Perkosa 20 Wanita di Inggris-China, Mahasiswa Ini Divonis Bui Seumur Hidup
Jakarta, IDN Times - Pengadilan Inner London pada Kamis (19/6/2025) menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dengan masa minimal 24 tahun kepada Zhenhao Zou, mahasiswa 28 tahun asal China. Zou dinyatakan bersalah atas pemerkosaan terhadap 10 perempuan di Inggris dan China, dengan modus membius korbannya.
Zou, yang tinggal di London selatan, menggunakan aplikasi kencan dan media sosial untuk menjebak korban, mayoritas mahasiswa asal China, dengan dalih undangan belajar atau minum. Polisi menyebut kasus ini sebagai salah satu penyelidikan pemerkosaan terbesar di Inggris dan menduga jumlah korban melebihi 50 orang.
1. Modus dan bukti kejahatan Zou
Zou menargetkan korban melalui WeChat dan aplikasi kencan, mengundang mereka ke apartemennya, lalu membius dengan butanediol—zat yang berubah menjadi GHB (obat bius pemerkosaan). Korban yang tak sadarkan diri kemudian diperkosa dan direkam.
Polisi menemukan sekitar 1.300 video di perangkat Zou, menunjukkan skala kejahatan yang masif. Ia juga menyimpan barang pribadi korban sebagai “trofi”.
“Zou adalah predator seksual yang sangat manipulatif dan cerdas, tanpa empati pada korbannya,” ujar Hakim Rosina Cottage saat membacakan vonis.
Kasus ini terbongkar setelah seorang korban melapor pada November 2023. Meski bukti awal belum cukup, penyitaan ponsel Zou mengungkap video pemerkosaan serta temuan obat bius di apartemennya.
“Saya kehilangan kepercayaan pada kemanusiaan,” ujar salah satu korban, dilansir BBC.
2. Skala kejahatan dan penyelidikan lintas negara
Zou, mahasiswa teknik mesin di University College London sejak 2019, melakukan kejahatan antara September 2019 dan Mei 2023. Tiga korban berasal dari London, tujuh lainnya dari China. Polisi Inggris menyatakan lebih dari 50 perempuan kemungkinan menjadi korban.
“Skala kejahatannya menjadikan Zou salah satu predator seksual paling produktif yang pernah kami tangani,” kata Inspektur Detektif Richard MacKenzie.
Penyelidikan ini melibatkan analisis 6 triliun byte data dan 9 juta pesan WeChat yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin. Beberapa korban tampak tak sadarkan diri dalam video, bahkan ada yang memohon Zou berhenti. Polisi juga berkoordinasi dengan otoritas China, memungkinkan satu korban bersaksi lewat video call, dilansir Sky News.
Sejak vonis pada Maret 2025, lebih dari 20 wanita melapor ke polisi.
“Kami mendesak siapa pun yang pernah berinteraksi dengan Zou untuk menghubungi kami,” ujar Komandan Kevin Southworth.
“Sebagian korban mungkin tidak menyadari telah diserang karena efek obat bius. Kami akan menangani mereka dengan empati dan hormat.” lanjutnya, dilansir Mirror.
3. Dampak psikologis dan respons publik
Korban mengalami trauma berat. Seorang wanita di London mengaku telah diserang dengan kasar oleh Zou. Korban lain yang kini berada di China mengaku bahwa luka yang ditorehkan akan terukir selamanya di jiwa. Pernyataan ini membuat beberapa juri menangis.
Kasus ini mengejutkan publik Inggris dan dibandingkan dengan predator Reynhard Sinaga. Sementara itu, media China cenderung menyembunyikan identitas Zou, termasuk memburamkan fotonya.
“Kasus ini menunjukkan pentingnya keberanian korban untuk melapor,” kata Saira Pike dari Crown Prosecution Service, mengapresiasi dua wanita yang bersaksi, dilansir CNN.
Polisi terus mengimbau mahasiswa asal China di London antara 2019–2024 yang merasa pernah menjadi korban untuk melapor.
“Vonis ini adalah bentuk keadilan dan bukti komitmen kami memberantas predator seksual,” kata Southworth. Kasus ini juga memicu sorotan atas keamanan aplikasi kencan dan perlindungan mahasiswa internasional.