Jerman Kembalikan Topeng Bersejarah Suku Kogi ke Kolombia

Topeng tersebut digunakan dalam ritual Suku Kogi

Jakarta, IDN Times - Museum Etnologi Berlin mengembalikan dua topeng Suku Kogi yang berusia sekitar enam abad ke Kolombia, pada hari Jumat (16/6/2023). Topeng Kogi berada di Berlin setelah dibeli oleh etnolog Konrad Theodor Preuss dari putra almarhum pendeta Suku Kogi pada 1915.

Para ahli memeperkirakan kedua topeng itu disebut sebagai Topeng Matahari (Mama Uakai) dan Topeng Matahari Hebat (Mama Nuikukui Uaka), yang  digunakan secara ritual dalam tarian dan nyanyian di kuil, yang diyakini hanya boleh boleh ditangani oleh pendeta tradisional Kogi.

Karena topeng tersebut dinilai berharga bagi Suku Kogi, Yayasan Warisan Budaya Prusia yang mengawasi museum itu menyimpulkan bahwa artefak itu seharusnya tidak pernah dijual sejak awal.

Baca Juga: Mengenal 12 Artefak Bersejarah yang Terkenal di Seluruh Dunia

1. Pengembalian topeng dilakukan presiden

Jerman Kembalikan Topeng Bersejarah Suku Kogi ke KolombiaTopeng Kogi yang dikembalikan Jerman ke Kolombia di Berlin pada 16 Juni. (Twiter.com/Presidencia Colombia)

Dilansir DW, penyerahan topeng tersebut dilakukan oleh Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, ketika Presiden Kolombia Gustavo Petro mengunjungi Berlin.

"Kami tahu bahwa topeng itu suci bagi Kogi. Semoga topeng-topeng ini memiliki perjalanan yang baik kembali ke tempat mereka dibutuhkan, dan di mana mereka masih menjadi jembatan antara manusia dan alam saat ini," kata Steinmeier

"Restitusi ini merupakan bagian dari pemikiran ulang tentang bagaimana kita menangani masa lalu kolonial kita, sebuah proses yang telah dimulai di banyak negara Eropa. Saya menyambut baik fakta bahwa Jerman memainkan peran utama dalam hal ini."

Petro mengatakan bahwa dia berharap ada lebih banyak benda bersejarah yang dapat ditemukan kembali.

Baca Juga: Fakta 4 Anak Selamat dalam Insiden Kecelakaan Pesawat di Kolombia

2. Penggunaan topeng dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah kesehatan

Dilansir The Guardian, topeng tersebut telah disimpan dalam koleksi etnologis di Berlin selama lebih dari satu abad. Topeng disimpan di sebuah wadah pada 1940-an dan 50-an, yang berulang kali disemprot, dengan 1,4-diklorobenzena, disinfektan.

Penggunaan dalam kapur barus telah dilarang di seluruh Uni Eropa sejak 2008 karena dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan diduga menyebabkan kanker. Penggunaan bahan kimia tersebut membuat para peneliti mengigatkan bahwa memakai topeng itu dapat menimbulkan risiko kesehatan.

Masalah tentang toksisitas topeng tidak disinggung selama bagian resmi dari acara serah terima, tapi kontaminasi historisnya telah disampaikan oleh Rudolf Parzinger dari yayasan Warisan Budaya Prusia, yang mengatakan bahwa topeng telah dibersihkan dan didetoksifikasi pada awal tahun.

"Kami masih ragu di mana mereka bisa langsung dikenakan di depan wajah. Itu masih harus dilihat," ujarnya.

Stefan Simon, direktur laboratorium penelitian Rathgen, sebuah lembaga yang terkait dengan museum milik negara Berlin, mengatakan bahwa benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat sepenuhnya didekontaminasi.

“Saya tidak tahu satu pun prosedur ilmiah yang akan mengubah benda yang terkontaminasi menjadi benda yang tidak berbahaya. Masih ada kenaifan besar di antara museum dan politisi tentang kemampuan sains dan teknologi dalam hal itu," kata Simon.

Baca Juga: Kebakaran Besar Hancurkan Kantor Pos Bersejarah Filipina  

3. Jerman juga telah mengembalikan artefak ke Nigeria

Jerman Kembalikan Topeng Bersejarah Suku Kogi ke KolombiaBendera Jerman (Unsplash.com/Christian Wiediger)

Negara-negara Eropa, termasuk Jerman, Prancis, Belgia, dan Belanda dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil langkah-langkah untuk mengembalikan benda-benda yang diperoleh oleh museum nasional mereka selama era kolonial.

Pada akhir tahun lalu, Jerman mengembalikan ratusan Perunggu Benin ke Nigeria. Artefak bersejarah itu diambil dari Afrika oleh ekspedisi kolonial Inggris pada lebih dari 120 tahun lalu.

Benda bersejarah itu telah dipindahkan melalui dekrit presiden kepada kepala bekas keluarga kerajaan Kekaisaran Benin. Namun, ada kekhawatiran bahwa benda-benda itu justru menjadi koleksi pribadi daripada berakhir dipajang di museum baru yang didanai bersama oleh Jerman.

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya