Mantan Senator Haiti Mengaku Bersalah atas Pembunuhan Presiden

Mengaku teah ikut mengatur rencana pembunuhan

Jakarta, IDN Times - Joseph Joel John, mantan senator Haiti yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada 7 Juli 2021, mengaku bersalah atas tiga dakwaan di pengadilan Amerika Serikat (AS) pada Selasa (10/10/2023). Dia membantu mendapatkan kendaraan sewaan, memperkenalkan anggota geng Haiti, dan mencoba mendapatkan senjata api.

John merupakan senat di Haiti dari tahun 2009-2015 dan bekerja sebagai konsultan politik dan keamanan. Dia terlibat dalam pembunuhan itu dengan tujuan dapat menjadi perdana menteri di bawah penerus Moise setelah pemimpin itu meninggal. Kasus ini diadili di Pengadilan Federal AS karena sebagian rencana pembunuhan diatur di Florida. John ikut dalam pertemuan rencana pembunuhan tersebut.

1. Terdakwa ketiga yang mengaku bersalah

Dilansir Miami Herald, John berada di Miami setelah diesktradisi dari Jamaika pada Mei 2022, tempat dia ditahan karena pelanggaran imigrasi. Setelah John dipindahkan dan ditangkap di Miami, istri dan dua putranya diizinkan datang ke Amerika Serikat, menurut pengacara pembelanya, Brian Kirlew.

“Mereka ada di AS, dan mereka aman,” kata Kirlew setelah sidang pembelaan. Harapannya adalah mereka bisa tetap di sini.

Dia mengaku bersalah bersekongkol memberikan dukungan material untuk membunuh presiden Haiti, memberikan dukungan tersebut, dan berkonspirasi untuk membunuh atau menculik seseorang di luar AS. Dakwaan ini membuatnya terancam dihukum seumur hidup, tapi karena bekerja sama dengan pihak berwenang dia bisa menerima hukuman yang lebih ringan.

Mantan senator itu adalah terdakwa ketiga yang mengaku bersalah dari 11 terdakwa dalam kasus pembunuhan tersebut. Dua terdakwa lainnya adalah German Alejandro Rivera Garcia, pensiunan perwira militer Kolombia dan Rodolphe Jaar, pengusaha berkewarganegaraan Haiti-Chili.

Rivera pada bulan lalu mengakui telah ikut merencanakan pembunuhan dan memimpin sekelompok mantan tentara Kolombia ke rumah Moise untuk membunuhnya. Rivera menghadapi hukuman penjara seumur hidup dan hukumannya akan diputuskan pada akhir bulan ini.

Jaar telah mengaku menyediakan senjata, penginapan, dan uang dalam konspirasi untuk membunuh Moise. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada bulan Juni, tapi berharap hukuman penjaranya dapat dikurangi dengan kerja sama. Sebelumnya, dia juga pernah dihukum karena perdagangan narkoba di AS.

Baca Juga: Hizbullah Targetkan Serang Pangkalan Militer Israel

2. Melakukan pertemuan untuk membahas pembunuhan

Mantan Senator Haiti Mengaku Bersalah atas Pembunuhan PresidenIlustrasi Garis Polisi (IDN Times/Mardya Shakti)

Hasil investigasi menunjukkan John menyewa lima kendaraan untuk misi mematikan tersebut, dan berkomunikasi dengan Vitelhomme Innocent, pemimpin geng, dan Miradieu Faustin, mantan pemimpin pemberontak. Dia juga menghadiri pertemuan di Florida Selatan dan Haiti dengan tersangka lainnya dan mencoba mendapatkan senjata dan amunisi untuk mereka.

Pada bulan April 2021, John bergabung dengan tersangka lain di kantor Counter Terrorist Security (CTU), sebuah perusahaan keamanan yang berbasis di Miami. Di sana, ia bertemu dengan CEO perusahaan Anthony Intriago, karyawan CTU lainnya, Arcangel Pretel Ortiz dan James Solages, dan Christian Emmanuel Sanon, seorang dokter AS keturunan Haiti yang bercita-cita menjadi presiden Haiti.

John juga menghadiri pertemuan lain bulan itu di kantor Worldwide Capital Lending Group milik Walter Veintemilla di Weston, yang menyediakan dana 173 dolar AS (Rp2,7 miliar) untuk renaca tersebut. Pihak lain yang menghadiri pertemuan tersebut adalah Ortiz, Intriago, Solages dan Sanon.

“Pada pertemuan tersebut, kelompok tersebut berbicara tentang peluang finansial untuk berinvestasi di Haiti setelah pemecatan Presiden Moise,” menurut pernyataan faktual John.

Mantan pejabat itu juga hadir dalam pertemuan di Haiti yang membahas operasi pembunuhan itu, termasuk satu pertemuan di rumah Jaar sehari sebelum pembunuhan. Mereka yang hadir adalah Solages, Rivera, Joseph Vincent, informan Badan Narkotika AS, dan Mario Antonio Palacios, komando Kolombia yang dituduh terlibat dalam penyerangan ke rumah presiden.

“Saat itu, Solages memberi tahu John dan orang lain yang hadir, secara substansial, bahwa operasi tersebut akan mengakibatkan pembunuhan Presiden Moise,” menurut pernyataan John.

3. Haiti mengalami kekacauan

Mantan Senator Haiti Mengaku Bersalah atas Pembunuhan PresidenIlustrasi bendera Haiti. (Pixabay.com/jorono)

Dilansir DW, sejak pembunuhan Moise, penegakan hukum di Haiti berada dalam kekacauan. Masalah di negara itu semakin tidak terkendali ketika geng-geng kekerasan mengklaim sebagian besar ibu kota Port-au-Prince dan wilayah lainnya.

Negara tersebut juga mengalami kerusuhan pada bulan Januari, ketika polisi memprotes kekerasan yang dialami petugas. Pada bulan yang sama Perdana Menteri Ariel Henry mengaku selamat dari upaya pembunuhan.

Pekan lalu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui pengerahan pasukan internasional pimpinan Kenya untuk memberikan dukungan operasional kepada kepolisian nasional Haiti. Kenya telah menyatakan siap menyediakan hingga 1.000 personel.

Namun, pengerahan tersebut ditunda sementara menunggu gugatan di pengadilan Kenya yang diajukan oleh politisi oposisi, dan keputusan saat ini diperkirakan akan diambil pada 24 Oktober.

Pemerintahan sementara Haiti telah menjanjikan pemilu pada tahun 2023, tapi Henry mengatakan pemilu tidak dapat diadakan dalam kondisi keamanan saat ini. Sejak 2016 pemilu belum pernah dilaksanakan di Haiti.

Baca Juga: Uni Eropa: Bantuan Kemanusiaan ke Palestina Tidak Akan Dihentikan

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya