Pasukan RSF Sudan Dukung Gencatan Senjata Ramadan

Jakarta, IDN Times - Kelompok paramiliter Sudan Rapid Support Forces (RFS) mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata selama Ramadan. Mereka berharap langkah itu membantu memberi bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan bagi jutaan warga Sudan yang terjebak dalam peperangan.
Namun jenderal tinggi militer Sudan Yasser al-Atta, mengesampingkan resolusi tersebut kecuali kelompok RSF meninggalkan tempat sipil dan umum.
Sudan terjebak dalam perang saudara antara RSF melawan militer selama hampir setahun. Perang telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan jutaan orang lainnya terancam kelaparan.
1. Peluang untuk memulai diskusi dan mengatasi masalah dasar konflik

Pada Jumat (8/3/2024) pekan lalu, Dewan Keamanan PBB mengajukan proposal resolusi gencatan senjata untuk pihak bertikai di Sudan. RSF memandangnya sebagai inisiatif dan peluang penting untuk memulai negosiasi menemukan penyelesaian konflik.
"Kami memandang ini sebagai peluang penting untuk memulai diskusi sungguh-sungguh yang dapat mengkatalisasi jalur politik," katanya dikutip dari Associated Press.
"Jalur ini harus berujung pada gencatan senjata yang tahan lama, mendorong keamanan dan stabilitas, dan menghasilkan resolusi substantif yang mengatasi masalah-masalah mendasar dari krisis bersejarah di Sudan," tambah RSF.
2. Militer Sudan tak sepakati gencatan senjata
Awalnya, militer Sudan mendukung seruan PBB untuk gencatan senjata. Namun wakil komandan militer Yasser al-Atta mengklaim telah terjadi kemajuan di kota Omdurman dan mengeluarkan pernyataan terkait resolusi tersebut.
"Ada yang bicara soal gencatan senjata di bulan Ramadhan. Tidak ada gencatan senjata atas perintah tentara dan rakyat," katanya dikutip dari Reuters.
Atta mengatakan gencatan senjata dilakukan ketika kelompk RSF mematuhi komitmen yang dibuat pada Mei tahun lalu dalam perundingan yang dimediasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS) di Jeddah.
Dalam perundingan tersebut, RSF harus menarik diri dari rumah-rumah warga sipil dan fasilitas umum.
Selain itu, Atta juga menyatakan bahwa pemimpin RSF Mohamed Hamdan Dagalo atau keluarganya, tidak boleh berperan dalam politik atau militer Sudan di masa depan.
3. Resolusi untuk mengurai masalah konflik Sudan

Selain menewaskan puluhan ribu orang, perang Sudan telah memaksa sekitar 8,3 juta orang mengungsi. PBB mengatakan, hampir 25 juta orang membutukan bantuan.
Kepala Program Pangan Dunia Cindy McCain, pekan lalu mengatakan konflik Sudan berisiko menciptakan krisis kelaparan terbesar di dunia. Sekitar 18 juta orang menghadapi kelaparan akut, termasuk lima juta orang menghadapi ancaman kelaparan.
Dilansir Al Jazeera, 15 anggota Dewan Keamanan PBB kemudian mengambil keputusan untuk menyepakati resolusi gencatan senjata kepada pihak bertikai Sudan. 14 anggota menyetujui tapi Rusia memilih abstain.
Resolusi tersebut diusulkan agar PBB dapat mengirim bantuan kepada warga sipil yang terancam kelaparan. Resolusi juga untuk membuka diskusi peluang perdamaian permanen melalui dialog.