Krisis Air dan Panas Ekstrem, Iran Liburkan Ibu Kota Teheran

- Pasokan air terganggu di ibu kota
- Krisis disebabkan kekeringan panjang dan salah kelola
- Israel salahkan pemerintah Iran yang sibuk mengembangkan nuklir
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Iran menetapkan hari libur darurat di Provinsi Teheran yang berlaku pada Rabu, 23 Juli 2025. Hari libur diterapkan untuk merespons gelombang panas ekstrem yang memperparah krisis air dan menekan jaringan listrik nasional.
Level air di berbagai waduk pemasok Teheran dilaporkan berada di titik terendah dalam satu abad terakhir. Presiden Iran Massoud Pezeshkian bahkan mengakui bahwa krisis air nasional kini lebih gawat dari yang dibicarakan publik, dilansir Al Jazeera pada Senin (21/7/2025)
1. Pasokan air terganggu di ibu kota
Juru bicara pemerintah, Fatemeh Mohajerani, mengatakan libur darurat diperlukan untuk menjaga sumber daya negara. Warga Teheran melaporkan pasokan air ke rumah mereka terputus selama 12 hingga 18 jam setiap harinya. Pemerintah pun mengimbau seluruh masyarakat untuk memangkas penggunaan air hingga 20 persen.
"Cuaca panas ekstrem yang terus berlanjut dan kebutuhan untuk menghemat air serta listrik menjadi alasan penetapan hari Rabu, 23 Juli sebagai hari libur umum di Provinsi Teheran. Momen ini adalah kesempatan untuk beristirahat, bepergian singkat, atau bersama keluarga, tentunya dengan tetap mematuhi panduan keselamatan dan menghemat energi," kata Mohajerani, dikutip Iran International
Meskipun terjadi pemadaman, para pejabat Iran mengklaim tidak ada penjatahan resmi dan menyebut gangguan itu hanya penurunan tekanan air biasa. Situasi diperburuk oleh banyaknya warga yang bergantung pada pendingin evaporatif (swamp cooler). Pendingin jenis ini dikenal boros air, tetapi jadi andalan warga untuk melawan suhu panas yang tembus 40 derajat Celcius, dilansir Press TV.
2. Krisis disebabkan kekeringan panjang dan salah kelola
Kekeringan parah yang melanda Iran selama lima tahun terakhir menjadi salah satu pemicu utama krisis ini. Curah hujan yang minim membuat cadangan air di berbagai bendungan terus menyusut drastis.
Namun, pakar juga menyoroti faktor salah kelola yang telah berlangsung puluhan tahun. Contohnya adalah kebijakan pembangunan bendungan masif yang ternyata tidak efektif dan seringkali mengabaikan evaluasi dampak lingkungan.
Eksploitasi air tanah yang berlebihan juga memicu masalah baru, termasuk penurunan permukaan tanah di banyak kota besar. Di saat yang sama, sekitar 25 persen air bersih di jaringan pipa Teheran terbuang percuma akibat masalah infrastruktur.
"Krisis air ini lebih gawat dari yang kita bicarakan sekarang. Jika kita tidak segera bertindak, kita akan menghadapi situasi yang tidak bisa lagi diperbaiki di masa depan. Di sektor air, selain perbaikan manajemen dan perencanaan, kita juga harus mengatasi konsumsi yang berlebihan," papar Pezeshkian.
3. Israel salahkan pemerintah Iran yang sibuk mengembangkan nuklir
Pemerintah Iran saat ini tengah menjajaki negosiasi untuk mengimpor air dari negara-negara tetangga. Pezeshkian juga mengusulkan rencana reformasi lima pilar secara nasional untuk solusi permanen. Rencana tersebut mencakup perubahan kebijakan pertanian hingga pengetatan pengawasan. Sementara, Menteri Energi Israel, Eli Cohen justru menyalahkan pemerintah Iran atas krisis ini.
"Saya melihat penderitaan kalian dan tahu kalian bahkan kekurangan air minum. Ini terjadi karena rezim penindas kalian lebih memilih menghabiskan sumber daya air untuk program nuklir yang gagal, ketimbang berinvestasi menyediakan air untuk rakyatnya sendiri," tulis Cohen, dilansir Jerusalem Post.