Jurnalis Dipukuli Hingga Meninggal, Georgia Rusuh

Lashkarava sempat dirawat di rumah sakit 

Tbilisi, IDN Times - Ribuan orang di Georgia pada hari Minggu (11/7/2021) melakukan protes setelah juru kamera saluran TV Pirveli, Alexander Lashkarava ditemukan meninggal di rumahnya pada pagi hari. Dia sebelumnya pada 5 Juli dipukuli oleh mereka yang menentang pawai LGBT di Tbilisi.

1. Dipukuli oleh penentang pawai LGBT

Jurnalis Dipukuli Hingga Meninggal, Georgia RusuhIlustrasi parade LGBT. (Pexels.com/Rosemary Ketchum)

Dilansir Associated Press, menurut salaruan televisi tempat Lashkarava bekerja, dia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa oleh ibunya pada Minggu pagi. Juru kamera ini adalah salah satu dari beberapa lusin wartawan yang diserang pada 5 Juli oleh penentang LGBT.

Penyelenggara March For Dignity Tbilisi harus membatalkan parade yang telah direncanakan karena pihak berwenang tidak memberikan jaminan keamanan yang memadai. Penentang pawai yang melakukan protes memblokir jalan utama ibu kota, mencela jurnalis yang meliput protes mereka sebagai pendukung LGBT dan melemparkan tongkat dan botol ke arah mereka.

Menurut kelompok LGBT di Tbilisi bahwa penentang pawai mereka mendapat dukungan oleh pemerintah dan Gereja Ortodoks Georgia.

Lashkarava, menurut rekannya Miranda Baghaturia, dipukuli oleh gerombolan sekitar 20 orang. Media lokal kemudian menunjukkan Lashkarava mengalami memar di wajahnya dan darah di lantai di sekitarnya. Karena lukanya dia dilaporkan harus menjalani operasi, tetapi dipulangkan dari rumah sakit pada hari Kamis.

2. Perdana menteri diminta mundur

Jurnalis Dipukuli Hingga Meninggal, Georgia RusuhPerdana Menteri Georgia, Irakli Garibashvili. (Twitter.com/Irakli Garibashvili)

Dilansir DW, kematian Lashkarava memicu ribuan orang pada hari Minggu turun ke jalan di Tbilisi untuk melakukan unjuk rasa yang meminta Perdana Menteri Garibashvili mengundulkan diri dan mendesak adanya tuntutan kepada mereka yang bertanggung jawab atas kematian Lashkarava.

Tokoh TV dan jurnalis terkemuka Georgia menuduh pemerintah Garibashvili mengatur kampanye kekerasan terhadap jurnalis. Nodar Meladze, editor berita tempat Lashkarava bekerja mengatakan.

"Pemerintah tidak hanya mendorong kekerasan terhadap jurnalis, itu adalah bagian dari kekerasan. Pemerintah telah membentuk kelompok-kelompok kekerasan untuk menyerang media independen," kata Meladze.

Meladze juga menyampaikan bahwa polisi anti huru hara telah berulang kali menargetkan wartawan. Pada 2019, polisi anti huru hara melukai sekitar 40 jurnalis ketika sedang meliput protes anti-pemerintah. 

Pemerintah Garibashvili telah dituduh bahwa secara diam-diam telah mendukung kelompok homofobia dan nasionalis. Garibashvili mengatakan mengadakan pawai LGBT tidak bisa diterima oleh sebagian besar warga Georgia. Perkataan Garibashvili itu memicu reaksi keras dari kelompok hak asasi dan aktivis oposisi.

Baca Juga: Menuju Kemitraan Strategis Indonesia-Georgia

3. Sudah ada empat pria yang ditangkap

Jurnalis Dipukuli Hingga Meninggal, Georgia RusuhIlustrasi Borgol (IDN Times/Mardya Shakti)

Dilansir SBS News, Perdana Menteri Garibashvili di Facebook menyebut peristiwa ini sebagai "tragedi yang luar biasa." Dia telah menyatakan belasungkawa kepada keluarga Lashkarava dan rekan-rekannya dan berjanji akan penyeledikan kematian segera dilakukan. Menurut Kementerian Dalam Negeri Georgia penyelidikan telah dibuka.

Empat pria yang ikut menyerang Lashkarava telah ditangkap minggu ini, tetapi Pirveli TV mengkritik polisi karena tidak menuntut sekitar dua lusin penyerang lainnya yang identitas mereka telah diketahui.

Kekerasan terhadap jurnalis itu telah dikritik oleh Reporters Without Borders (RSF), dengan mengatakan para wartawan "menahan luka yang meliputi gegar otak, luka bakar kimia dan patah tangan". Kelompok itu menuduh bahwa pihak berwenang yang bertindak pasif telah bersalah karena polisi telah gagal untuk melindungi wartawan.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengutuk serangan terhadap wartawan dan menyerukan penuntutan mereka yang bertanggung jawab.

"Keamanan setiap jurnalis Georgia dan kredibilitas demokrasi di Georgia mengharuskan setiap individu yang menyerang warga negara dan jurnalis yang damai...harus diidentifikasi, ditangkap, dan dituntut sesuai hukum," kata kedutaan AS.

"Izinkan saya mengulangi kecaman keras Uni Eropa atas semua kekerasan dan dukungan teguh dan tak tergoyahkan kami terhadap kebebasan media dan berkumpul," kata duta besar Uni Eropa untuk Georgia, Karl Hertzel.

Baca Juga: Biden: RUU Pemilu di Negara Bagian Georgia adalah Kekejaman

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya