Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ruangan Sidang Umum PBB (Dok. Wikipedia/Patrick Gruban)
Ruangan Sidang Umum PBB (Dok. Wikipedia/Patrick Gruban)

Intinya sih...

  • UNGA adalah Sidang Majelis Umum PBB yang membahas isu perdamaian, keamanan, anggaran PBB, dan memilih anggota Dewan Keamanan.

  • Agenda UNGA 80 mencakup Debat Umum, Climate Summit, AI Governance, dan pertemuan tentang penyakit tidak menular serta kesehatan mental.

  • Tantangan UNGA termasuk progres SDGs yang masih jauh dari target, namun diharapkan dapat mendorong aksi nyata dari para pemimpin dunia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Setiap September, New York seolah menjelma menjadi panggung utama diplomasi dunia. Presiden, perdana menteri, diplomat, aktivis, hingga jurnalis dari seluruh penjuru bumi berkumpul di kota itu demi menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di balik sorotan kamera dan pidato resmi, ada pula suasana khas yang tak pernah absen, lobi-lobi politik di hotel mewah, aksi protes di jalanan, serta kemacetan panjang yang melumpuhkan Midtown Manhattan.

Tahun ini, Sidang Majelis Umum PBB memasuki edisi ke-80. Agenda resmi dibuka pada 9 September lalu dan akan berlangsung hingga 30 September 2025.

Selama hampir sebulan, Manhattan kembali menjadi arena diplomasi global. Menjadi tempat harapan akan perdamaian diuji, sekaligus panggung rivalitas geopolitik yang kian tajam.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kawasan Turtle Bay di tepi Sungai East River akan menjadi titik pertemuan para pemimpin dunia, termasuk dari Indonesia. Selama satu dekade terakhir, presiden Indonesia absen dalam pertemuan ini, lima tahun pertama diwakili Wakil Presiden, sementara lima tahun belakangan oleh Menteri Luar Negeri.

Namun, berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini, Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan naik ke podium Majelis Umum pada 23 September. Ia akan menjadi pembicara ketiga dalam Debat Umum setelah Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Pidatonya disebut akan menekankan posisi Indonesia dalam mendorong perdamaian dunia serta kerja sama pembangunan yang berkelanjutan.

“Sidang Majelis Umum selalu menjadi momentum strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Kita bisa sampaikan pesan-pesan penting tentang multilateralisme, perdamaian, dan pembangunan,” ujar Dirjen Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat, dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri RI pekan lalu.

1. Apa itu UNGA?

Ilustrasi sidang umum PBB (twitter/@UNWatch)

United Nation General Assembly atau diterjemahkan Sidang Majelis Umum PBB Majelis Umum PBB adalah sidang badan utama pembuat kebijakan di PBB. Lembaga ini dibentuk pada 1945 berdasarkan Bab IV Piagam PBB yang ditandatangani di San Francisco setelah Perang Dunia II.

Dikutip dari laman resmi UNGA, fungsi kegiatan ini mencakup, memajukan kerja sama internasional di bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan; serta mendorong penghormatan HAM tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa, maupun agama. Majelis Umum membahas isu perdamaian dan keamanan, menyetujui anggaran PBB, memilih anggota tidak tetap Dewan Keamanan, serta mengangkat Sekretaris Jenderal.

Meski resolusinya tidak mengikat secara hukum seperti Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum memainkan peran penting dalam membentuk norma internasional. Majelis ini biasanya bersidang dari September hingga Desember setiap tahun, dan bisa kembali menggelar sidang dari Januari hingga Agustus bila diperlukan.

Sesi ke-80 ini akan dipimpin oleh Presiden Majelis Umum terpilih, Annalena Baerbock dari Jerman. Sidangnya sendiri sudah dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada 9 September. Debat Umum sendiri dijadwalkan berlangsung pada 23–27 September serta 29 September 2025.

