Komandan RSF Tewas, Militer Sudan Amankan el-Fasher

- Komandan senior pasukan RSF Sudan tewas dalam serangan di el-Fasher, Darfur utara.
- Dewan Keamanan PBB meminta RSF menghentikan pengepungan el-Fasher yang telah menewaskan ribuan orang.
- Pasukan militer Sudan berhasil menggagalkan serangan besar-besaran RSF terhadap el-Fasher dan mendapat dukungan dari mantan kelompok pemberontak non-Arab.
Jakarta, IDN Times - Komandan senior pasukan paramiliter Sudan Rapid Support Forces (RSF) Ali Yagoub Gibril, tewas dalam serangan di kota el-Fasher, Darfur utara. Pada Jumat (14/6/2024), militer Sudan mengatakan mereka berhasil menggagalkan serangan pasukan RSF terhadap kota tersebut.
Serangan itu terjadi sehari setelah Dewan Keamanan PBB meminta RSF menghentikan pengepungan el-Fasher. Kota itu adalah satu-satunya kota besar yang saat ini masih dikuasai oleh militer Sudan di wilayah Darfur.
Sudan jatuh ke dalam perang sudara sejak pertengahan April 2023, buntut dari ketegangan antara RSF dan militer yang berujung pada perang di ibu kota Khartoum. Perang menyebar ke wilayah lain, termasuk Darfur. PBB mengatakan, perang itu telah menewaskan lebih dari 14 ribu orang dan membuat 33 ribu orang lainnya terluka.
1. Ratusan pasukan RSF tewas

Serangan besar-besaran dilakukan pasukan RSF terhadap el-Fasher setelah mereka mengepung kota itu selama berminggu-minggu. Namun militer mengatakan, mereka berhasil bertahan dan menghalau serangan tersebut.
Dilansir VOA News, militer juga mengatakan bahwa mereka berhasil menimbulkan kerugian besar, dengan ratusan pasukan RSF tewas dan terluka. Selain itu, banyak dari pasukan RSF yang melarikan diri dari peperangan.
Dalam penjelasannya, militer mengatakan pasukannya dibantu oleh pasukan gabungan yang terdiri dari mantan kelompok pemberontak non-Arab.
El-Fasher merupakan kota berpenduduk 1,8 juta orang. PBB telah memperingatkan konflik yang memburuk di kota itu dapat memicu kekerasan antarkomunitas yang meluas. RSF telah dituduh melakukan genosida dengan menyerang serta membunuh suku-suku non-Arab lainnya.
2. Bergabung dengan militer untuk melawan RSF
Keberhasilan militer menggagalkan serangan RSF termasuk andil para warga Sudan yang bergabung untuk melawan RSF. Musa Adam yang mengungsi dari Darfur Selatan mengatakan, pasukan RSF telah melakukan kengerian sehingga membuatnya bergabung dengan militer.
"Pengungsian, penjarahan warga sipil, pemerkosaan terhadap saudara perempuan dan ibu kami adalah hal yang membuat saya bergabung. RSF mengambil alih (kota) Nyala dan tinggal di sana menjadi terlalu berbahaya. Jadi saya datang ke sini (el-Fasher) tapi bergabung untuk kembali ke Darfur dan melawan RSF," ujarnya.
Mantan perwira RSF Abu Alqassim Mohammed juga ikut bergabung dengan militer Sudan.
"Saya melapor (bergabung) ke militer pada hari pertama konflik melawan RSF karena mereka memberontak melawan pemerintah. Mereka menentang tentara dan negara sejak hari pertama. Mereka membunuh warga sipil dan memaksa meninggalkan rumah mereka," jelasnya.
3. Dewan Keamanan PBB minta RSF akhiri pengepungan el-Fasher
El-Fasher telah jadi titik fokus perang di Sudan. Badan amal Doctor Without Border (MSF) mengatakan, pertempuran di kota itu telah menewaskan 226 dan melukai 1.418 orang lainnya. Kepala darurat MSF Michel-Oliier Lacharite mengatakan situasi di kota itu kacau.
Dilansir Associated Press, Dewan Keamanan PBB pada Kamis mengadopsi resolusi yang menuntut RSF segera menghentikan pengepungan El-Fasher. Resolusi itu juga meminta RSF mengupayakan penghentian permusuhan yang bisa mengakhiri konflik.
"Serangan terhadap kota ini akan menjadi bencana besar bagi 1,5 juta orang yang berlindung di kota tersebut. Konflik brutal dan tidak adil ini harus diakhiri," kata Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward.
Selain itu, resolusi tersebut juga menuntut RSF dan militer untuk menjamin perlindungan warga sipil, mengizinkan mereka yang ingin pindah ke wilayah el-Fasher atau meninggalkan kota itu ke wilayah yang lebih aman.