WHO: Tidak Ada Lagi Rumah Sakit yang Berfungsi di Gaza Utara

Empat rumah sakit yang tersisa tidak menerima pasien baru

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa tidak ada lagi rumah sakit yang berfungsi di Gaza utara karena kekurangan bahan bakar, staf dan pasokan medis.

“Sebenarnya tidak ada lagi rumah sakit yang berfungsi di wilayah utara. Al-Ahli (Rumah Sakit) adalah yang terakhir tetapi sekarang fungsinya terbatas: masih merawat pasien tetapi tidak menerima pasien baru," kata perwakilan WHO di Gaza Richard Peeperkorn pada Kamis (21/12/2023), melalui tautan video dari Yerusalem, dikutip Reuters.

Selain Rumah Sakit Al-Ahli, ada tiga fasilitas kesehatan lain yang beroperasi pada tingkat minimum di Gaza utara, yaitu rumah sakit Al-Shifa, Al Awda dan Al Sahaba. Ribuan warga Gaza juga mengungsi di sana.

Baca Juga: Upayakan Gencatan Senjata, Mesir Coba Menengahi Hamas-Israel di Gaza

1. Tidak ada lagi ruang operasi di RS Al-Ahli

Situasi di Rumah Sakit Al-Ahli sangat memprihatinkan. Peeperkorn mengatakan, sekitar 10 staf, semuanya dokter junior dan perawat, terus memberikan pertolongan pertama dasar, manajemen nyeri dan perawatan luka dengan sumber daya yang terbatas.

“Sampai dua hari yang lalu, rumah sakit tersebut merupakan satu-satunya rumah sakit di mana orang yang terluka dapat dioperasi di Gaza utara dan rumah sakit tersebut kewalahan menangani pasien yang membutuhkan perawatan darurat,” ujarnya.

“Tidak ada lagi ruang operasi karena kekurangan bahan bakar, listrik, pasokan medis dan petugas kesehatan, termasuk ahli bedah dan spesialis lainnya.”

Ia menambahkan bahwa jenazah korban serangan Israel baru-baru ini bahkan dibariskan di halaman rumah sakit lantaran mereka tidak dapat dikuburkan dengan aman dan bermartabat.

2. Pasien harus menunggu lama untuk dioperasi

Dengan kondisi layanan yang sangat terbatas, beberapa pasien di Al-Ahli harus menunggu berminggu-minggu untuk dioperasi. Sementara mereka yang sudah dioperasi harus menghadapi risiko infeksi pasca operasi karena kekurangan antibiotik dan obat lainnya.

“Semua pasien ini tidak bisa bergerak dan perlu segera dipindahkan agar bisa bertahan hidup,” kata Peeperkorn, seraya mengulangi seruan WHO untuk gencatan senjata kemanusiaan.

“Hal ini diperlukan sekarang untuk memperkuat dan mengisi kembali fasilitas kesehatan yang tersisa, memberikan layanan medis yang dibutuhkan oleh ribuan orang yang terluka dan mereka yang membutuhkan perawatan penting lainnya, dan yang terpenting, untuk menghentikan pertumpahan darah dan kematian.”

Menurut WHO, kini hanya sembilan dari 36 fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagian di seluruh Gaza. Semua fasilitas tersebut terkonsentrasi di Gaza selatan.

Baca Juga: Indonesia Kutuk Serangan Israel ke Rumah Sakit di Gaza

3. Ketua WHO desak gencatan senjata segera

Dalam postingannya di media sosial X, Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa badan tersebut dan mitra PBB lainnya melakukan misi bersama  ke rumah sakit Al-Ahli Arab dan Al-Shifa di Gaza utara pada Rabu.

Mereka memberikan obat-obatan, cairan infus dan perlengkapan untuk operasi, merawat orang yang terluka, dan membantu perempuan yang melahirkan.

Israel mulai menggempur Jalur Gaza habis-habisan sejak serangan Hamas pada 7 Oktober. Otoritas kesehatan Gaza mengatakan, korban tewas telah mencapai hampir 20 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 52.586 lainnya luka-luka.

Sementara itu, 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas, sementara hampir 130 sandera masih ditahan di Gaza.

Baca Juga: Korban Tewas di Jalur Gaza Mencapai 20 Ribu Orang

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya