Kisah Warga Muslim Trauma Usai Jadi Korban Persekusi Umat Hindu India

Masjid dan toko milik warga muslim dirusak massa

Jakarta, IDN Times - Komunitas Muslim yang tinggal di Gurugram dilanda ketakutan sejak bentrokan antara umat muslim dan hindu meletus di pinggiran ibu kota India, New Delhi, pada Senin (31/7/2023)

Sedikitnya empat orang, termasuk dua polisi, tewas ketika prosesi keagamaan Hindu di distrik Nuh yang diselenggarakan oleh Vishwa Hindu Parishad (VHP) dan Bajrang Dal, dua organisasi sayap kanan Hindu yang bersekutu dengan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, berubah menjadi kekerasan.

Menurut laporan media dan warga Nuh, bentrokan terjadi setelah beberapa pria Muslim menghentikan prosesi keagamaan dan melempari batu saat pawai.

Beberapa jam kemudian, kekerasan meluas ke Gurugram, di mana massa membakar masjid dan membunuh imam berusia 22 tahun.

Mohammad Faheem Kazmi, yang dulu rutin melaksanakan shalat di masjid Anjuman Jama yang dibakar itu, mengaku sangat ketakutan.

“Serangan ini adalah balas dendam untuk Nuh,” kata pria berusia 32 tahun yang telah tinggal di Gurugram sejak 2011 kepada Al Jazeera.

1. Sebanyak 116 orang telah ditangkap

Pascakerusuhan, pihak berwenang di negara bagian Haryana telah mengerahkan pasukan tambahan, memberlakukan jam malam dan menangguhkan internet.

Namun, langkah-langkah itu tidak menghentikan gerombolan Hindu menyerang toko-toko milik warga Muslim, restoran pinggir jalan, properti dan tempat ibadah di Gurugram dan kota-kota terdekat lainnya.

Toko-toko di Sektor 70A Gurugram dan Sektor 66 dibakar pada Selasa (1/8/2023) malam. Sementara anggota Bajrang Dal mengadakan demo di kota Bahadurgarh Haryana, dengan meneriakkan slogan-slogan penuh kebencian seperti “Tembak pengkhianat negara kita".

Kepala Menteri negara bagian Manohar Lal Khattar, pada Rabu (2/8/2023), mengatakan 116 orang telah ditangkap sehubungan dengan kekerasan di sana.

“Para konspirator (di belakang bentrokan di Nuh) terus diidentifikasi,” katanya kepada wartawan.

“Mereka yang dinyatakan bersalah tidak akan diampuni. Kami berkomitmen untuk keselamatan masyarakat,” tambahnya.

Baca Juga: Lamaran Ditolak, Pria India Pukuli Sepupunya hingga Tewas

2. Polisi tidak bisa diandalkan

Shadab Anwar, kakak laki-laki dari imam yang terbunuh, Mohammad Saad, mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu mempercayai pihak berwenang. Dia mengaku sempat berbicara dengan adiknya setengah jam sebelum dia terbunuh.

“Dia menelepon saya pada pukul 23.30, mengatakan polisi ada di masjid dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” katanya. Dia kemudian mendapat kabar bahwa adiknya tewas sekitar pukul 02.30. 

“Ini terjadi di hadapan polisi. Para penyerang berusaha memenggal kepalanya. Ada beberapa tanda. Dia tertembak, dan ada juga bekas pisau di dadanya," ucapnya, saat dia menunggu di luar kamar mayat untuk mengambil jenazah.

Sementara itu, polisi telah menangkap empat pria Hindu dari desa terdekat Tigra atas serangan terhadap masjid.

Komisaris Polisi Gurugram Ramachandran mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh massa bersenjata.

“Keamanan telah diperkuat di sekitar masjid. Kami telah bertemu dengan anggota kedua komunitas dan meminta pengendalian diri dan kerja sama," katanya.

3. Masjid dan properti warga muslim dirusak

Di desa Sohna, sekitar 30 km selatan dari masjid Anjuman Jama yang terbakar, deretan toko milik Muslim di jalan utama kota hangus terbakar setelah kekerasan pada 31 Juli. Di dekatnya, jendela-jendela rumah pecah, kendaraan dibakar, dan jalan-jalan dipenuhi bebatuan.

“Massa melihat nama-nama di papan nama di luar toko dan hanya membakar milik Muslim,” kata Azad Khan, seorang warga yang rumahnya juga dilempari batu.

Warga mengatakan gerombolan sayap kanan Hindu berkumpul di daerah itu dengan bersenjatakan pistol dan pentungan.

“Mereka meneriakkan 'Salam Tuan Ram' dan mengatakan 'Muslim akan dibantai atas nama Ram',” kata Khan.

Sejumlah masjid di desa itu juga tak luput jadi target serangan massa. Kerumunan orang beranggotakan 50-60 orang disebut menyerang masjid Shahi Jama. Akibatnya, aula tempat ibadah rusak dan kaca jendelanya pecah, sementara salinan Al-Qur'an dilempar ke lantai.

“Satu-satunya pekerjaan yang tersisa bagi para aktivis Muslim di India adalah menghitung mayat, mengumpulkan dana untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dan terbakar, mengumpulkan sumbangan untuk pekerjaan bagi mereka yang terluka dan memohon kepada polisi untuk mengajukan FIR (aduan),” kata Sharjeel Usmani, aktivis Muslim yang berbasis di New Delhi.

Sementara itu, penduduk di distrik Nuh mengatakan mereka takut menjadi sasaran kekerasan baru-baru ini antara umat Hindu dan Muslim, yang menyebabkan kerusakan luas pada properti dan kendaraan.

Warga mengatakan polisi menangkap beberapa pria Muslim di desa mereka sehubungan dengan kekerasan yang terjadi

“Hari ini, dua pemuda dari desa saya ditangkap. Semua orang ketakutan. Tidak ada yang meninggalkan rumah mereka karena takut ditangkap oleh polisi,” kata Shahid Hussain, seorang pengacara yang tinggal di desa Malab.

Baca Juga: Demi iPhone, Pasangan Suami Istri di India Rela Jual Bayi Mereka

4. Kekerasan dipicu oleh rumor kehadiran Manesar

Kekerasan di Nuh meletus setelah beredar rumor keberadaan Manesar di distrik tersebut. Manesar merupakan pemimpin Bajrang Dal dan penjaga sapi yang dituduh terlibat dalam penculikan, pembunuhan, dan pembakaran dua pria Muslim di Haryana pada bulan Februari.

Dalam video yang beredar di media sosial sebelum bentrokan terjadi, Manesar mengatakan dia akan berpartisipasi dalam prosesi Shobha Yatra di Nuh dan mengajak orang-orang untuk bergabung dalam jumlah besar.

Namun VHP, yang mendukung Manesar, membantah dia menghadiri acara 31 Juli itu.

“Monu (Manesar) tidak ada di yatra, dia juga tidak akan datang, dan dia bahkan tidak mengeluarkan pernyataan video tentang yatra ini,” kata Vinod Bansal, juru bicara nasional VHP.

“Ini adalah propaganda palsu,” katanya, menyebutnya sebagai upaya umat Islam untuk menghasut kekerasan.

Seorang legislator lokal yang mewakili Nuh, Aftab Ahmed, mengatakan kekerasan di distrik tersebut terjadi akibat kegagalan pihak berwenang mengatasi situasi.

“Kami mengimbau masyarakat untuk menjaga perdamaian dan tidak mengindahkan rumor. Situasinya sangat disayangkan. Saya belum pernah melihat kegagalan administrasi dan polisi seperti itu,” kata Ahmed.

Sebelumnya, anggota parlemen dari partai Lok Dal Nasional India, Abhay Singh Chautala, mengatakan bahwa pemerintah negara bagian telah gagal mengambil tindakan pencegahan meskipun adanya masalah keamanan, dikutip dari BBC.

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya