Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada Jumat (27/10/2023).

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) berharap pemerintah Indonesia segera memenuhi komitmennya dalam proyek pengembangan jet tempur KFX/IFX atau KF-21 Boramae. Komitmen yang dimaksud adalah pelunasan cost share Rp14 triliun pada 2026 dan rezim keuangan Indonesia saat ini menunjukkan kesulitan pembayaran.

Sebagai informasi, KFX/IFX adalah proyek kolaborasi antara pemerintah Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia dengan pemerintah Korea Selatan dan perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI). Indonesia dibebankan cost share sebesar 20 persen dari keseluruhan pembiayaan.

“Korea sudah banyak berinvestasi, yang sekarang kami tunggu adalah investasi dari Indonesia. Bulan lalu kami sudah bertemu dengan Pak Prabowo (Menteri Pertahanan) dan Pak Moeldoko (Kepala Kantor Staf Presiden). Saya harap kedua pemerintah menemukan solusi untuk permasalahan (pembayaran) ini,” kata Kepala Perwakilan KAI di Indonesia, Woo Bong Lee, dalam workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia dan Korea Foundation pekan lalu.

1. Tidak ingin utang jadi hambatan untuk kerja sama di masa depan

Workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada Jumat (27/10/2023).

Menurut Woo, Indonesia memiliki banyak potensi ekonomi. Oleh sebab itu, dia tidak ingin isu keterlambatan pembayaran ini menjadi hambatan bagi Korsel untuk menjalin kerja sama yang lebih dalam dengan Indonesia.

“Indonesia punya wilayah yang sangat luas. Saya sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia, dan saya mengatakan bahwa Indonesia punya potensi yang luar biasa. Itulah kenapa Korea sangat ingin bekerja sama dengan Indonesia,” kata Woo.

“Kami (KAI) selaku kontraktor utama (pengembangan pesawat), menunggu (pembayaran dari Indonesia). Kami ingin menjaga kemitraan yang sudah terjalin dengan Indonesia dan PT Dirgantara,” tambahnya.

2. Tidak mudah membuat jet tempur sesuai kebutuhan Indonesia

Editorial Team

Tonton lebih seru di