Tensi Memanas, Korut Diprediksi Tolak Reuni Keluarga dengan Korsel

Menteri Unifikasi: Korea menghadapi 'realita menyakitkan'

Jakarta,IDN Times - Pemerintah Korea Selatan, pada Kamis (8/9/2022), menawarkan proposal untuk dialog perihal reuni keluarga dengan Korea Utara. Reuni ini bermaksud untuk mempertemukan ribuan keluarga yang terpisah akibat Perang Korea pada 1950-1953.

Namun, Lim Eul-chul, seorang profesor di Institut Studi Timur Jauh di Universitas Kyungnam, memprediksi, Korea Utara akan menolak proposal tersebut mentah-mentah. Menurutnya, reuni keluarga adalah masalah kemanusiaan yang memerlukan tingkat saling kepercayaan yang tinggi dari kedua belah pihak.

Sementara, hubungan Seoul-Pyongyang sedang memanas akhir-akhir ini. Korea Selatan mengecam peningkatan intensitas uji coba nuklir Korea Utara. Dilain sisi, Pyongyang menyalahkan Seoul atas merebaknya pandemik Covid-19 di negaranya.

Korea Utara juga menolak telah mentah-mentah berbagai proposal bantuan terbaru dengan imbalan denuklirisasi yang diajukan Korea Selatan, dilansir dari ABC News.

Baca Juga: Korsel Tawarkan Pembicaraan Bahas Reuni Keluarga dengan Korut

1. Korsel berharap pertemuan dilaksanakan secepatnya

Undangan dialog ini disampaikan Menteri Unifikasi, Kwon Young-se, pada malam Chuseok, salah satu hari libur terbesar bagi warga kedua Korea. Pihak Korsel menyampaikan kesediaan untuk mempertimbangkan saran Korut mengenai tanggal, tempat, agenda, dan format pembicaraan. 

Korsel juga menginginkan dialog dilaksanakan secepatnya.

“Kami berharap pejabat yang bertanggung jawab dari kedua belah pihak akan bertemu langsung sesegera mungkin untuk diskusi terbuka tentang masalah kemanusiaan termasuk masalah keluarga yang terpisah,” kata Kwon Young-se, dilansir dari Al Jazeera.

Baca Juga: 10 Orang Tewas di Korsel usai Diterjang Topan Hinnamnor

2. Perpisahan keluarga akibat Perang Korea merupakan 'realita yang menyakitkan'

Menteri Unifikasi, Kwon Young-se, menggambarkan perpisahan dari keluarga di Selatan dan Utara sebagai 'realita yang menyakitkan'. Reuni keluarga adalah isu kemanusiaan yang sangat emosional. Masalah ini melibatkan keputusasaan mereka yang telah berusia diatas 80-an untuk bertemu dengan kerabat yang telah lama terpisah.

Sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, kedua Korea telah melarang jutaan anggota keluarga yang terpisah akibat perang untuk saling mengunjungi kerabat mereka di perbatasan. Bahkan, puluhan tahun kemudian, kebanyakan dari mereka tidak tahu apakah orang yang mereka cintai masih hidup atau tidak.

Tetapi, Korea Utara kerap kali memanfaatkan reuni ini sebagai alat tawar saat berurusan dengan Korea Selatan.

“Selatan dan Utara harus menghadapi bagian realitas yang menyakitkan. Kita harus menyelesaikan masalah ini sebelum istilah 'keluarga yang terpisah' menghilang," kata Menteri Unifikasi, Kwon Youngse.

“Kita perlu menggunakan semua cara yang mungkin segera untuk menghasilkan langkah-langkah cepat dan mendasar", tambahnya, dilansir dari ABC News.

3. Reuni terakhir dilaksanakan pada 2018

Reuni keluarga yang terakhir dilaksanakan pada 2018. Menurut reuni sebelumnya, para peserta biasanya akan diberi waktu selama tiga hari untuk bertemu dengan kerabat mereka dan tidak ada yang diberi kesempatan kedua untuk bertemu dengan mereka lagi. Reuni mempertemukan orang tua dan anak-anak, kakak beradik dan lainnya yang terisak-isak, berpelukan dan saling bertanya tentang kehidupan mereka.

Korea Selatan biasanya menggunakan sistem lotre terkomputerisasi untuk memilih peserta. Sedangkan menurut para pengamat, Korea Utara hanya memilih warga negaranya yang setia kepada pemerintahan otoriternya. Pyongyang enggan untuk memperluas target penerima hadiah reuni tersebut, karena khawatir kontak warganya dengan warga Korea Selatan yang lebih kaya dapat melemahkan kekuasaan pemerintah.

Menurut Kementerian Unifikasi, sekitar 133.650 orang di Korea Selatan telah melamar untuk mengikuti reuni, tetapi hampir 70 persen dari mereka telah meninggal dunia, dilansir dari ABC News.

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya