Polusi Udara Memburuk, Sekolah di Delhi Ditutup Seminggu

Mahkamah Agung menyarankan lockdown sementara 

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang di Delhi pada hari Sabtu (13/11/2021) mengumumkan rencana penutupan sekolah selama seminggu yang akan dimulai pada tanggal 15 November. Penutupan ini dilakukan karena hasil penilaian menunjukkan kualitas udara di wilayah ibu kota India itu semakin memburuk yang mengancam kesehatan.

1. Penutupan sekolah untuk menghindari udara yang tercemar

Melansir dari DW, Keputusan ini diambil setelah banyak siswa selama seminggu terakhir tidak masuk sekolah padahal sekolah baru dibuka kembali, Ketua Menteri Delhi, Arvind Kejriwal mengatakan sekolah ditutup untuk menghindari anak-anak menghirup udara yang tercemar. Selain itu udara yang memburuk membuat khawatir karena masih ada ancaman dari virus corona.

Ashok Agarwal, presiden nasional Asosiasi Orang Tua Seluruh India pada awal pekan ini mengatakan setelah COVID-19 polusi telah menjadi ancaman besar untuk kesehatan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan lansia.

Mahkamah Agung pada hari Sabtu telah menyarankan untuk melakukan lockdown sementara sebagai tindakan untuk mengurangi polusi.

Kejriwal sebelumnya mengatakan akan mempertimbangkan saran pengadilan setelah mendiskusikan kemungkinan tersebut dengan para pemangku kepentingan utama di Delhi. Dia mengatakan tindakan seperti itu belum pernah dilakukan dan akan menjadi keputusan yang ekstrem.

Kejriwal mengatakan untuk sementara kegiatan konstruksi akan dihentikan selama empat hari untuk mengurangi debu. Selain itu juga meminta para pekerja untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan.

Dewan yang menilai polusi pada hari Jumat menyarankan masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar ruangan agar dapat meniminalisir menghirup udara yang tercemar, selain itu juga menyarankan otoritas pemerintah untuk mempersiapkan penerapan tindakan di bawah kategori darurat.

2. Polusi udara melewati 20 kali batas yang dianjurkan

Polusi Udara Memburuk, Sekolah di Delhi Ditutup SemingguIlustrasi polusi udara yang dihasilkan dari industrsi. (Pexels.com/Vitaly Vlasov)

Baca Juga: India Instruksikan Hapus Konten soal COVID-19 Varian India

Melansir dari The Guardian, pada hari Sabtu tingkat partikel 2,5 mikrometer terkecil dan paling berbahaya, yang dapat memasuki aliran darah telah mencapai 300 pada indeks kualitas udara, yang berarti 20 kali lipat dari batas harian maksimum yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dr Suranjit Chatterjee dari Rumah Sakit Apollo mengatakan bahwa setiap hari rumah sakitnya mendapatkan 12 hingga 14 pasien setiap hari dalam keadaan darurat akibat buruknya kualitas udara, kebanyakan pada malam hari, ketika gejalanya menyebabkan gangguan tidur dan panik.

Dalam sebuah laporan pada 2020 organisasi Swiss IQAir menunjukkan bahwa 22 dari 30 kota paling tercemar di dunia berada di India, dengan Delhi menjadi kota yang dinilai memiliki polusi udara paling buruk. Pada tahun 2019 ada 1,67 juta kematian di India yang disebabkan oleh polusi udara, termasuk hampir 17.500 di ibu kota.

Pada awal tahun ini, pemerintah Delhi telah membuka sebuah instalasi udara yang membantu mengurangi separuh jumlah partikulat berbahaya di udara, tapi hanya dapat bekerja dalam radius satu kilometer persegi.

Dalam beberapa hari terakhir sungai yang mengalir melalui Delhi, Sungai Yamuna, mengalami penyumbatan buih putih yang berbahaya bagi kesehatan. Pemerintah Delhi menyalahkan limbah berat dan limbah industri yang dibuang ke sungai dari hulu yang lebih jauh sebagai penyebab buih di sungai.

3. Kebakaran lahan pertanian memperburuk polusi

Polusi Udara Memburuk, Sekolah di Delhi Ditutup SemingguIlustrasi asap dari pembakaran lahan pertanian. (Unsplash.com/Dominik Kiss)

Melansir dari The Indian Express, polusi udara di Delhi semakin memburuk karena pembakaran jerami dari pembakaran lahan pertanian dan kecepatan angin yang lambat. Menurut sistem penilaian kualitas kontribusi pembakaran jerami ke tingkat partikel 2,5 mikrometer di Delhi adalah sekitar 31 persen pada hari Sabtu.

Biasanya, kebakaran lahan pertanian di India mencapai puncaknya pada awal November dan mereda sebelum cuaca menjadi dingin, tapi di tahun ini telah terjadi peningkatan kebakaran di lahan pertanian yang bertepatan dengan penurunan suhu, yang terjadi dalam beberapa hari dari 15 derajat Celcius pada 5 November menjadi 11,1 derajat pada 13 November.

Kabut asap di Delhi telah berlangsung enam hari, yang sama seperti pada 2018 dan 2020. Pada 2019, kabut asap bertahan hingga delapan hari. Pada tahun ini Jumlah kebakaran lahan pertanian merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.

Kualitas udara juga semakin memburuk disebabkan perayaan Diwali, yang dirayakan dengan kembang api.

Baca Juga: Advokat Korban Kekerasan Delhi Tuduh Polisi Lakukan Sabotase

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya