Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Jika benar terjadi, pencaplokan Gaza akan dilakukan bertahap, dimulai dari zona penyangga di perbatasan hingga wilayah utara dekat kota Sderot dan Ashkelon.

  • Rencana aneksasi Gaza telah mendapat dukungan dari pemerintahan AS.

  • Israel melonggarkan aliran bantuan ke Gaza setelah tekanan internasional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut sedang mempertimbangkan rencana untuk mencaplok sebagian wilayah Jalur Gaza. Langkah ini bersifat kondisional dan akan dieksekusi jika negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas tidak mencapai kesepakatan.

Melalui rencana tersebut, Netanyahu berupaya meredam amarah dan menjaga dukungan dari mitra koalisi sayap kanan ekstrem. Beberapa menteri Israel sebelumnya mengancam akan menarik diri dari pemerintahan setelah Netanyahu memutuskan untuk mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dilansir Middle East Eye, pada Rabu (3/7/2025).

1. Pencaplokan akan dilakukan bertahap

Menurut media Israel, proses aneksasi akan dimulai dengan penguasaan zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza. Setelah itu, pasukan akan bergerak untuk mencaplok wilayah di Gaza bagian utara, dekat dengan kota Sderot dan Ashkelon di Israel.

Proses ini dirancang untuk dapat diperluas secara bertahap hingga berpotensi mencakup seluruh wilayah Palestina tersebut. Sebuah badan administrasi khusus juga akan dibentuk untuk mengelola aspek sipil dan keamanan di area yang dicaplok, dilansir Times of Israel.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, salah satu pendukung rencana ini, menyatakan bahwa pemukiman kembali warga Yahudi di Gaza kini semakin realistis.

"Selama dua puluh tahun, gagasan ini hanyalah angan-angan. Sekarang, ini menjadi rencana kerja yang realistis. Kami tidak membayar harga sebesar ini hanya untuk menyerahkan Gaza dari satu bangsa Arab ke bangsa lain. Gaza adalah bagian tak terpisahkan dari Tanah Israel," tutur Smotrich, dilansir The New Arab.

2. AS beri lampu hijau untuk rencana aneksasi

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Rencana aneksasi ini dilaporkan telah menerima dukungan dari pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat. Baru-baru ini, Trump juga menyarankan perubahan strategi militer Israel di Gaza.

"Saya telah mengatakan kepada Israel, saya katakan kepada Bibi (Netanyahu), bahwa Anda sekarang mungkin harus melakukannya dengan cara yang berbeda," ujar Trump, dikutip dari Middle East Eye.

Ide aneksasi kembali muncul setelah negosiasi gencatan senjata mandek selama berbulan-bulan. Tim negosiator Hamas bahkan dilaporkan telah meninggalkan Qatar menuju Turki untuk melakukan konsultasi lebih lanjut.

Selain opsi aneksasi, kabinet perang Israel juga mempertimbangkan berbagai opsi radikal lainnya untuk menekan Hamas. Salah satu opsi tersebut adalah menerapkan kembali pengepungan total yang akan memutus seluruh pasokan bantuan kemanusiaan dan listrik ke Gaza, dilansir Times of Israel.

3. Israel longgarkan aliran bantuan setelah ditekan

Di Gaza, situasi kemanusiaan semakin memburuk dengan ancaman kelaparan yang menghantui. Israel terpaksa melonggarkan aliran bantuan setelah ditekan oleh berbagai negara.

Yordania telah menjatuhkan 25 ton bantuan bersama Uni Emirat Arab. Kedua negara akan melanjutkan operasi selama tiga minggu pada Agustus. Sementara, Jerman dan Spanyol berencana untuk bergabung dalam operasi tersebut.

Sebelumnya, Netanyahu menuduh Hamas sengaja merekayasa gambar-gambar penderitaan warga Gaza. Klaim Netanyahu ini justru dibantah langsung oleh Trump.

"Gambar-gambar kelaparan di Gaza itu nyata. Anda tidak bisa memalsukan hal itu," kata Trump, dikutip dari Times of Israel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team