Tunggu Izin Masuk ke Gaza, Pekerja Bantuan Terjebak di Mesir

Mereka frustrasi atas lamanya pengiriman bantuan ke Gaza

Jakarta, IDN Times - Koordinator Doctors Without Borders (MSF) Marie-Aure Perreaut-Revial mengatakan ia dan tim medisnya ​​seharusnya sudah berada di Gaza saat ini. Namun kenyataannya, mereka harus menghabiskan beberapa hari terakhir di Kairo, menunggu izin dari pemerintah Mesir dan Israel untuk melintasi perbatasan ke Gaza.

“Kami siaga. Kami siap memasuki Gaza dengan perbekalan. Kami menunggu untuk melihat bagaimana negosiasi berjalan baik,” kata Perreaut-Revial kepada The National. 

Dia hanyalah satu dari banyaknya pekerja bantuan yang ditempatkan di Mesir saat mereka menunggu akses ke Gaza. Ribuan ton bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, telah dikirim ke kota perbatasan Arish di Mesir.

“Kami sangat bersemangat untuk ikut serta dan mendukung rekan-rekan kami di Gaza. Kami melihat mereka membutuhkan bantuan dan sangat sulit rasanya tidak bisa masuk,” tambahnya.

Persatuan Kota Jalur Gaza telah mendesak Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi untuk mengeluarkan arahan tanpa kompromi untuk membuka penyeberangan perbatasan Rafah tanpa kendala apa pun pada Minggu (29/10/2023). Mereka menyebut situasi di Gaza saat ini telah kritis. 

Baca Juga: Israel Luncurkan Serangan Udara dan Darat ke Gaza Pagi Tadi

1. Bantuan yang mencapai Gaza hanya sedikit

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 8 ribu warga Palestina telah terbunuh sejak perang dimulai tiga minggu lalu. Blokade total juga telah membuat warga Gaza kekurangan bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis.

Hanya sedikit bantuan yang mencapai Gaza dalam beberapa hari terakhir, sejak Israel mengizinkan koridor kemanusiaan dibuka kembali sekitar seminggu yang lalu. Konvoi bantuan harus menjalani pemeriksaan keamanan yang lama di stasiun inspeksi di penyeberangan Al Awga, 4 km selatan Rafah, oleh pejabat Israel.

Petugas Bulan Sabit Merah Mesir mengatakan konvoi bantuan kedelapan yang terdiri dari 24 truk memasuki Jalur Gaza melalui Rafah pada Minggu sore. Itu adalah konvoi kedua yang masuk pada hari itu setelah 10 truk tiba pada hari sebelumnya.

Namun tidak ada bantuan yang mencapai Gaza pada Sabtu (28/10/2023) akibat pemeriksaan ketat di Al Awga. Adapun 20 truk yang memasuki stasiun inspeksi pada Jumat (27/10/2023) baru disetujui pada Minggu pagi.

Christos Christou, presiden internasional MSF, memperingatkan intensitas serangan Israel di Gaza dapat melemahkan upaya bantuan.

“Selama pemboman terus berlanjut dengan intensitas seperti ini, segala upaya untuk meningkatkan bantuan medis pasti akan gagal,” katanya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu, oganisasi tersebut juga menyerukan gencatan senjata segera, pencabutan blokade dan jaminan keamanan dasar bagi tim bantuannya.

Baca Juga: 3 WNI Staf RS Indonesia di Gaza Sempat Hilang Kontak 40 Jam 

2. Kondisi di lapangan tidak dapat diprediksi

Perreaut-Revial ​​mengatakan kondisi di lapangan yang tidak dapat diprediksi membuatnya lebih sulit untuk menegosiasikan jalur bantuan yang aman. Dia dan anggota timnya lainnya ikut terlibat dalam negosiasi dengan pihak berwenang Mesir dan Israel untuk pengiriman bantuan ke Gaza

“Kami tidak tahu bagaimana kondisinya karena kondisinya berubah setiap hari. Kami membutuhkan akses yang aman, cepat dan tanpa hambatan terhadap warga sipil yang membutuhkan perawatan medis,” katanya.

Perrault-Revial ​​telah bekerja dalam tanggap darurat di seluruh dunia, namun dia mengatakan jumlah bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan di Gaza tidak seperti apa yang pernah dia alami.

“Ini karena besarnya kebutuhan dan sulitnya berkomunikasi dengan rekan-rekan di lapangan. Selama beberapa hari terakhir ini sulit untuk mengoordinasikan bahkan kegiatan rutin yang kami lakukan di Gaza," ujarnya.

Terlepas dari semua upayanya, penantian itu membuatnya merasa frustrasi dan tidak berdaya.

“Yang membuat frustrasi adalah kami melihat situasinya, kami tahu kebutuhannya sangat besar, tapi kami tidak bisa mencapai apa yang kami inginkan.”

3. Intensitas perang meningkat

Dilansir Associated Press, pasukan Israel telah bergerak lebih jauh ke Jalur Gaza utara pada Senin (30/10/2023). Militer mengatakan bahwa pasukannya telah membunuh puluhan pejuang Hamas yang menyerang dari dalam bangunan dan terowongan pada Minggu malam.

Sayap militer Hamas mengatakan pasukannya terlibat bentrok dengan pasukan Israel yang memasuki barat laut Jalur Gaza. Kelompok Palestina itu juga terus melanjutkan penembakan roket ke Israel, termasuk ke Tel Aviv.

Eskalasi ini terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan tahap kedua dalam perang melawan Hamas pada Sabtu. Meletusnya perang ini dipicu oleh serangan Hamas secara tiba-tiba pada 7 Oktober di Israel selatan.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas di kalangan warga Palestina melebihi 8 ribu orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu, lebih dari 1.400 orang tewas di pihak Israel. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil yang tewas dalam serangan awal Hamas.

Baca Juga: Israel Akan Pakai Gas Saraf untuk Lumpuhkan Hamas di Terowongan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya