Korsel Sukses Tingkatkan Ekspor Berkat Kenaikan Permintaan Chip AI

- Ekspor Korsel naik 1,3 persen dibanding tahun lalu
- Ekspor ke Asia Tenggara dan Timur Tengah naik, sementara ke AS dan China turun
- Bank Sentral Korea sebut naiknya ekspor di luar perkiraan, Korsel usulkan perbolehkan industri semikonduktor bekerja lebih lama
Jakarta, IDN Times - Ekspor Korea Selatan (Korsel) naik 1,3 persen pada Agustus 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ekspor ini didorong oleh lonjakan permintaan produk semikonduktor.
Pada Juli, ekspor produk makanan, baja, dan kendaraan listrik di Amerika Serikat (AS) menurun. Penurunan ini disebabkan tarif resiprokal sebesar 15 persen yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump ke Korsel.
1. Ekspor ke Asia Tenggara dan Timur Tengah naik

Ekspor produk Korsel ke Asia Tenggara naik hingga 11,9 persen yang nilainya mencapai 10.89 miliar dolar AS (Rp179,8 triliun). Ekspor ke Asia Tenggara terus naik dalam 3 bulan terakhir.
Sementara itu, ekspor ke Timur Tengah naik 1 persen mencapai 1,4 miliar dolar AS (Rp23 triliun). Sedangkan ekspor ke Rusia dan negara-negara pecahan Uni Soviet juga meningkat hingga 9,2 persen atau 1,12 miliar dolar AS (Rp18,4 triliun), dilansir The Korea Herald.
Di sisi lain, ekspor ke AS menurun 12 persen atau 8.74 miliar dolar AS (Rp144 triliun) akibat tarif respirokal. Tak hanya itu ekspor ke China juga turun 2,9 persen atau 11,01 miliar dolar AS (Rp181,7 triliun).
2. Bank Sentral Korea sebut naiknya ekspor di luar perkiraan
Kepala Bank of Korea (BOK) Rhee Chang Yong mengatakan, naiknya ekspor produk Korsel di luar ekspektasi karena ada di tengah ketetapan tarif AS sebesar 15 persen. Namun, BOK tetap memprediksi pertumbuhan sebesar 1,6 persen.
“Sementara ada kekhawatiran terkait tarif chip, tapi kenaikan semikonduktor rupanya lebih panjang. Jika ekspor tetap kuat, ini akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Korsel,” ungkapnya, dikutip dari Business Standard.
3. Korsel usulkan perbolehkan industri semikonduktor bekerja lebih lama

Pada Maret, mantan Presiden sementara Korsel, Choi Sang-mok mengusulkan agar pekerja di industri semikonduktor dapat bekerja lebih lama ketika dibutuhkan. Langkah ini untuk mendorong pengembangan teknologi baru dan industri teknologi.
“Pemerintah akan bekerja dalam meningkatkan pengembangan AI (akal imitas) dan teknologi baru lainnya dalam merevitalisasi ekonomi dan menciptakan pekerjaan bernilai tinggi,” ujarnya, dikutip dari Korea JoongAng Daily.
Sementara itu, perubahan ini akan merevisi sistem 52 jam kerja di industri semikonduktor. Dengan ini, peneliti di bidang semikonduktor dapat bekerja lebih lama hingga 6 bulan jika dibutuhkan.