sementara itu, ketua umum Partai Demokrat Korea, Park Kwang-on, menyalahkan pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol atas pertemuan Kim dengan Putin.

“Sikap keras pemerintahan Yoon terhadap Korea Utaralah yang mendorong situasi hingga ke titik ini,” kata Park.

“Meskipun demikian, kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia, yang merupakan ancaman terhadap keamanan regional di Asia Timur Laut, patut dikritik.”

Presiden Yoon dijadwalkan memulai kunjungan enam hari ke New York mulai Senin (18/9/2023), untuk menghadiri Majelis Umum PBB ke-78. Dalam kunjungannya itu, Yoon kemungkinan akan mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan aktivitas militer antara Korea Utara dan Rusia, serta ambisi nuklir Pyongyang yang terus berkembang.

3. AS bujuk Korut untuk tidak membuat kesepakatan senjata dengan Rusia

Sejak tiba di Rusia pada Selasa (12/9/2023), Kim telah bertemu dengan Putin dan mengunjungi situs senjata dan teknologi di negara itu. Adapun perjalanan luar negeri yang jarang terjadi ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai larangan perjanjian transfer senjata antara kedua negara.

Melansir Associated Press, pemerintah asing dan para ahli berspekulasi bahwa Kim kemungkinan akan memasok amunisi ke Rusia untuk upaya perangnya di Ukraina dengan imbalan menerima senjata atau teknologi canggih dari Rusia.

Sejak tahun lalu, AS menuduh Korea Utara menyediakan amunisi, peluru artileri, dan roket ke Rusia. Para pejabat Korea Selatan juga mengatakan senjata Pyong Yang yang diberikan kepada Rusia telah digunakan di Ukraina.

Departemen Pertahanan AS pada Kamis telah memperingatkan Korea Utara bahwa dukungan senjatanya kepada Rusia tidak hanya dapat memperpanjang perang di Ukraina, namun juga ikut terlibat secara langsung dalam pembunuhan warga Ukraina yang tidak bersalah.

“Saya pikir negara mana pun yang mendukung Rusia dalam perang tanpa alasan di Ukraina tentu saja tidak hanya akan memperpanjang konflik namun juga secara langsung terlibat dalam pembunuhan warga sipil, pejabat, dan orang-orang Ukraina yang tidak bersalah di medan perang,” kata Wakil juru bicara Pentagon, Sabrina Singh

"Kami sudah sangat terbuka mengenai peringatan kami kepada Korea Utara... Kami akan mendorong agar Korea Utara tidak membuat kesepakatan dengan Rusia," tambahnya.

Baca Juga: Kim Jong Un Perintahkan Militer Korut Siaga Gagalkan Invasi AS 

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya