PM Italia Minta Internasional Tidak Jatuh dalam Perangkap Hamas

Meloni khawatir konflik di Gaza akan meluas

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan bahwa komunitas internasional harus menghindari eskalasi perang antara Israel dan Hamas, dan menetapkan peta jalan menuju solusi dua negara.

Pernyataan itu disampaikan Meloni saat berbicara di Mesir pada KTT internasional Kairo untuk perdamaian di Timur Tengah. Konferensi itu dilaksanakan ketika Israel sedang mempersiapkan serangan darat ke Gaza menyusul serangan Hamas yang menewaskan 1.400 orang pada 7 Oktober lalu.

“Meskipun titik awal kita berjauhan, kepentingan kita saling tumpang tindih: agar apa yang terjadi di Gaza tidak menjadi konflik yang lebih luas, perang agama, benturan peradaban,” kata Meloni pada Sabtu (21/10/2023), dikutip Reuters.

“Saya mendapat kesan bahwa ini adalah tujuan sebenarnya dari serangan Hamas, bukan untuk membela hak-hak rakyat Palestina, tetapi sebuah serangan yang akan menciptakan kesenjangan yang tidak dapat dijembatani antara Palestina dan Israel, yang berarti bahwa sasarannya adalah kita semua, dan kita tidak boleh jatuh ke dalam perangkap ini, dan itu sangat bodoh.

Baca Juga: Indonesia Kritik DK PBB Tak Jalankan Fungsinya soal Palestina

1. Meloni dan Presiden Palestina bahas upaya untuk meredakan perang Israel-Hamas

Di Kairo, Perdana Menteri Italia itu juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas sebelum melakukan perjalanan ke Tel Aviv untuk bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Meloni mengatakan ia dan Abbas membahas perlunya kerja keras untuk meredakan perang Israel-Hamas dan mewujudkan solusi dua negara. Hal ini merujuk pada gagasan untuk mendirikan dua negara yang terpisah dan merdeka, satu untuk warga Israel dan satu untuk untuk warga Palestina.

“Saya berharap ada tanggung jawab dari seluruh komunitas internasional, dan menurut saya memang ada, untuk mempercepat proses ini dan memberikan solusi struktural terhadap konflik tersebut,” kata Meloni.

Ia menekankan solusi bahwa dua negara harus memiliki jangka waktu yang jelas.

Baca Juga: Mesir Gelar KTT Bahas Konflik Hamas-Israel

2. Diplomasi untuk mengupayakan gencatan senjata belum membuahkan hasil

Dilansir Reuters, Mesir mengadakan pertemuan puncak mengenai krisis Gaza pada Sabtu untuk mencoba mencegah perang regional yang lebih luas. Meski begitu, para pemimpin Timur Tengah dan Eropa tampaknya masih kesulitan untuk menyepakati posisi bersama dalam konflik Israel-Hamas.

Para pemimpin Arab di KTT tersebut mengutuk pemboman Israel yang telah berlangsung selama dua minggu di Gaza. Mereka menuntut upaya baru untuk mencapai penyelesaian damai di Timur Tengah guna mengakhiri siklus kekerasan antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Abbas juga menegaskan bahwa warga Palestina tidak akan terusir atau diusir dari tanah air mereka.

“Kami tidak akan pergi, kami tidak akan pergi,” katanya pada pertemuan puncak itu.

Amerika Serikat (AS), sekutu terdekat Israel, dan pemain penting yang terlibat dalam upaya menuju perdamaian Timur Tengah di masa lalu, hanya mengirimkan perwakilan dari kedutaan besarnya di Kairo. Israel juga tidak hadir, seperti halnya beberapa pemimpin besar Barat lainnya, sehingga mengurangi ekspektasi mengenai apa yang dapat dicapai dalam acara yang diadakan secara tergesa-gesa tersebut.

3. Warga Gaza: Yang kami butuhkan adalah gencatan senjata, bukan makanan

Truk-truk yang membawa bantuan mulai menyeberang ke Gaza selatan pada Sabtu. Konvoi bantuan kemanusiaan ini merupakan yang pertama sejak Israel menerapkan blokade yang menghancurkan di wilayah tersebut menyusul serangan Hamas dua pekan lalu.

Pada Jumat (20/10/2023) malam, Israel melakukan pengeboman besar-besaran di Gaza dengan dalih menargetkan Hamas. Kementerian Kesehatan Gaza dan media Hamas mengatakan serangan udara Israel menargetkan beberapa rumah di Gaza dan menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai puluhan lainnya.

Hamas mengatakan pihaknya menembakkan roket ke ibu kota Israel, Tel Aviv, pada Sabtu sebagai balasan atas serangan tersebut. Namun belum ada laporan mengenai korban jiwa dari pihak Israel.

Sementara itu, warga Palestina yang ketakutan akibat pemboman Israel mengecam laporan tentang truk bantuan yang akan memasuki Gaza. Ia mengatakan bahwa yang mereka butuhkan saat ini adalah gencatan senjata, bukannya makanan.

"Mereka tertidur ketika rudal dijatuhkan ke arah mereka, anak-anak yang tidak bersalah, ayah mereka, kakek mereka, apa yang mereka lakukan? Apakah mereka menembakkan roket? Membawa peluru? Mereka adalah anak-anak yang tidak bersalah yang tidak melakukan apa pun!" seru seorang perempuan sambil menangis.

“Kami telah berperang dan negara-negara Arab hanya menonton. Makanan kaleng, apakah itu harga yang harus dibayar rakyat Palestina yang telah berkorban di mana-mana?”

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 4.300 orang telah terbunuh di wilayah itu, dan 1.400 orang lainnya diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan. Kementerian Perumahan mengatakan sedikitnya 30 persen dari seluruh rumah di Gaza telah hancur atau rusak berat akibat perang, dilansir Associated Press.

Baca Juga: Tensi Perang Israel-Hamas Meningkat, Ini Sederet Dampaknya untuk RI

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya