Warga Gaza: Gencatan Senjata 4 Hari Tidak Cukup!

Sebagian khawatir Israel akan melanggar gencatan senjata

Jakarta, IDN Times - Warga Gaza menyambut baik gencatan senjata selama empat hari  yang disepakati oleh Israel dan Hamas, namun mengatakan bahwa itu tidak cukup. Beberapa orang juga khawatir bahwa Israel akan melanggar gencatan senjata tersebut dan melanjutkan perangnya di Gaza.

Gencatan senjata sementara ini diperkirakan akan memungkinkan pertukaran sandera yang ditahan di Gaza dengan warga Palestina yang dipenjara di Israel, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Hamas mengatakan, jeda ini akan dimulai pada Kamis (23/11/2023) pukul 10 pagi waktu setempat.

“Ini mungkin skenario terbaik untuk saat ini, tapi itu tidak cukup. Perang akan kembali terjadi dan kematian akan kembali terjadi. Perang akan berkecamuk, tidak ada jalan keluar dari hal itu, dan kitalah yang akan menanggung dampaknya," kata Mohammed Jamal, 60 tahun, kepada The National.

Warga Gaza lainnya, Reema Mahmood, berpendapat bahwa jeda empat hari itu tidak mencerminkan kesepakatan politik, dan mengatakan bahwa warga khawatir Israel akan melanggar perjanjian tersebut.

“Kami khawatir Israel akan melanggar gencatan senjata. Kami telah mengalami skenario ini sebelumnya dan kapan pun, pendudukan akan membatalkan keputusannya. Saya telah mengungsi sejak hari pertama perang, saya merindukan rumah saya, keluarga saya, saya akan kembali pada hari pertama,” kata Mahmood.

Baca Juga: Ratusan Pasien RS Indonesia Dievakuasi ke Gaza Selatan

1. Israel dan Hamas akan saling tukar tahanan

Pada Rabu (22/11/2023), Qatar mengumumkan bahwa Hamas akan membebaskan 50 sandera dengan imbalan pembebasan 150 warga Palestina yang dipenjara di Israel. Mereka yang dibebaskan oleh kedua belah pihak adalah perempuan dan anak-anak di bawah umur.

Dilansir Associated Press, para sandera akan dibebaskan secara bertahap selama gencatan senjata. Setelah gelombang pertama dibebaskan, Israel diperkirakan akan membebaskan kelompok tahanan Palestina yang pertama.

Mereka yang akan dibebaskan oleh Israel termasuk para remaja laki-laki yang ditangkap selama gelombang kekerasan di Tepi Barat pada 2022-2023 karena didakwa melakukan pelanggaran seperti pelemparan batu atau mengganggu ketertiban umum. Israel saat ini menahan hampir tujuh ribu warga Palestina yang dituduh atau dihukum karena pelanggaran keamanan.

Israel mengatakan gencatan senjata akan diperpanjang satu hari untuk setiap 10 sandera tambahan yang dibebaskan. Qatar mengatakan Israel juga akan mengizinkan lebih banyak bahan bakar dan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, namun tidak memberikan rinciannya.

Meskipun gencatan senjata akan memberikan ketenangan singkat bagi warga Palestina di Gaza, ratusan ribu orang yang telah meninggalkan zona pertempuran dan menuju ke selatan kemungkinan tidak dapat kembali ke rumah mereka. Pasukan Israel diperkirakan akan tetap pada posisinya di Gaza utara.

2. ICRC siap fasilitasi pertukaran tahanan

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada Rabu mengatakan bahwa mereka siap mendukung implementasi kesepakatan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.

“Kami, di ICRC, siap mendukung implementasi perjanjian apa pun yang memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi para korban konflik ini,” Jessica Moussan, juru bicara ICRC di Timur Tengah, kepada The National.

Hamas mengklaim bahwa berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel akan menghentikan semua aktivitas udara di Gaza selatan selama empat hari penuh, dan selama 6 jam setiap hari di wilayah utara. Israel sendiri tidak memasukkan rincian aktivitas udaranya dalam pengumuman gencatan senjata.

“Saat ini, kami secara aktif terlibat dalam pembicaraan dengan para pihak untuk membantu melaksanakan perjanjian kemanusiaan yang mereka capai,” kata Moussan.

ICRC secara rutin memfasilitasi pertukaran tahanan sebagai perantara netral dalam konflik di seluruh dunia.

“Sebagai perantara yang netral, penting untuk diklarifikasi bahwa kami bukan bagian dari perundingan, dan kami tidak mengambil keputusan berdasarkan substansi perundingan. Peran kami adalah memfasilitasi penerapannya, setelah para pihak menyetujuinya."

Baca Juga: Indonesia Sambut Baik Tercapainya Gencatan Senjata di Gaza

3. Gencatan senjata ini merupakan terobosan diplomatik paling signifikan selama konflik ini

Perjanjian tersebut merupakan terobosan diplomatik paling signifikan sejak konflik terbaru ini dimulai. Sekitar 1.200 orang tewas di Israel dan sekitar 240 lainnya disandera ketika Hamas melancarkan serangan di Israel selatan.

Tel Aviv kemudian membalasnya dengan serangan udara besar-besaran di Gaza, yang menewaskan lebih dari 14 ribu orang, dan meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di wilayah Timur Tengah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (21/11/2023) mengatakan bahwa gencatan senjata akan memungkinkan tentara untuk bersiap menghadapi pertempuran yang berkelanjutan dan tidak akan merugikan upaya perangnya. 

Jeda pertempuran ini juga akan memberikan Hamas waktu untuk menyusun strategi, mengubah posisi prajuritnya dan mungkin berkumpul kembali setelah Israel mengklaim telah membunuh sejumlah besar pejuang dan menghancurkan banyak aset militer kelompok tersebut.

Baca Juga: Gencatan Senjata Sementara di Gaza Dimulai Hari Ini

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya