Palestina Tak Menghadiri Undangan AS untuk Membahas Gaza

dalama pertemuan itu, Negara-negara di Teluk Arab juga ikut hadir

Washington, IDN Times - Gedung Putih, pada hari Selasa (13/2/2018) lalu jadi tuah rumah 19 negara, yang diundang untuk membahas agenda krisis kemanusiaan Gaza. Baik Israel dan negara di Teluk Arab, semuanya diundang untuk menghadiri pertemuan, yang akan membahas bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah Gaza.

Anehnya, perwakilan dari Palestina tidak terlihat ikut serta dalam diskusi ini. Dan setelah dikonfirmasi, Otoritas Palestina telah memboikot pertemuan karena kebijakan administrasi pemerintahan Trump terhadap status Yerusalem, seperti yang dilansir dari Reuters dan Jpost.com.

1. Palestina memboikot pertemuan Gedung Putih

Palestina Tak Menghadiri Undangan AS untuk Membahas GazaThe Gaza Post

Amerika Serikat merupakan negara tuan rumah yang mengundang 19 negara untuk ikut serta, dalam pertemuan dan pembicaraan khusus mengenai krisis kemanusiaan Gaza. Sebenarnya AS sudah mengundang Negara Palestina.

Tetapi undangan itu ditolak dan Palestina mencoba untuk memboikotnya. Menurut Otoritas Palestina, pertemuan yang diadakan Gedung Putih hanyalah semata untuk menarik simpati dunia, bukannya untuk menyelesaikan masalah apapun.

Oleh sebab itulah mengapa Palestina menolak untuk datang, dan memboikot pertemuan yang dihadiri oleh banyak negara berpengaruh di dunia, termasuk sekutu dekat Palestina.

Negara-negara di Teluk Arab seperti Arab Saudi, Yordania, Qatar, Oman, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, mereka semua ikut dalam pertemuan tersebut. Beberapa negara Uni Eropa juga diundang oleh AS untuk berdiskusi bersama.

Tidak lupa, Israel juga termasuk dalam daftar negara yang menghadiri pertemuan di Gedung Putih. Penasihat Senior Presiden Amerika Serikat, Jared Kushner, menjadi ketua yang memimpin jalannya acara dari awal hingga akhir.

Uniknya, selama pertemuan berlangsung, Israel maupun Negara Arab akan berbicara secara terpisah. Sehingga tidak terjadi adu cek-cok yang membuat situasi menjadi tidak kondusif.

2. Masalah kemanusiaan Gaza semakin parah setiap harinya

Palestina Tak Menghadiri Undangan AS untuk Membahas GazaTimes of Israel

Masalah kemanusiaan Gaza setiap harinya selalu bertambah parah. Tingkat pengangguran penduduk Gaza sendiri sudah mencapai 43.6%, dan akses untuk mendapatkan segala kebutuhan hidup sehari-hari mengalami kendala.

Sebagian besar warga Palestina di Gaza, menuduh Israel sebagai dalang utama penyebab krisis kemanusiaan yang mereka alami. Menurut pejabat senior AS yang ikut dalam pertemuan, "memperbaiki Gaza sangat diperlukan untuk mencapai keputusan damai," ujarnya.

Melihat perkembangan Gaza dan kondisi penduduknya yang sangat memprihatinkan, pertemuan di Gedung Putih sudah merencanakan bantuan berupa obat-obatan, makanan, listrik, minyak, dan bantuan kesehatan.

Meskipun sudah tampak sangat yakin dengan perencanaan mereka, tidak ada pejabat/diplomat yang terlihat yakin dalam memastikan proposal itu. Wilayah Gaza yang sudah ditinggalkan penduduk maupun tentara Israel sejak tahun 2005, sekarang mulai mengalami kemuduran yang paling parah.

Untuk mengatasinya, Pemerintah Palestina menggunakan banyak bantuan dari negara luar. Sehingga krisis dapat teratasi. Sayangnya mereka masih kesusahan dalam membantu masyarakat Gaza keluar dari zona kehancuran.

3. Hubungan panas-dingin antara Palestina dan Amerika Serikat

Palestina Tak Menghadiri Undangan AS untuk Membahas GazaVOA

Eksistensi Palestina sebenarnya tidak dapat berdiri, tanpa adanya keterlibatan Amerika Serikat. Hanya di mata dunia, Amerika Serikat terlihat seperti terlalu kasar terhadap Palestina, dan lemah lembut kepada Israel. Kebijakan AS yang juga kadang membuat dunia terguncang, menjadi penyebab mengapa hubungan mereka selalu panas-dingin.

Secara tidak langsung semua tindakan seperti ini telah memupuk kebencian, terhadap kebijakan luar negeri dan upaya perdamaian AS.

Palestina menanggap kebijakan AS mengenai Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan segala hal yang menyangkut kebebasan Palestina biasanya memiliki beribu tipu muslihat. Jarang sekali terlihat, Palestina mengupayakan pendinginan hubungan bersama AS.

Mereka lebih mengutamakan meraih dukungan yang besar dari berbagai negara di dunia. Sekarang dengan pemboikotan Palestina terhadap pertemuan Gedung Putih, dan terjadinya sebuah upaya pembunuhan Perdana Menteri Palestina Selasa (13/3/2018) lalu, membuat situasi semakin sulit untuk diprediksi.

Karl Gading S. Photo Verified Writer Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya