Hamas Sebut Negosiasi dengan Israel Tidak Ada Gunanya

Jakarta, IDN Times - Khalil al-Hayya, wakil kepala biro politik Hamas di Gaza, mengatakan bahwa tidak ada gunanya melanjutkan negosiasi dengan Israel selama genosida dan blokade di Gaza masih berlangsung. Ia menuduh Israel menarik diri dari perundingan gencatan senjata terbaru demi mengulur waktu dan memperparah perang.
“Tidak ada gunanya melanjutkan negosiasi di tengah pengepungan, genosida, dan kelaparan yang menimpa anak-anak dan perempuan kami di Jalur Gaza,” kata Hayya dalam sebuah video pada Minggu (27/7/2025).
Ia menambahkan bahwa masuknya makanan dan obat-obatan ke Gaza merupakan wujud nyata dari keseriusan untuk melanjutkan negosiasi.
Pejabat tersebut menerangkan bahwa telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam putaran terakhir negosiasi di Qatar, dan Hamas telah menyetujui sejumlah elemen penting yang diajukan oleh para mediator. Namun, Israel tiba-tiba menarik diri dari perundingan dan menunjukkan keberpihakannya terhadap utusan Amerika Serikat (AS), Steve Witkoff, yang menganggap respons Hamas untuk mengakhiri perang tidak cukup serius.
“Penarikan pihak pendudukan dari putaran perundingan merupakan langkah yang terang-terangan bertujuan untuk mengulur waktu dan memperparah genosida,” ujar Hayya, dikutip dari Middle East Eye.
1. Kelaparan massal telah menyebar di seluruh Gaza
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya kemarahan internasional atas memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza. Pada Rabu (23/7/2025), lebih dari 100 organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa kelaparan massal telah menyebar di seluruh Jalur Gaza sejak Israel memblokir masuknya bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut pada awal Maret.
Pada akhir Mei, Israel mulai menyalurkan bantuan dalam jumlah terbatas melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga kontroversial asal AS. Namun, dalam pelaksanaannya, warga sipil yang berusaha mendapatkan malah ditembaki oleh pasukan Israel
Lebih dari 1.121 warga Palestina telah terbunuh saat mencari bantuan di lokasi distribusi yang dioperasikan oleh GHF. Sementara itu, jumlah kematian akibat kelaparan di Gaza telah mencapai 133 orang, termasuk 87 anak-anak, sejak Oktober 2023.
2. Hanya 73 truk bantuan yang masuk ke Gaza
Pada Minggu, kantor media pemerintah di Gaza menyebutkan bahwa hanya 73 truk bantuan yang telah masuk ke wilayah tersebut dalam 24 jam terakhir. Banyak di antaranya dijarah atau dihalangi di bawah pengawasan Israel.
Tiga bantuan via udara juga dijatuhkan di wilayah Gaza, namun total muatannya hanya setara dengan dua truk bantuan. Bantuan-bantuan tersebut juga mendarat di zona merah, area pertempuran aktif yang ditandai dalam peta militer Israel, di mana warga sipil tidak dapat mengambil pasokan dengan aman.
“Apa yang terjadi hanyalah lelucon,” kata kantor tersebut, seraya menuduh komunitas internasional ikut menebarkan janji-janji palsu.
Sebelumnya, pihak berwenang Palestina mengatakan bahwa Gaza membutuhkan 600 truk bantuan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan 2,4 juta penduduk di wilayah tersebut.
Pada Minggu, Israel juga mengumumkan rencana penghentian sementara pertempuran untuk memungkinkan pengiriman bantuan melalui koridor aman yang telah ditentukan. Namun, hanya beberapa jam setelah hari pertama jeda kemanusiaan dimulai, Israel kembali meluncurkan serangan udara.
3. Sekitar 1 dari 3 warga Gaza telah berhari-hari tidak makan
Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa satu dari tiga warga Gaza telah berhari-hari tidak makan, sementara hampir 500 ribu orang mengalami kondisi yang menyerupai kelaparan. Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui mengalami kekurangan gizi.
"Dulu berat badan saya 57 kg, sekarang tinggal 42 kg, dan saya serta anak saya telah didiagnosis mengalami malnutrisi parah. Kami hampir tidak memiliki makanan di rumah, dan sekalipun ada, harganya terlalu mahal untuk kami beli," kata Falestine Ahmed, seorang ibu di Gaza, kepada Al Jazeera.
Liz Allcock, kepala perlindungan Bantuan Medis untuk Palestina, mengaku belum pernah melihat Gaza dalam kondisi separah ini.
“Tingkat kelaparan dan jumlah orang yang terlihat berjalan dalam kondisi benar-benar tinggal kulit dan tulang sungguh mengejutkan. Uang sama sekali tidak berarti di sini ketika tidak ada apa pun yang bisa dibeli,” ujarnya.
PBB menyatakan bahwa pengiriman bantuan hanya dapat berhasil jika Israel menyetujui pergerakan cepat konvoi bantuan melalui pos pemeriksaannya. Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher, mencatat bahwa meskipun beberapa pembatasan tampaknya telah dilonggarkan, skala krisis seperti ini memerlukan tindakan yang jauh lebih besar.