Netanyahu Pecat Menhan Israel, Hubungan dengan AS Terguncang

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memecat Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, pada Selasa (5/11/2024). Netanyahu mengatakan, pemecatan ini disebabkan oleh krisis kepercayaan yang berangsur-angsur mendalam terhadap Gallant.
"Sayangnya, meskipun pada beberapa bulan pertama kampanye terdapat kepercayaan dan kerja yang sangat membuahkan hasil, selama beberapa bulan terakhir, kepercayaan ini telah retak antara saya dan menteri pertahanan," kata Netanyahu, dilansir Jerussalem Post.
Pemecatan itu terjadi di tengah-tengah ancaman Iran terhadap Israel. Di bawah komando Gallant, Israel berhasil menyerang Iran dengan menghancurkan fasilitas militernya. Karena pemecatan itu, posisi Gallant kini untuk sementara digantikan oleh Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz.
1. Akan digantikan oleh Israel Katz

Di Twitter, Gallant menulis bahwa pemecatannya tak akan mempengaruhi keinginannya akan keamanan Israel. Ia menyebut bahwa keamanan Israel kini menjadi prioritas.
“Keamanan Negara Israel adalah dan akan selalu menjadi misi hidup saya,” tuturnya.
Dalam postingan lainnya pada Rabu, Gallant tampak mengunggah fotonya dengan pose hormat. Pose itu dilengkapi dengan caption yang menyatakan hormatnya atas pasukan Israel yang telah bertepur di medan perang.
“Saya memberi hormat kepada pasukan Israel yang gugur beserta keluarga mereka, para veteran kami yang terluka, para sandera beserta keluarga mereka, seluruh pasukan dan pasukan keamanan IDF,” ungkapnya.
Pemecatannya akan berlaku efektif dalam 48 jam. Pengangkatan Katz dan ketua United Right, Gideon Sa'ar, yang akan menggantikannya, memerlukan persetujuan dari pemerintah dan kemudian dari Knesset.
2. Konflik Netanyahu dan Gallant telah terjadi sebelum perang

Gallant telah menjadi aktor utama dalam hubungan Israel-AS. Namun ia sangat tidak setuju dengan Netanyahu dalam isu-isu militer dan politik yang kritis, termasuk kesepakatan penyanderaan dan perekrutan kaum ultra-Ortodoks ke dalam militer.
Friksi antara Netanyahu dan Gallant telah terjadi sebelum perang. Netanyahu awalnya berusaha memecatnya pada Maret 2023, tetapi menarik kembali rencananya setelah protes publik yang mendukung Gallant menutup negara itu.
Ratusan ribu orang turun ke jalan dalam protes yang kemudian dikenal sebagai "Malam Gallant". Netanyahu akhirnya menarik kembali rencananya.
Gallant dipecat setelah hubungan Netanyahu bersama Partai Yudaisem Torah Bersatu semakin buruk. Gallant telah menolak upaya Netanyahu untuk mendapatkan pengecualian ultra-Ortodoks dari dinas IDF. Hal ini memicu gelombang tuduhan baru bahwa ia mengorbankan keamanan demi ambisi politiknya sendiri.
Pemimpin opisisi, Yair Lapid, menulis bahwa pemecatan Gallant di tengah perang adalah tindakan gila. Ia menyebut Netanyahu mengorbankan keamanan Israel dan tentara IDF demi kelangsungan hidup politik yang hina.
3. Berdampak kuat pada hubungan AS

Seorang analis di The Guardian, Andrew Roth, menyatakan bahwa pemecatan Gallant di tengah-tengah pemilihan AS merupakan hal yang kemungkinan akan membawa kegoncangan bagi hubungan kedua negara. Ia menyebut pemecatan itu memberikan kejutan terhadap pejabat AS.
Gallant dikenal sangat dekat dengan Menhan AS, Lloyd Austin. Ia bahkan disebut-sebut sebagai jembatan hubungan kedua negara. Hampir setiap hari dua Menhan tersebut saling berkomunikasi satu sama lain.
"Mereka memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Mereka dapat mengangkat telepon kapan saja, pada jam berapa pun di malam hari, dan berbicara dengan sangat jujur satu sama lain," kata Sabrina Singh, juru bicara pertahanan, tentang Gallant dan Austin.
Menjelang tanggapan Israel terhadap Iran, kedua pria itu menjalin kontak dekat. Austin telah memberi tahu Gallant bahwa AS sepenuhnya mendukung Israel dalam kebuntuannya dengan Teheran.
Roth mengatakan, kebijakan AS terhadap Israel kini berada di titik balik. Belum jelas apakah presiden terpilih selanjutnya bakal melanjutkan kebijakan yang telah diberlakukan di bawah Biden.
Sebelumnya, Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, pada 13 Oktober mengirim surat ke Israel yang menuntut agar Israel memperbaiki kondisi kemanusiaan di Gaza dalam waktu 30 hari atau menghadapi risiko penghentian bantuan militer AS. Kemungkinan besar jika Trump menang, Netanyahu akan mengabaikan ultimatum tersebut.
”Pada saat yang sama, pemecatan Gallant tidak menunjukkan bahwa Netanyahu ingin memberikan konsesi kepada pemerintahan Biden yang akan segera berakhir,” tutup Roth.