Tahun ini, UNGA mengambil tema ‘Better Together: 80 Years and More for Peace, Development and Human Rights’. Tema ini menekankan pentingnya merayakan pencapaian selama delapan dekade sekaligus memperbarui komitmen untuk mewujudkan SDGs, yang banyak di antaranya masih tertinggal dengan sisa waktu hanya lima tahun menuju tenggat 2030.

Selain UNGA, New York juga akan menjadi tuan rumah Sustainable Development Impact Meetings yang digelar World Economic Forum, mempertemukan pemimpin bisnis, politik, dan masyarakat sipil untuk membahas solusi atas tantangan global. UNGA ke-80 hadir pada momen krusial, yakni untuk memperbarui komitmen global terhadap multilateralisme, solidaritas, dan aksi bersama bagi rakyat serta planet.

2. Agenda Penting UNGA 80: Palestina, Iklim, hingga AI Governance

Ruang Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. twitter.com/unitednations

Dalam UNGA ada High-Level Week, di mana para pemimpin negara anggota PBB berkumpul, dan bagian paling ditunggu dari Majelis Umum adalah General Debate (Debat Umum) yang dimulai pada 23 September. Para pemimpin dunia bergantian berbicara sekitar 20 menit, menyampaikan visi serta sikap politiknya.

Meski resolusi Majelis Umum tidak mengikat, forum ini sering menjadi rujukan dalam diskursus internasional dan bahkan bisa memengaruhi agenda Dewan Keamanan PBB. Dalam sejarahnya, panggung ini telah digunakan untuk meluncurkan agenda global baru, membangun dukungan bagi perdamaian, hingga menyoroti krisis kemanusiaan.

Sementara itu,  sejumlah agenda tingkat tinggi telah masuk jadwal resmi UNGA ke-80, antara lain:

•22 September (pagi): Pertemuan Tingkat Tinggi memperingati 80 tahun berdirinya PBB.

•22 September (sore): Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara, dipimpin bersama Prancis dan Arab Saudi.

•23–29 September: Debat Umum, pidato para kepala negara, termasuk Presiden Prabowo.

•24 September: Climate Summit menjelang COP30 di Brasil, fokus pada komitmen baru aksi iklim dan transisi energi bersih.

•25 September (pagi): Pertemuan Tingkat Tinggi tentang penyakit tidak menular (NCDs) serta kesehatan mental dan kesejahteraan.

•25 September (sore): Peluncuran Global Dialogue on AI Governance, membahas tata kelola kecerdasan buatan yang inklusif dan akuntabel.

•26 September: Pertemuan untuk memperingati International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons.

•30 September: Konferensi Tingkat Tinggi tentang situasi Rohingya dan minoritas lain di Myanmar, fokus pada solusi berkelanjutan dan pemulangan yang aman serta bermartabat.

Tak hanya itu, peringatan 30 tahun Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan serta peringatan 30 tahun World Program of Action for Youth juga akan menjadi sorotan.

3. Capaian dan Tantangan UNGA

Pemungutan suara New York Declaration yang sepakati solusi dua negara Palestina di PBB. (UN Photo/Loey Filipe)

Sejumlah tonggak sejarah Majelis Umum yang sejauh ini sudah tercapai, antara lain:

•1948: Pengesahan Deklarasi Universal HAM.

•2015: Disepakatinya 17 SDGs untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi bumi, serta mendorong perdamaian dan kesetaraan gender pada 2030.

•2024: Adopsi Pact for the Future, berisi 56 aksi untuk mempercepat kemajuan dalam isu perdamaian, tata kelola global, iklim, digital, HAM, gender, pemuda, dan generasi masa depan.

Meski demikian, progresnya masih jauh dari target. Hanya sekitar sepertiga SDGs yang berada di jalur pencapaian. Dengan waktu yang kian sempit, para pemimpin didesak beralih dari sekadar retorika menuju aksi nyata.

IDN Times berkesempatan untuk melakukan peliputan secara langsung selama UN High-Level Week di New York, Amerika Serikat. Nantikan berita UNGA hanya di Kanal News World IDN Times.

Editorial Team