Bentrokan Suku selama Seminggu di Sudan Tewaskan 117 Orang

Ada 62 mayat ditemukan terbakar

Jakarta, IDN Times - Bentrokan antarsuku di Sudan selama seminggu terakhir. Menurut keterangan pemimpin suku pada Senin (13/6/2022), bentrokan yang terjadi di Kulbus provinsi Darfur Barat itu, telah menyebababkan 117 orang tewas.

Bentrokan ini disebabkan sengketa tanah yang melibatkan dua orang, seorang dari suku Rizeigat Arab dan seorang dari suku Gimir Afrika, yang kemudian meluas dan melibatkan anggota dari kedua suku itu.

Baca Juga: PBB: 142 Orang Sudan Selatan Diduga Lakukan Kejahatan Perang

1. Sebagain besar orang yang meninggal berasal dari suku Gimir

Ibrahim Hashem, seorang pemimpin suku Gimir menyampaikan perselisihan yang memicu kekerasan ini menyebabkan 17 desa dibakar. Hashem memberitahu kematian yang dihitung sejauh ini sebagian besar berasal dari sukunya dan banyak anggota sukunya hilang sejak kekerasan meletus, dikutip dari VOA News.

Keterangan Abkar Al-Toum, yang juga seorang pemimpin suku di kota itu menyampaikan bahwa ada 62 mayat yang ditemukan terbakar setelah anggota suku Arab lokal menyerang dan membakar desa. Al-Toum memberitahu para penyerang telah menguasai sumber daya air di daerah tersebut.

Toby Harward, koordinator UNHCR, sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi pengungsi, menyerukan agar dikerahkan pasukan gabungan yang netral untuk memberikan perlindungan bagi warga sipil. Dia memperingatkan kekerasan itu jika tidak segera ditangani, akan menyebabkan para petani tidak bisa menanam.

Perwakilan khusus PBB untuk Sudan, Volker Perthes, melalui Twitter menyampaikan kekerasan terbaru itu, membuatnya terkejut dan menyerukan agar akar penyebab kekerasan segera diselesaikan.

Baca Juga: Ngeri! Pasien Rumah Sakit Sudan Tewas Tertembak Peluru Nyasar

2. Bentrokan membuat ribuan kelurga harus mengungsi

Bentrokan Suku selama Seminggu di Sudan Tewaskan 117 OrangIlustrasi kamp pengungsi. (Unsplash.com/Julie Ricard)

Abbas Mustafa, seorang pejabat setempat menyampaikan kekerasan yang terjadi menyebabkan sekitar 5 ribu keluarga mengungsi. Menurut Komisi Bantuan Kemanusiaan (HAC), ada 2.600 keluarga, yang terdiri dari sekitar 15.600 orang, mengungsi ke wilayah ke kota Saraf Omra di Darfur Utara. Mereka tersebar di enam lingkungan kota, di sebelah desa Umm Jarwa dan Jabek Allah di wilayah Al Serif.

Kekerasan juga meluas ke wilayah Darfur Utara, yang menyebabkan kerusakan pada dua desa di sana.

Saddam Ishaq Ahmed, komisari HAC menjelaskan mereka yang mengungsi terdiri dari sejumlah besar anak-anak, ibu menyusui, dan ibu hami. Ahmed memberitahu bahwa banyak anak-anak menderita diare. Dia meminta agar para pengungsi segera diberikan bantuan  tempat tinggal, makanan, dan barang-barang, dikutip dari Radio Dabanga.

Baca Juga: PBB Kecam Aksi Penangkapan Aktivis Perempuan di Sudan

3. Konflik Darfur di Sudan

Bentrokan Suku selama Seminggu di Sudan Tewaskan 117 OrangBantuan kemanusiaan PBB untuk Sudan. (Twitter.com/UN OCHA Sudan)

Melansir Associated Press, konflik sudara di Darfur dimulai pada 2003, ketika etnis Afrika memberontak karena menganggap pemerintah Omar Al-Bashir yang didominasi suku Arab mendiskriminasi mereka. Pemerintah Al-Bashir dalam melawan para pemberontak dituduh mempersenjatai suku-suku penggembala Arab lokal yang dikenal sebagai Janjaweed.

Pasukan Janjaweed dituduh atas banyak kekejaman, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, penjarahan, dan pembakaran. Kelompok kemanusian menuduh banyak pasukan Janjaweed telah diintegrasikan ke dalam pasukan militer. Pasukan itu dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, wakil pemimpin de facto Sudan.

Karena kekejaman yang berlangsung di wilayah Darfur, Al-Bashir telah didakwa melakukan genosida oleh Pengadilan Kriminal Internasional. Dia digulingkan dari kekuasaan pada 2019 dan saat ini ditahan di Khartoum.

Pada 2020, Sudan menandatangani kesepakatan damai dengan kelompok pemberontak utama Darfur dan di tahun itu, PBB mengakhiri misi pasukan perdamaiannya di sana. Namun, sejak akhir tahun lalu, kekerasan suku dan pertempuran di Darfur telah menewaskan ratusan orang. Konflik antara suku Arab dan suku Massalit yang non-Arab sebelumnya pada April, menewaskan lebih dari 200 orang.

PBB telah diminta untuk kembali mengirimkan pasukan karena meningkatnya kekerasan suku. Konflik yang terjadi di Sudan, dilaporkan telah menyebabkan jumlah korban tewas hingga 300 ribu orang dan 2,5 juta orang mengungsi.

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya