29 Tentara Niger Dibunuh Teroris di Dekat Perbatasan Mali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Niger mengumumkan 29 tentara tewas setelah diserang teroris di dekat perbatasan dengan Mali pada Senin (2/10/2023). Tabatol, wilayah serangan itu terjadi, menjadi titik panas karena militan yang berafiliasi dengan ISIS dan Al-Qaeda.
Masalah keamanan merupakan pendorong militer melakukan kudeta terhadap Presiden Mohamed Bazoum pada 26 Juli. Namun, saat ini Niger justru mengalami peningkatan serangan oleh pemberontak.
1. Serangan dilakukan oleh lebih dari 100 ekstremis
Dilansir Associated Press, Menteri Pertahanan Niger Letjen Salifou Mody mengatakan, lebih dari 100 ekstremis melakukan serangan itu dengan bahan peledak rakitan untuk menargetkan pasukan keamanan dalam operasi pembersihan.
“Serangan ini sayangnya menyebabkan hilangnya beberapa prajurit kami yang gagah berani. Penilaian sementara atas serangan ini adalah 29 tentara tewas. Di pihak musuh, beberapa lusin teroris dilumpuhkan, 15 sepeda motor dihancurkan, sejumlah besar senjata dan amunisi disita," kata Mody.
Setelah serangan itu, junta mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari bagi mereka yang tewas.
Junta telah mengulangi klaim yang dibuat di masa lalu bahwa operasi destabilisasi dilakukan oleh kekuatan asing tertentu yang melibatkan pengkhianat Niger, tapi tidak pernah memberikan bukti.
Baca Juga: Niger Rayakan Penarikan Pasukan Prancis: Ini Kemenangan!
2. Serangan ekstremis di Niger meningkat
Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata, kelompok pemantau kekerasan, mengatakan peningkatan kekerasan di Niger sebulan setelah kudeta. Khusus yang terkait ekstremis kenaikan sampai 40 persen.
Editor’s picks
Kelompok itu mengatakan, serangan jihadis yang menargetkan warga sipil meningkat empat kali lipat pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya, dan serangan terhadap pasukan keamanan meningkat di wilayah Tillaberi, yang menewaskan sedikitnya 40 tentara.
Niger telah memerangi pemberontak yang terkait dengan Al-Qaeda dan ISIS selama bertahun-tahun. Kekerasan yang meningkat telah menimbulkan keraguan atas kemampuan junta untuk meningkatkan keamanan Niger.
Selain masalah serangan teroris, Niger saat ini juga menghadapi kekhawatiran mengenai kemungkinan tindakan keras terhadap kebebasan sipil setelah Samira Sabou, seorang jurnalis populer ditangkap di ibu kota Niamey, tanpa diberitahu alasannya.
Kelompok kebebasan pers Reporters Without Borders mengutuk penangkapan Sabou dan meminta pihak berwenang untuk mengungkap di mana dia ditahan dan mengizinkan pengacaranya untuk menemuinya. Kelompok itu juga menyerukan agar dia segera dibebaskan.
3. Aljazair bantu Niger transisi ke pemerintahan sipil
Dilansir France 24, serangan ini terjadi saat Aljazair mengatakan bahwa Niger telah menerima tawarannya untuk menengahi pembicaraan transisi ke pemerintahan sipil. Terkait hal itu, Kementerian Luar Negeri Niger mengatakan pihaknya telah menunjukkan kesediaan Niger untuk mengkaji tawaran Aljazair.
Pemimpin militer Niger, Jenderal Abdourahamane Tiani, sebelumnya mengatakan dia menginginkan transisi tidak lebih dari 3 tahun.
Sebelumnya pada Agustus, Aljazair mengusulkan rencana transisi enam bulan di bawah pengawasan otoritas sipil yang dipimpin oleh tokoh yang disepakati dan diterima oleh semua pihak.
Aljazair tidak menyebutkan jangka waktu pastinya dalam pernyataannya, tapi Menteri Luar Negeri Aljazair Ahmed Attaf mengatakan bakal mengunjungi Niger sesegera mungkin, dengan tujuan memulai diskusi dengan semua pemangku kepentingan.
Para pemimpin militer Niger mengatakan, durasi masa transisi akan diputuskan oleh forum nasional yang inklusif.
Baca Juga: Niger Tumpuk Pasukan Militer di Perbatasan Benin
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.