Kyrgyzstan: Negeri yang Berpijak pada Karya Sastra

Jakarta, IDN Times - Kyrgyzstan, salah satu negara di Asia Tengah, adalah negara pecahan Soviet. Negara tersebut sejak merdeka dari Soviet, sibuk berurusan dengan konflik etnis. Saat ini Kyrgyzstan dipimpin oleh Sadyr Japarov, yang secara resmi pada 10 Januari 2021, terpilih sebagai Presiden Kyrgyzstan.
Populasi Kyrgyzstan pada tahun 2020 diperkirakan sekitar 6,5 juta penduduk dengan luas wilayah 199.951 kilometer persegi. Sebagian besar penduduk adalah etnis Kirgiz, diikuti Uzbek dan Rusia. Sedangkan wilayahnya terkunci daratan, berbatasan dengan Tajikistan, Uzbekistan, Kazakhstan dan China.
Negeri ini menjadi salah satu wilayah yang dilalui Jalur Sutra, sehingga memiliki kekayaan sebagai persimpangan sejarah peradaban besar. Pernah dikuasai oleh bangsa Turki nomaden, Kyrgyzstan pernah bertempur dengan kerajaan Uyghur, dikuasai Mongol, ditaklukkan Dinasti Qing Manchuria, juga pernah dibawah kekuasaan Uzbekistan dan Rusia.
Selain sering bermasalah dengan konflik etnis, Kyrgyzstan juga memiliki masalah yang unik, yakni penculikan pengantin. Ada banyak kasus di mana seorang perempuan diculik oleh pria, kemudian dibawa ke rumah keluarga pria dan dipaksa menikah.
Berikut ini adalah beberapa fakta menarik dari negara Republik Kyrgyzstan tersebut.
1. Negeri yang berpijak pada karya sastra

Inti dari peradaban Kyrgyzstan dapat dibilang bersumber dari sebuah karya sastra bernama Epic of Manas. Karya sastra itu adalah bait-bait puisi yang panjang, yang berkisah tetang seorang pejuang bernama Manas, putranya dan cucunya, yang berhasil menyatukan 40 suku di Kyrgyzstan.
Sebagian besar bait-bait karya sastra itu berdasarkan legenda, meski pun beberapa di antara dipercaya berasal dari sejarah yang nyata. Sumber utama dari Epic of Manas berdasar sastra lisan yang berkembang di kalangan masyarakat Kirgiz.
Manas sebagai tokoh utama, dikisahkan memiliki kenakalan, keberanian dan naluri pejuang, berhasil mempersatukan seluruh suku Kirgiz dan kemudian melawan musuh Mongol.
Bendera Republik Kyrgyzstan yang saat ini digunakan, memiliki gambar seperti matahari dengan 40 sinar lancip. Itu simbol dari 40 suku Kyrgyzstan yang berhasil disatukan oleh Manas.
Sampai saat ini, nama Manas begitu agung di Kyrgyzstan. Karena itu, nama Manas banyak sekali diabadikan untuk menamai bandara, puncak gunung, jalan utama, atau berbagai institusi.
Rangkaian dari Epic of Manas tersebut sangat penting bagi identitas masyarakat Kirgiz. Ada berbagai varian yang muncul di berbagai daerah dan paling panjang tersusun dari 553.000 baris.
Epic of Manas pada tahun 2013 secara resmi dimasukkan oleh UNESCO dalam daftar warisan budaya tak benda.
2. Orang Kyrgyzstan menggunakan bahasa yang termasuk bahasa Turki kuno

Sebagai sebuah wilayah yang pernah dikuasai oleh suku Turki kuno yang nomaden, bahasa Kirgiz masuk dalam bagian dari bahasa-bahasa turunan suku Turki. Bahasa Kirgiz sangat penting dan secara luas digunakan oleh penduduk, apalagi setelah negara itu merdeka dari Soviet.
Sebagai sebuah wilayah yang dilewati Jalur Sutra dan memiliki berbagai perjumpaan pengaruh peradaban besar, bahasa Kirgiz dipengaruhi oleh peradaban bahasa lain yaitu Persia, Arab, Mongolia dan Rusia.
Berbagai aksara pernah digunakan untuk menuliskan bahasa tersebut. Tapi sebelum dikuasai oleh Kekaisaran Rusia, orang Kirgisztan menggunakan aksara Persia-Arab.
Setelah berada di bawah pemerintahan Soviet, penduduk Kyrgyzstan mengadopsi aksara Cyrillic. Sampai saat ini, seperti halnya negara-negara pasca-Soviet, Kyrgyzstan masih menggunakan aksara tersebut.
Secara umum, sebaran penduduk Kyrgyzstan terbagi menjadi dua, yakni di selatan dan di utara. Namun yang paling berkembang adalah di bagian utara. Dengan dua sebaran penduduk tersebut, dialek bahasa Kirgiz juga ada dua, yaitu dialek selatan dan utara. Secara resmi dialek utara lebih sering dijadikan sebagai standar.
3. Kerusuhan antar etnis di Kyrgyzstan

