5 Hal Penting dari Pidato Donald Trump Soal Konflik dengan Iran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pidato resminya terkait serangan rudal Iran ke markas pasukan Amerika Serikat di Irak beberapa waktu lalu. Pidato disampaikan beberapa jam setelah rudal ditembakkan.
Pidato ini disampaikan dan disiarkan langsung secara nasional. Alih-alih memerintahkan serangan balik, Trump justru memilih menarik AS mundur dari konflik tersebut
Dilansir dari BBC, berikut lima poin dari pidato Donald Trump yang menarik untuk disimak:
1. Memilih mundur dari konflik militer
Jika sebagian pihak berpikir atau bahkan khawatir Trump akan memberikan respons kembali melakukan serangan militer yang besar, nyatanya Trump justru menyatakan sebaliknya. Dia memilih menarik AS mundur dari konflik militer. Minimnya kerusakan yang ditimbulkan dan nihilnya korban jadi salah satu pertimbangan Trump.
"Iran tampaknya akan mundur, hal ini baik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan sangat baik bagi dunia," kata Trump dalam pidatonya. Trump menjanjikan sanksi ekonomi yang lebih berat sebagai ganti dari serangan balik secara militer.
2. Lebih banyak membahas tentang Soleimani ketimbang serangan dari Iran
"Kami telah mengirim pesan kuat kepada para teroris: Jika Anda menghargai hidup Anda sendiri, Anda tidak akan mengancam hidup warga kami," kata Trump dalam pidatonya.
Trump sendiri menyebut Soleimani sebagai "teroris top dunia". Menurut dia, Qassem Soleimani pantas menerima hukuman yang diberikan AS. Trump lebih fokus membahas kematian Soleimani, alih-alih terkait serangan dari Iran.
Merujuk pada kematian Soleimani, Trump justru mengutarakan bahwa hasil dari krisis baru-baru ini sepadan dengan drama dan keresahan yang ditimbulkan Soleimani.
3. Kembali menyindir Obama
Sejumlah pihak menilai Trump mengambil kesempatan untuk kembali "menyindir" pendahulunya, mantan Presiden Barack Obama dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional.
Menjadi rahasia umum jika dalam masa jabatannya, Trump selalu berusaha "melepaskan warisan" dari pemerintahan Obama. Soal masalah kesehatan, lingkungan, ekonomi, imigrasi, dan khususnya perjanjian nuklir Iran telah diubah Trump dari sebuah kampanye kritis menjadi sebuah kebijakan.
Editor’s picks
Kesepakatan nuklir dengan Iran dinegosiasikan dalam masa pemerintahan Obama kala itu. Kesepakatan itu kini telah hilang. Namun, Trump mengatakan siap untuk menegosiasikan kesepakatan baru.
Baca Juga: Iran Serang Pangkalan Militer di Irak, Trump: Semuanya Baik-baik Saja!
4. Minta NATO lebih "hadir" di Timur Tengah
Trump meminta agar The North Atlantic Trety Organization (NATO) lebih berperan di Timur Tengah. Hal ini disebut menjadi sinyal Trump kepada sejumlah negara anggota NATO yang menentang aksi Trump terhadap Iran.
Ekonomi Amerika yang tengah tidak stabil disebut sebagai peringatan bahwa sudah waktunya bagi sekutu Amerika untuk memikul lebih banyak beban di krisis Timur Tengah.
Instabilitas di Timur Tengah dapat memengaruhi pasar energi secara global, menaikkan harga di AS--tidak peduli minyak dan gas itu dihasilkan dari North Dakota atau kilang Teluk Persia.
AS tidak akan "keluar" dari Timur Tengah dengan mudah dan tanpa dampak yang mengikuti setelah ini.
Baca Juga: Respons Pernyataan Trump soal Iran, Harga Minyak Mentah Merosot Tajam
5. Memasuki 2020 dengan pesan dan janji "besar"
"Selama saya masih presiden Amerika Serikat, Iran tidak akan pernah diizinkan memiliki senjata nuklir," kata Trump dalam pidatonya. Dia memulai pidatonya dengan jaminan dan janji soal keamanan bahkan sebelum menyampaikan 'selamat pagi'.
BBC menyebutkan tidak ada yang mengetahui apa manfaat politik dari krisis Iran baru-baru ini kepada Trump. Pun kepastian apakah krisis ini akan berdampak positif bagi keamanan dunia.
Namun, dalam kampanye pemilu mendatang di Amerika sepertinya Trump akan menggunakan citra sebagai panglima tertinggi yang dikelilingi oleh jebakan kekuasaan dan otoritas. Dia akan mengambil panggung dari kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dan Soleimani, sebagai yang paling berjasa dalam memerintahkan serangan yang menewaskan mereka.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: Pangkalan Militer Dirudal Iran, Ini Pidato Resmi Presiden Donald Trump