Pasukan Nigeria Selamatkan 14 Mahasiswi yang Diculik di Kampus

Diyakini ada 20 mahasiswi yang diculik di Zamfara

Jakarta, IDN Times - Pasukan Nigeria berhasil menyelamatkan 14 mahasiswi yang diculik dari Universitas Federal Gusau di negara bagian Zamfara, kata pihak universitas pada Senin (25/9/2023). Penculikan ini terjadi pada 22 September dan diyakini sedikitnya ada 20 mahasiswi yang diculik.

Insiden ini merupakan penculikan massal pertama di lingkungan pendidikan sejak Presiden Bola Tinubu menjabat pada bulan Mei. Tinubu telah berjanji untuk menyelesaikan masalah keamanan di Nigeria.

Baca Juga: Duh, Bandit Nigeria Culik 24 Mahasiswi dan 10 Pekerja di Zamfara

1. Penculikan membuat keamanan di universitas ditingkatkan

Pasukan Nigeria Selamatkan 14 Mahasiswi yang Diculik di KampusIlustrasi penculikan. (Pixabay.com/Meelimello)

Dilansir Al Jazeera, Universitas Federal Gusau mengatakan ke-14 mahasiswinya itu berhasil diselamatkan bersama dua orang lainnya. “Insiden yang menyedihkan dan tidak menguntungkan ini benar-benar telah membuat komunitas universitas berada dalam ketegangan dan ketakutan yang serius,” kata universitas itu.

Pihak universitas mengatakan pasukan keamanan telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan mereka yang masih diculik. Saat ini, sedang dilakukan upaya untuk meningkatkan keamanan di sekitar universitas.

Tinubu telah mengecam penculikan ini. Dia mengatakan pemerintahnya bertekad untuk memastikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan tetap menjadi tempat perlindungan pengetahuan, pertumbuhan, dan peluang, dan benar-benar bebas dari tindakan teroris yang mengancam.

Baca Juga: Bandit Nigeria Serang Jemaah Muslim yang Sedang Salat, 7 Orang Tewas

2. Pemerintah disalahkan atas penculikan

Dilansir VOA News, penculikan massal terbaru ini telah kampanye darimg yang diberi nama Bring Back our FUGUS Girls. Slogan kampanye ini mirip dengan gerakan pada 2014, Bring Back Our Girls atau BBOG, yang menyebar ke seluruh dunia setelah lebih dari 270 siswi diculik oleh militan Boko Haram di kota Chibok di negara bagian Borno.

Aktivis Abba Abiyos Roni menuduh pemerintah sebagai pihak yang harus disalahkan dalam penculikan ini karena dianggap tidak proaktif.

"Orang pertama yang harus disalahkan adalah pemerintah. Seperti yang saya lihat dalam laporan, ada sekitar 50 pengendara. 50 pengendara adalah sesuatu yang sangat besar sehingga pemerintah (keamanan) dapat dengan mudah mengidentifikasi atau menanganinya bahkan sebelum mereka mengambil mahasiswi, kami tidak tahu kenapa mereka tidak merespons,” katanya.

Sebelumnya mahasiswa pada bulan Juni telah mengadakan protes atas penculikan lainnya terhadap lima mahasiswa dari Universitas Federal Gusau, dengan memblokir jalan raya dan menyerukan tindakan.

Amnesty International mengatakan kesenjangan keamanan adalah penyebab serangan yang terus-menerus terjadi dan meminta pihak berwenang untuk menyelidikinya.

3. Nigeria kesulitan menghadapi kelompok pemberontak dan geng penculik

Pasukan Nigeria Selamatkan 14 Mahasiswi yang Diculik di KampusBendera Nigeria. (Unsplash.com/Emmanuel Ikwuegbu)

Penculikan di lingkungan pendidikan seperti ini biasa terjadi di wilayah barat laut dan tengah Nigeria, yang dilakukan oleh geng-geng penculik atau dikenal secara lokal sebagai bandit. Mereka melakukan penculikan untuk memperoleh uang tebusan.

Para bandit tersebut diyakini sebagian besar adalah etnis Fulani, tapi para penggembala dan tentara bayaran dari wilayah tersebut serta dari tetangga Chad dan Niger juga terlibat.

Di Zamfara, wilayah rawan penculikan untuk meminta tebusan, banyak kelompok main hakim sendiri bermunculan dan para remaja bergabung dalam barisan mereka dengan membawa pisau serta pentungan.

Selain menghadapi bandit, Nigeria juga terperosok dalam perang berkepanjangan dengan kelompok pemberontak, yang berlangsung lebih dari 14 tahun di wilayah timur laut, sementara kekerasan dari kelompok separatis telah mengguncang wilayah tenggara.

Diperkirakan ada 12 ribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi di negara bagian Sokoto, Kebbi, Zamfara, Katsina, dan Kaduna dari 2011 hingga 2022 akibat konflik kekerasan, menurut Pusat Demokrasi dan Pembangunan, sebuah lembaga advokasi dan kebijakan yang berbasis di Abuja.

Baca Juga: Nigeria Disebut Jalankan Program Aborsi Korban Pemerkosaan Boko Haram

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya