Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)
Ilustrasi (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)

Intinya sih...

  • Delegasi Hamas kunjungi Rusia untuk bahas situasi Palestina dan gencatan senjata dengan Israel
  • Mousa Abu Marzouk ditemui oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, membahas pelanggaran Israel dan peran Rusia dalam mendukung hak-hak Palestina
  • Rusia menegaskan dukungan pada hak-hak Palestina, meminta pembebasan sandera Rusia, dan fokus pada bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Delegasi Hamas yang dipimpin Mousa Abu Marzouk berkunjung ke Rusia pada Senin (3/2/2025) untuk membahas situasi Palestina dan gencatan senjata fase kedua dengan Israel. Pada kesempatan itu, Marzouk ditemui oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, di Moskow.  

Menurut pernyataan dari Hamas, kedua pihak juga membahas pelanggaran yang sedang berlangsung oleh pasukan Israel, termasuk penundaan dalam penerapan protokol kemanusiaan, terhambatnya pasokan seperti tenda, rumah prefabrikasi, bahan bakar, dan peralatan berat.

”Mereka membahas hambatan dalam membangun kembali rumah sakit, sumur air, dan infrastruktur dasar,” lapor Anadolu Agency, Selasa.

Selama pertemuan tersebut, Marzouk mengatakan pentingnya peran Rusia dalam mendukung hak-hak Palestina. Ia juga menyerukan perlunya segera menyediakan semua bantuan kemanusiaan bagi penduduk Gaza, serta peran Rusia dalam memfasilitasi proses tersebut.

1. Rusia desak Hamas bebaskan sandera Rusia

Sementara itu, Bogdanov, menegaskan kembali posisi teguh Rusia dalam mendukung hak-hak Palestina dan menyambut baik perjanjian gencatan senjata. Ia menggarisbawahi pentingnya memberikan bantuan kemanusiaan tanpa batasan dan menolak segala upaya untuk memaksakan solusi koersif pada Palestina.

Namun, Bogdanov juga mendesak Hamas agar segera membebaskan seorang sandera Rusia. Rusia telah menyerukan pembebasan warga negara ganda Rusia-Israel, Alexander Trufanov dan Maxim Herkin, seorang pria Israel dari wilayah Donbas.

”Kementerian kembali menekankan pentingnya melaksanakan janji-janji yang diberikan oleh pimpinan Hamas untuk membebaskan warga negara Rusia Trufanov dan sandera lainnya dari penjara," kata kementerian tersebut, dilansir The Moscow Times.

Trufanov, yang dikenal sebagai Sasha, diculik pada 7 Oktober 2023, bersama pacarnya, Sapir Cohen, dari kibbutz Nir Oz dekat perbatasan Gaza. Ayahnya terbunuh dalam serangan itu dan ibu serta neneknya diculik dan dibebaskan pada November 2023. 

2. Perjanjian berlangsung dalam tiga fase

Perjanjian gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025, mencakup proses pertukaran tahanan tiga fase. Setiap fase berlangsung selama 42 hari. Perjanjian yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dan didukung oleh AS itu, berfokus pada pembebasan warga sipil, tentara, dan jenazah Israel.

Fase kedua akan melibatkan pembebasan tentara Israel, dan fase ketiga akan membahas pengembalian jenazah Israel.

Meskipun gencatan senjata telah disepakati, namun warga Gaza kini masih hidup dalam kesulitan. Pemerintah setempat di Gaza mengatakan, warga kini belum memiliki hunian yang layak. Karena itu, prioritas donor adalah tenda dan tempat penampungan sementara.

"Mendapatkan tempat penampungan telah menjadi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak dan tidak dapat ditunda. Ini adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini," kata Kantor Media Pemerintah Gaza, dilansir Al Jazeera.

Ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke wilayah utara setelah gencatan senjata dicapai antara Israel dan Hamas bulan lalu. Namun banyak yang mendapati rumah mereka telah berubah menjadi puing-puing.

3. Jumlah korban akibat perang sangat tinggi

Anak-anak di Gaza saat mengungsi di sekolah-sekolah PBB. (commons.wikimedia.org/licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 2.0 Generic license.)

Perang genosida Israel telah menewaskan lebih dari 47.500 warga Palestina. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 111.600 orang sejak 7 Oktober 2023.

Laporan lain menyebut bahwa jumlah sebenarnya mencapai 61.709 yang tewas selama konflik. Sebagian besar masih berada di bawah reruntuhan.

Serangan Israel di Gaza telah menyebabkan lebih dari 11 ribu orang hilang. Kerusakan yang meluas dan krisis kemanusiaan yang telah merenggut nyawa banyak orang tua dan anak-anak tersebut telah menjadi salah satu bencana kemanusiaan global terburuk yang pernah ada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team