Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Reruntuhan bangunan di Gaza akibat serangan Israel. (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Reruntuhan bangunan di Gaza akibat serangan Israel. (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Israel perluas operasi militer untuk desak Hamas bernegosiasi.

  • Warga Palestina tidak punya tempat untuk pergi lagi. Al Mawasi di Gaza selatan yang diklaim aman oleh Israel, juga kerap jadi sasaran bom.

  • PBB kecam perintah evakuasi Israel terhadap warga Gaza.

Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengeluarkan peringatan evakuasi terbaru di Gaza tengah pada Minggu (20/7/2025). Ribuan selebaran dijatuhkan di Deir el-Balah, yang mendesak penduduk untuk segera pergi ke selatan menuju al-Mawasi, wilayah yang rutin diserang Israel meski dinyatakan sebagai zona aman.

Mengutip Al Jazeera, Israel memperingatkan akan segera mengambil tindakan terhadap para pejuang Hamas di wilayah tersebut. Hal ini seiring dengan berlanjutnya serangan mematikan terhadap warga Palestina yang mencari makanan. Serangan itu telah menewaskan puluhan orang.

Peringatan Tel Aviv dikeluarkan ketika Israel dan Hamas menggelar perundingan gencatan senjata tidak langsung di Qatar. Namun, mediator internasional mengatakan perundingan tersebut belum menghasilkan terobosan.

1. Israel perluas operasi militer untuk desak Hamas bernegosiasi

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berulang kali menekankan bahwa perluasan operasi militernya di Gaza akan menekan Hamas untuk bernegosiasi. Pada bulan ini, militer Israel menyatakan telah menguasai lebih dari 65 persen Jalur Gaza.

Sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah lebih dari dua juta jiwa telah mengungsi setidaknya sekali selama invasi Israel. Negara Zionis itu telah berulang kali memerintahkan warga Palestina untuk pergi atau menghadapi serangan di sebagian besar wilayah kantong Palestina tersebut.

Perintah evakuasi pada Minggu menyebabkan 87,8 persen wilayah Gaza kini berada di bawah zona evakuasi atau militerisasi. Hal ini membuat 2,1 juta orang terkurung di 12 persen wilayah sisanya.

2. Warga Palestina tidak punya tempat untuk pergi

Aksi protes membela Palestina. (Brahim Guedich, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Dilaporkan Al Jazeera, wilayah sasaran Israel merupakan area padat penduduk sehingga mustahil bagi warga Palestina untuk pergi dalam waktu singkat. Penduduk di wilayah itu telah menolak untuk pergi. Mereka menyebut wilayah yang ditetapkan aman oleh tentara Israel telah menjadi sasaran serangan.

"Warga Palestina mengatakan mereka tidak punya tempat lain untuk pergi, dan tidak ada ruang karena sebagian besar wilayah barat atau bahkan al-Mawasi penuh dengan orang dan tenda tanpa ruang tambahan untuk perluasan. Mereka tidak punya pilihan," mengutip laporan tersebut.

Pada Sabtu lalu, setidaknya 116 warga Palestina tewas, banyak di antaranya adalah pencari bantuan yang mencari makanan dari lokasi distribusi yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF). Setidaknya 900 orang telah terbunuh di lokasi tersebut sejak GHF mulai beroperasi pada akhir Mei lalu.

3. PBB kecam perintah evakuasi Israel

Kantor PBB di Jenewa. (pexels.com/Xabi Oregi)

PBB mengecam perintah evakuasi Israel pada Minggu. Pihaknya memperingatkan bahwa perintah tersebut dapat melumpuhkan operasi kemanusiaan dan memperburuk situasi yang sudah memprihatinkan. Evakuasi itu diperkirakan akan berdampak kepada sekitar 50-80 ribu orang.

"Setidaknya 1.000 keluarga telah mengungsi dari daerah tersebut dalam beberapa jam terakhir. Perintah pengungsian massal yang dikeluarkan hari ini oleh militer Israel telah memberikan pukulan telak lagi bagi jalur kehidupan yang sudah rapuh yang menjaga orang-orang tetap hidup di Jalur Gaza," katanya.

Keempat permukiman di Deir al Balah yang menjadi sasaran Israel mencakup gudang bantuan utama, empat klinik kesehatan, dan infrastruktur air penting, termasuk Instalasi Desalinasi Gaza Selatan. PBB memperingatkan, kerusakan apa pun pada infrastruktur tersebut akan berakibat fatal, dilansir Anadolu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team