Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sudut kota Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

Jakarta, IDN Times- Lembaga amal asal Amerika Serikat (AS), Rahma Worldwide, menuduh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) telah menggunakan logonya tanpa izin. GHF, organisasi baru yang didukung Israel dan AS, diduga memakai foto pengiriman bantuan berlogo Rahma Worldwide dalam materi pers mereka.

Tindakan ini dikhawatirkan menciptakan kesan adanya kemitraan formal antara kedua lembaga. GHF sendiri baru dibentuk untuk mengawasi distribusi bantuan di Gaza, menggantikan mekanisme PBB dan lembaga lainnya, dilansir Middle East Eye pada Jumat (30/5/2025).

1. Awal mula masalah logo

Masalah ini berawal ketika Rahma Worldwide kesulitan mengirim 4 ribu paket makanan dan 16 kontainer gandum ke Gaza. Bantuan tersebut kemudian diambil alih oleh GHF.

Namun, Rahma Worldwide menolak tawaran GHF untuk ikut serta dalam distribusi karena GHF berencana menggunakan jasa keamanan bersenjata. Lembaga tersebut juga menyatakan tidak pernah memberi izin kepada GHF untuk menyalurkan bantuan atas nama mereka.

"Kami telah sepakat bahwa logo Rahma harus dihapus dari paket bantuan. Namun, mereka tidak menghapusnya dan mendistribusikan paket-paket ini dengan logo kami," tutur Shadi Omar Zaza, direktur eksekutif dan pendiri Rahma Worldwide, dilansir dari The Guardian.

Penggunaan logo ini juga dikhawatirkan bisa memberi GHF kredibilitas yang tidak semestinya, mengingat GHF minim pengalaman dan dijauhi banyak badan bantuan lain. Mitra Rahma, Heroic Hearts, juga membantah terlibat dengan GHF atau distribusi bantuan yang memakai merek mereka.

2. GHF dijauhi badan bantuan lain

Kehadiran GHF sejak awal telah sarat kontroversi. Banyak organisasi kemanusiaan global, termasuk PBB, memilih menjaga jarak karena menilai cara kerja GHF melanggar prinsip dasar kemanusiaan.

GHF dikritik karena hanya menyalurkan bantuan ke Gaza selatan dan tengah. Akibatnya, warga Palestina di wilayah lain, terutama Gaza utara yang hancur akibat serangan Israel, kesulitan mendapatkan bantuan atau terpaksa menempuh perjalanan berbahaya.

Selain akses terbatas, jumlah bantuan GHF juga dianggap sangat sedikit.

"Kami telah melihat gambar-gambar mengejutkan dari orang-orang lapar yang saling mendorong di pagar, putus asa mencari makanan. Keadaannya kacau, tidak bermartabat, dan tidak aman," kata Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), dikutip dari TRT Global.

Masalah internal GHF pun mencuat dengan mundurnya sang direktur eksekutif baru-baru ini. Ia mundur dengan alasan bahwa pembatasan dari pihak Israel membuat GHF tidak mungkin dapat beroperasi sesuai prinsip kemanusiaan.

3. Distribusi bantuan pertama GHF di Gaza ricuh

anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Distribusi bantuan perdana GHF di Rafah langsung diwarnai kericuhan dan kekerasan. Kerumunan warga yang sangat membutuhkan bantuan memadati lokasi.

Militer Israel dituduh melepaskan tembakan ke arah mereka. Menurut pejabat kesehatan Gaza, sedikitnya satu warga sipil tewas dan 48 lainnya terluka akibat tembakan tersebut. Namun, pihak Israel membantahnya dan mengklaim hanya melakukan tembakan peringatan.

Inisiatif GHF ini dikecam oleh seorang mantan juru bicara PBB sebagai upaya "pencucian bantuan" (aid washing). Istilah tersebut merujuk pada strategi yang diduga bertujuan menyamarkan kenyataan bahwa penduduk Gaza memang sengaja dibuat kelaparan agar tunduk.

"Orang-orang dibuat kelaparan dan kemudian diberi makan sedikit demi sedikit dengan cara yang paling tidak bermartabat," ujar Jonathan Whittall, kepala kantor koordinasi bantuan PBB.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama