Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Lebanon. (unsplash.com/Charbel Karam)

Intinya sih...

  • Komite Dialog Lebanon-Palestina bertemu dengan Perdana Menteri Nawaf Salam untuk memulai pelucutan senjata faksi Palestina di kamp pengungsi.
  • Pelucutan senjata dimulai Juni 2025, menyasar 12 kamp pengungsi di Lebanon yang dikuasai oleh berbagai faksi Palestina.
  • Pelucutan senjata ini menjadi uji coba sebelum melucuti Hizbullah yang didesak oleh AS dan Israel.

Jakarta, IDN Times - Komite Dialog Lebanon-Palestina bertemu pertama kali dengan Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam pada Jumat (23/5/2025). Komite tersebut sepakat untuk memulai proses pelucutan senjata faksi Palestina di kamp pengungsi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Keputusan ini muncul setelah kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Lebanon awal pekan ini. Abbas dan Presiden Lebanon Joseph Aoun sepakat faksi Palestina tidak boleh menggunakan Lebanon untuk menyerang Israel.

Kedua pemimpin juga setuju semua senjata di Lebanon harus dikontrol pemerintah. Abbas menyatakan keberadaan senjata di kamp pengungsi merugikan Lebanon dan perjuangan Palestina.

1. Pelucutan dimulai Juni dengan tiga tahap

Pelucutan senjata di 12 kamp pengungsi akan dimulai pertengahan Juni 2025. Tahap pertama menyasar tiga kamp di Beirut yaitu Bourj al-Barajneh, Shatila, dan Mar Elias. Tahap kedua dijadwalkan awal Juli di kamp Lembah Bekaa dan wilayah utara.

Tahap ketiga akan dilakukan di kamp wilayah selatan namun belum ada jadwal pasti. Tentara Lebanon dan layanan keamanan akan memimpin operasi ini. 

Selama ini otoritas Lebanon tidak mengontrol kamp berdasarkan perjanjian lama. Keamanan kamp dikelola berbagai faksi Palestina seperti Fatah, Hamas, dan Jihad Islam Palestina.

"Peserta  telah sepakat meluncurkan proses pelucutan senjata sesuai jadwal. Kami juga akan meningkatkan hak ekonomi dan sosial pengungsi Palestina," kata komite tersebut, dilansir Al Jazeera.

2. Perkembangan faksi bersenjata di kamp pengungsi

Sekitar 222 ribu pengungsi Palestina tinggal di 12 kamp resmi Lebanon. Mereka adalah keturunan dari 750 ribu warga Palestina yang diusir saat perang 1948 ketika Israel terbentuk. Kamp ini terus berkembang dengan berbagai faksi bersenjata bertugas mengatur keamanan.

Melansir Middle East Eye, pengungsi Palestina masih belum diperbolehkan untuk bekerja dan memiliki properti di Lebanon. Keterbatasan ini membuat sebagian bergabung ke kelompok bersenjata untuk perlindungan dan mata pencaharian.

Sementara itu, beberapa kelompok seperti Hamas dan Jihad Islam tidak setuju dengan rencana penyerahan senjata.

"Meski Otoritas Palestina diakui dunia sebagai perwakilan rakyat Palestina, masih banyak kelompok yang ingin terus melawan Israel dengan senjata. Kalau tidak ada kesepakatan antar kelompok, situasi akan tetap tidak stabil," ungkap wartawan Al Jazeera Zeina Khodr.

3. Persiapan sebelum melucuti Hizbullah

sudut kota Beirut, Lebanon. (unsplash.com/christellehayek)

Menurut NYT,  pelucutan ini adalah uji coba sebelum tantangan lebih besar yaitu melucuti Hizbullah. Milisi yang didukung Iran ini punya kemampuan militer melebihi tentara Lebanon dan menguasai wilayah selatan.

Hizbullah dinilai telah melemah setelah serangan Israel tahun lalu yang menewaskan 4 ribu warga Lebanon. Amerika Serikat dan Israel telah mendesak pemerintah Lebanon untuk melucuti semua militan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata November lalu.

"Pesannya jelas, ada era baru di Lebanon di mana pemerintah ingin mengambil alih semua senjata. Lebanon sudah mulai membongkar pangkalan militer Hizbullah di wilayah selatan, dan langkah berikutnya adalah melucuti senjata kelompok Palestina dulu sebelum menghadapi Hizbullah," jelas Khodr.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team