Sebagai bagian dari Jalur Sutra, wilayah Kyrgyzstantermasuk wilayah yang disapu dan dikuasai oleh Kekaisaran Mongol pada abad ke-12. Dampak dari ekspansi Mongol tersebut, membuat orang Kirgiz pindah dari utara ke selatan.
Pada pertengahan abad ke-18, Dinasti Qing Manchuria menguasai wilayah Kyrgyzstan. Pada awal abad ke-19, Kekhanan Ubekistan menaklukkan wilayah tersebut. Setelah itu, kebangkitan Kekaisaran Rusia membuat wilayah Kyrgyzstan dikuasai secara penuh oleh Rusia, kemudian oleh Soviet.
Tapi ketika Soviet runtuh, Kyrgyzstan adalah salah satu negara pertama yang mendapatkan kemerdekaan. Bahasa Rusia masih tetap digunakan sebagai bahasa pengantar tetapi bahasa resmi pemerintahan menggunakan bahasa Kirgiz.
Namun kebijakan pemerintah pasca-Soviet, telah mendorong berbagai kepentingan suku dan klan, baik antara utara dengan utara, atau utara dengan selatan. Orang-orang Kyrgyzstan di selatan yang didominasi oleh etnis minoritas Uzbek merasa mendapatkan diskriminasi.
Pada tahun 1990, ketika proses politik alih kekuasaan terjadi, situasi sosial dan ekonomi Kyrgyzstan selatan mengalami penurunan. Distribusi lahan pertanian di selatan yang dinilai tidak adil, menyebabkan ketidak puasan dan kerusuhan terjadi.
Pada Juni 1990, kerusuhan meletus di enam wilayah geografis. Sebanyak 300 orang tewas, 500 orang terluka parah. Di Uzgen, Soviet bahkan harus menurunkan pasukan terjung payung yang menggunakan kekuatan mematikan.
Pada tahun 2010 ketika proses pergantian kekuasaan terjadi, Kyrgyzstanjuga kembali dilanda konflik etnis. Perebutan kekuasaan antar elit politik berbeda suku tetap menjadi salah satu isu utama.
Penduduk etnis minoritas Uzbek di selatan juga dibujuk untuk ikut dalam protes politik yang menimbulkan situasi semakin keruh. Peace Insight menuturkan lebih dari satu juta orang terlibat dalam aksi kekerasan, menewakan lebih dari 400 orang dan melukai sekitar 2.000 orang.
Banyak sekali rumah dan harta benda yang hancur, terutama milik etnis minoritas Uzbek.
4. Menculik perempuan untuk dinikahi

Selain masalah ketegangan antar etnis dalam suksesi kekuasaan, Kyrgyzstan juga pusing menghadapi masalah penculikan pengantin.
Penculikan pengantin ini adalah seorang pria yang ingin menikahi perempuan, menculik perempuan tersebut kemudian membawanya ke rumah untuk melangsungkan pernikahan.
Dalam beberapa istilah, kejadian seperti ini bisa saja disebut kawin lari karena salah satu keluarga calon pengantin, khususnya perempuan, tidak mengizinkan.
Akan tetapi di Kyrgyzstan, penculikan pengantin tidak hanya dilakukan atas dasar suka sama suka yang berdampak pada kawin lari, tetapi juga bahkan perempuan yang belum dikenal akrab, bisa diculik dan kemudian dipaksa untuk menikahi lelaki yang menculiknya.
Penculikan pengantin di Kyrgyzstan telah berlangsung sejak lama, bahkan kemudian menjadi tradisi. Istilah untuk hal ini adalah "ala kachuu."
Erin Hofmann dan Guangqing Chi yang meneliti hal tersebut dan menuliskannya di The Conversation mengatakan bahwa 1 dari 3 pernikahan di Kyrgyzstan dimulai dengan penculikan.
Dulu, penculikan pengantin tidak berbahaya. Tapi saat ini, beberapa kejadian bahkan dilakukan dengan kekerasan seperti rudapaksa, agar perempuan mau menikah dengan penculiknya. Bahkan ada juga yang dibunuh karena tetap menolak menikah.
Secara resmi, penculikan pengantin diputuskan ilegal sejak tahun 1994. Tapi sampai saat ini, Human Rights Watch menilai pemerintah tidak menegakkan aturan untuk menghukum penculik.
Ala Kachuu bahkan disebut sebagai pemicu utama perempuan muda yang tinggal di desa di Kyrgyzstan melakukan emigrasi ke kota atau ke Rusia.
5. Ibu kota Kyrgyzstan adalah salah satu ibu kota terhijau di dunia

Sebagai salah satu negara di Asia Tengah, ekonomi Kyrgyzstan paling tidak bergairah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tengah lain. Tapi Kyrgyzstan memiliki sebuah ibu kota bernama Bishkek yang terkenal dengan pemandangan hijaunya.
Bishkek dibangun di bawah pegunungan Kyrgyzstan, sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan.
Pada tahun 1825, Bishkek merupakah benteng lumpur yang dibangun oleh Kekhanan Uzbekistan. Di bawah kekuasaan Kekhanan Uzbek inilah, orang-orang Kirgiz kemudian berjumpa dan memeluk Islam sampai saat ini.
Pada pertengahan abad ke-19, orang Kirgiz memberontak dengan meminta bantuan Tsar Rusia. Mereka mengalahkan Kekhanan Uzbek pada tahun 1862. Setahun setelah Kekhanan itu dikalahkan oleh Rusia pada 1876, Rusia mendirikan "Pishpek", cikal bakal Bishkek saat ini.
Ketika Tsar Rusia digulingkan dan Soviet berkuasa, Pishkek menjadi salah satu pusat administrasi Soviet Kyrgyzstan. Kota itu dibangun dengan gaya klasik Asia Tengah, berkombinasi dengan arsitektur Soviet.
Bahkan Pishkek atau Bishkek itu, dirancang menjadi salah satu kota paling hijau era Soviet. Jalanan dibangun dengan lebar, dan dipinggirnya ditumbuhi berbagai varietas pohon. Bishkek lebih terlihat seperti sebuah taman besar dengan keaneka ragaman hayati yang tumbuh harmonis.