Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korsel Sanksi 10 Personel Militer AU, Kenapa?

Ilustrasi pesawat jet. (pexels.com/Inge Wallumrød)
Ilustrasi pesawat jet. (pexels.com/Inge Wallumrød)
Intinya sih...
  • Pesawat C-130 AU Korsel alami pendaratan darurat di Pangkalan Udara Kadena karena bahan bakar menipis dan cuaca buruk.
  • Keputusan pesawat masuk zona identifikasi pertahanan udara Jepang tanpa izin memicu pendaratan darurat pesawat tempur Jepang.
  • Precautionary landing dilakukan untuk mengurangi risiko, namun menyoroti perbedaan terminologi radiotelepon internasional dan militer internal.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan Korea Selatan (Korsel) memberikan tindakan disipliner terhadap 10 personel Angkatan Udara (AU), serta mengeluarkan peringatan dan kehati-hatian.

Langkah ini diambil setelah insiden pesawat angkut militer Korsel memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang (JADIZ) secara tidak sah bulan lalu.

"Kami mengonfirmasi adanya masalah dalam pelaksanaan misi selama pendaratan darurat C-130 di Pangkalan Udara Kadena. Ini termasuk koordinasi untuk melintasi wilayah udara Jepang dan pelaporan melalui rantai komando," kata kementerian tersebut pada Minggu (31/8/2025), dikutip dari Korea JoongAng Daily.

1. Bahan bakar menipis dan cuaca buruk menyebabkan pendaratan darurat

Pada 13 Juli, sebuah pesawat C-130 AU Korsel sedang dalam perjalanan menuju Guam untuk berpartisipasi dalam latihan multinasional, tetapi mengambil rute yang lebih panjang karena gagal mendapatkan izin terlebih dahulu untuk melintasi JADIZ. Lalu, pesawat dialihkan dan menghadapi masalah bahan bakar.

Dilansir Japan Times, cuaca buruk juga menyebabkan pesawat menghabiskan lebih banyak bahan bakar, daripada yang direncanakan.

Dilaporkan, saat itu, awak pesawat kemudian dipindahkan untuk mendarat di Pangkalan Udara Kadena di Prefektur Okinawa, Jepang, guna mengisi bahan bakar. Namun, dalam prosesnya tindakan tersebut dilakukan tanpa persetujuan Jepang.

2. Kegagalan AU Korsel mendapat izin terlebih dahulu untuk melintasi JADIZ

Ilustrasi bendera Korea Selatan. (pexels.com/Mirko Kuzmanovic)
Ilustrasi bendera Korea Selatan. (pexels.com/Mirko Kuzmanovic)

Pemeriksaan menemukan bahwa pilot telah memberi tahu pengawas lalu lintas udara Jepang mengenai precautionary landing atau pendaratan pencegahan. Namun, pihak Jepang gagal memahami istilah tersebut dan pesawat pun memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang, tanpa izin.

Akibatnya, memicu pendaratan darurat pesawat tempur, yang menyebabkan Jepang mengerahkan jet tempurnya sebagai tanggapan.

Melalui kontak radio selanjutnya, pengawas lalu lintas udara Jepang meminta pilot untuk mengeluarkan panggilan 'Mayday'. Pilot mematuhi perintah tersebut dan mendapatkan izin untuk mendarat.

3. Korsel mengambil tindakan precautionary landing untuk meminimalkan risiko

Ilustrasi pesawat militer. (pexels.com/Sean P. Twomey)
Ilustrasi pesawat militer. (pexels.com/Sean P. Twomey)

AU Korsel mengatakan istilah Mayday digunakan ketika sebuah pesawat membutuhkan pertolongan karena kerusakan atau situasi darurat lainnya. Namun, saat itu, pihaknya mengklaim perlunya precautionary landing karena kekhawatiran tentang bahan bakar.

"Angkatan Udara secara internasional menggunakan istilah precautionary landing, jadi pilot menggunakannya," kata AU Korsel.

Kasus ini menyoroti bagaimana perbedaan antara terminologi radiotelepon internasional dan militer internal dapat menimbulkan kebingungan dan telah memicu seruan untuk perbaikan prosedur dan komunikasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us