Angka Kematian Pecandu Narkoba di Skotlandia Masih Tinggi selama 2021

Wanita yang meninggal akibat narkoba meningkat 8,5 persen

Jakarta, IDN Times - Badan statistik di Skotlandia, National Records for Scotland (NRS) pada Kamis (28/7/2022), merilis data jumlah kematian pecandu narkoba, menunjukkan kematian pada tahun lalu sebanyak 1.330 orang, hanya turun sembilan kematian dibandingkan periode sebelumnya.

Penurunan pada tahun lalu merupakan yang pertama sejak 2013. Walau turun, kematian akibat narkoba di Skotlandia masih merupakan tingkat tertinggi yang tercatat di Eropa.

Baca Juga: Suhu Capai 34,8 Derajat Celcius, Skotlandia Catatkan Rekor Terpanas

1. Tingkat kematian tertinggi berada di Dundee

Angka Kematian Pecandu Narkoba di Skotlandia Masih Tinggi selama 2021Ilustrasi meninggal akibat overdosis narkoba. (Pixabay.com/HASTYWORDS)

Melansir BBC, dari data NRS menunjukkan bahwa 65 persen dari mereka yang meninggal, berusia antara 35-54 tahun. Total kematian berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 70 persen atau sebanyak 933 orang adalah laki-laki, sementara wanita sebanyak 397 orang, tapi kematian di kalangan perempuan meningkat 8,5 persen.

Tingkat kematian akibat narkoba di Skotlandia tercatat paling banyak terjadi di kota Dundee, yang mencatatkan 45,2 kematian per 100 ribu orang untuk periode 2017-2021, diikuti oleh kota Glasgow 44,4 dan Inverclyde 35,7.

Menurut data yang dikumpulkan, mereka yang tinggal di daerah yang paling miskin memiliki kemungkinan 15 kali lebih besar untuk meninggal karena narkoba daripada mereka yang berada di daerah yang paling berkecukupan.

Sebesar 93 persen pecandu yang meninggal diketahui mengonsumsi lebih dari satu jenis narkoba. Obat opioid, seperti heroin, morfin, dan metadon paling mendominasi karena terlibat dalam 84 persen kematian. Sebanyak 69 persen melibatkan benzodiazepin, seperti diazepam dan etizolam.

Baca Juga: 5 Faktor Pendorong Pemulihan Pecandu Narkoba

2. Pemerintah disalahkan

Melansir The Guardian, pihak oposisi menyampaikan bahwa pemerintahan Partai Nasional Skotlandia yang dipimpin oleh Nicola Sturgeon, menanggung sebagian besar kesalahan karena menjalankan pemerintahan selama 15 tahun dan melakukan pemotongan dana untuk bantuan layanan bagi pecandu.

Douglas Ross, pemimpin Konservatif Skotlandia, mengkritik pemerintah dengan menganggap tingginya angka kematian sebagai hal memalukan bagi Sturgeon, yang selama masa pemerintahannya terjadi lonjakan kematian akibat narkoba.

Ross meminta pemerintah Skotlandia untuk mendukung hak partainya dalam mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai pemulihan pecandu, yang akan membantu setiap orang dengan masalah kecanduan untuk mendapatkan akses perawatan yang dibutuhkan. RUU itu akan diajukan ke parlemen pada akhir tahun ini.

Alex Cole-Hamilton, pimpinan Demokrat Liberal Skotlandia menyerukan agar ruang disediakan ruang konsumsi yang aman tersedia di seluruh negeri. Dia juga mendesak pembentukan komisi khusus untuk narkoba dan alkohol.

"Kematian akibat narkoba tetap hampir empat kali lebih buruk daripada di tempat lain di Eropa. Dengan pengakuan menteri pertama sendiri, pemerintahnya mengalihkan perhatian. Sudah waktunya untuk langkah-langkah baru untuk menghentikan orang sekarat," kata Cole-Hamilton.

Satu tugas kematian akibat narkoba Skotlandia pada pekan lalu merilis  laporan yang mengecam kurangnya anggaran bagi layanan untuk membantu pecandu. Laporan itu menyarankan agar dalam waktu dua tahun ada standar pengobatan baru untuk para pecandu. Dalam perkiraan terbaru menunjukkan kurang dari setengah dari mereka yang memiliki masalah narkoba memiliki akses untuk pengobatan.

Baca Juga: Skotlandia Ingin Gelar Referendum pada Oktober 2023  

3. Sturgeon menganggap tingginya jumlah kematian sebagai aib

Angka Kematian Pecandu Narkoba di Skotlandia Masih Tinggi selama 2021Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon. (Twitter.com/First Minister)

Menteri Pertama Sturgeon mengakui bahwa tingginya kasus kematian akibat narkoba merupakan aib bagi Skotlandia. Sturgeon juga mengakui pemerintahannya belum banyak mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pemerintah pada tahun lalu berjanji untuk menggunakan dana sebesar 250 juta pound sterling (Rp4,5 triliun) selama lima tahun dalam upaya mengurangi jumlah kematian, termasuk digunakan untuk meningkatkan kapasitas ruang rehabilitasi di seluruh negeri. Skotlandia telah meningkatkan distribusi Nalokson, obat yang dapat membalikkan efek overdosis opioid.

Menteri Kebijakan Narkoba Angela Constance dalam keterangannya menyampaikan bahwa jumlah kematian itu tetap "tidak dapat diterima" dan menegaskan bahwa pemerintah akan melanjutkan pekerjaannya untuk mengatasi keadaan darurat.

"Statistik terbaru ini memberikan bacaan yang lebih memilukan. Meskipun ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, setiap kehidupan yang diselamatkan berarti satu keluarga yang berduka berkurang dan saya bertekad kita dapat menggunakan penghentian ini dalam tren peningkatan beberapa tahun terakhir sebagai platform untuk perubahan nyata."

"Fokus saya sekarang adalah mengambil tindakan dan memberikan investasi baru untuk meningkatkan layanan dan mendapatkan lebih banyak orang ke dalam perawatan yang cocok untuk mereka," tambahnya.

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya