Iran Ancam Kapal Induk USS Nimitz Milik AS Batal Pulang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington D.C., IDN Times - Kementerian Pertahanan Amerika Serikat pada hari Minggu (03/01), mengumumkan jika kapal induknya, USS Nimitz, akan melanjutkan operasi pengamanan dan pengawasan di perairan Teluk Persia.
Keputusan Pemerintah AS ini diambil setelah Pentagon menerima informasi "ancaman baru" yang akan dilakukan Iran untuk melawan kebijakan-kebijakan Presiden Donald Trump di saat-saat terakhir kepemimpinannya sebagai Presiden Amerika Serikat, seperti yang dilansir dari The Guardian.
1. Pentagon cabut rencana pemulangan Kapal Induk USS Nimitz
Kapal induk kebanggaan Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Nimitz, yang sudah beroperasi selama 10 bulan awalnya direncanakan untuk pulang kembali ke AS. Dikutip dari The Guardian, setelah USS Nimitz ditugaskan mengawasi perairan di Teluk Persia di akhir November 2020 dan direncanakan pulang melalui pernyataan Menteri Pertahanan AS, Christopher C. Miller, pada 31 Desember 2020, namun rencana itu terpaksa dicabut Menhan AS sendiri karena munculnya ancaman serius dari Iran.
Miller selaku Menteri Pertahanan AS tidak menjelaskan secara rinci "ancaman baru" seperti apa yang tengah dipersiapkan Iran untuk melawan pengaruh AS di wilayah sekitar. Meskipun begitu, dengan amarah Masyarakat Iran yang menyelimuti peringatan satu tahun pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS dalam beberapa hari terakhir dipercaya menjadi alasan mengapa militer AS di Teluk Persia sedang dalam kewaspadaan penuh.
2. Iran melancarkan dua aksi serius
Editor’s picks
Baca Juga: Presiden Iran: AS Tidak Bisa Bernegosiasi dan Berperang Melawan Iran
Baru dibatalkannya perintah pemulangan USS Nimitz dari Teluk Persia pada hari Minggu (03/01), Iran langsung melancarkan aksi-aksi serius keesokan harinya. Hari Senin (04/01), Iran dikabarkan melaksanakan dua aksi serius berupa perampasan kapal tanker berbendera Korea Selatan di perairan Teluk Persia karena ketegangan diplomatik antara Korsel-Iran, dan diizinkannya proses pengayaan uranium hingga menyentuh angka 20% oleh Pemerintah Iran dimana hal itu jelas melanggar persetujuan dalam Kesepakatan Nuklir Iran 2015, dilansir dari Reuters.
Dua aksi yang dilancarkan Iran dalam sehari itu tentunya memberikan justifikasi bagi Pemerintah AS untuk membiarkan kapal induk mereka, USS Nimitz, agar tetap berlayar di Teluk Persia guna mengantisipasi ancaman serius dari Iran. Berdasarkan informasi terakhir yang didapatkan, Armada Kelima AS yang mengawasi Teluk Persia menjelaskan bahwa seluruh kapal, secara khusus USS Nimitz, telah bersiaga penuh menanggapi aksi-aksi Iran tersebut.
3. Perseteruan AS-Iran yang mengguncang Timur Tengah
Hubungan rumit yang dimiliki AS-Iran tentunya membuat keduanya saling membenci satu sama lain dan sangat mungkin membawa Timur Tengah menuju perang besar. Dilaporkan Al Jazeera, menurut informasi-informasi perseteruan yang terjadi antara AS-Iran dalam beberapa waktu terakhir, kedua negara nyaris tersulut perang sejak bulan Juni 2019, terutama ketika Trump memperintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani di awal tahun 2020, yang kemudian aksi tersebut dibalas dengan serangan roket-roket Iran ke markas militer AS di Irak.
Kekhawatiran Amerika Serikat terhadap ekspansi Iran ke seluruh Timur Tengah ikut menarik negara-negara lain seperti, Arab Saudi, Israel, Uni Emirat Arab, dan lainnya, untuk mendukung kebijakan anti-Iran yang dikampanyekan AS, baik secara militer maupun ekonomi. Tetapi, pengaruh Iran yang sudah berhasil menyusupi banyak negara, membuktikan jika AS dan sekutunya membutuhkan strategi yang lebih memumpuni guna benar-benar menghentikan gerak laju Iran.
Baca Juga: Iran Kembali Perkaya Uranium Hingga 20 Persen
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.