Serangan Teroris di Mali Tewaskan Sedikitnya 5 Tentara

11 tentara dikabarkan masih hilang

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya lima tentara tewas dan 20 lainnya mengalami luka-luka setelah serangan yang terjadi di pangkalan militer di desa Lere wilayah Timbuktu, Mali Utara, berdasarkan laporan Angkatan Bersenjata Mali (FAMa) pada Senin malam (18/9/2023).

Dalam sebuah pernyataan, tentara Mali mengatakan mereka bereaksi terhadap serangan kompleks yang dilakukan oleh teroris dari atas kendaraan dan sepeda motor pada Minggu. Serangan itu juga menyebabkan 11 orang hilang dan kerusakan material.

Pernyataan itu juga menyebut sebuah pesawat militer terbakar setelah pendaratan paksa dan pencarian sedang dilakukan untuk menemukan awak pesawat. FAma tidak memberikan rincian dari identitas penyerang namun melaporkan bahwa tujuh mayat terbengkalai ditemukan di pangkalan militer.

“Delapan kendaraan yang dilengkapi dengan senjata berat (dihancurkan) bersama penumpangnya, diperkirakan (jumlahnya) 30, (yang) dinetralkan,” bunyi pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa pasukan FAMa bereaksi dengan profesionalisme terhadap serangan itu, dikutip Laprensalatina.

1. Koordinasi Gerakan Azawad bertanggung jawab atas serangan

Koordinasi Gerakan Azawad (CMA), aliansi kelompok yang didominasi oleh suku Tuareg, yang melakukan pemberontakan pada 2012 untuk merebut kemerdekaan, mengaku bertangung jawab atas serangan pada Minggu kemarin.

Mereka juga mengatakan telah menguasai dua pos militer yang berada di Lere. Kelompok itu juga mengakui telah menembak jatuh sebuah pesawat militer.

Serangan itu adalah yang terbaru terhadap posisi militer di Mali utara. Dalam beberapa pekan terakhir terjadi kebangkitan kembali aktivitas kelompok bersenjata dan separatis. Awal bulan ini, CMA juga merebut sebuah kamp militer di Bourem, yang berada di antara kota Gao dan Timbuktu.

Baca Juga: PBB Wanti-wanti Wabah Penyakit Akan Picu Krisis Kedua di Libya

2. Kelompok jihadis tidak pernah berhenti menyerang Mali

Dilansir Times Of India, aktivitas pemberontakan yang terjadi pada tahun 2012 membuka jalan bagi kelompok bersenjata terkait al-Qaeda untuk menguasai sebagian besar wilayah di Mali utara. Pemberontakan telah memicu intervensi Prancis yang menyebabkan negara Sahel tersebut terjerumus ke dalam konflik yang menelan ribuan korban jiwa.

Kelompok jihadis tidak pernah berhenti melakukan pemberontakan di Mali. Serangan terbaru bertepatan dengan penarikan misi stabilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) MINUSMA yang sedang berlangsung, yang diusir oleh junta Mali setelah 10 tahun ditugaskan di negara tersebut.

Pasukan penjaga perdamaian juga telah menyerahkan kamp mereka selama bertugas kepada pihak berwenang Mali. Akan tetapi kelompok separatis mengklaim kamp tersebut harus dikembalikan di bawah kendali mereka.

3. ISIS semakin cepat memperluas wilayahnya di Mali

Serangan Teroris di Mali Tewaskan Sedikitnya 5 Tentarapotret ilustrasi seorang menyerupai jihadis.(unsplah.com/Sohaib Al Kharsa)

Junta Mali, yang merebut kekuasaan setelah melakukan kudeta ganda pada tahun 2020 dan 2021, telah mengusir pasukan kontra pemberontakan Prancis pada tahun 2021. Junta juga mengusir penjaga perdamaian PBB MINUSMA pada tahun ini.

Jauh sebelum MINUSMA dipaksa pergi dari Mali, mereka telah memindahkan kampnya di Lere kepada tentara Mali dalam beberapa tahun yang lalu. Agustus lalu, PBB mengatakan dalam lapornya bahwa kelompok bersenjata ISIL (ISIS) telah memperluas wilayahnya di Mali hampir dua kali lipat dalam waktu kurang dari setahun.

Bamako diyakini secara luas bekerja sama dengan perusahaan paramiliter Rusia Wagner untuk menyelesaikan masalah ketidakamanan mereka. Akan tetapi junta Mali menyangkal pernyataan tersebut.

Baca Juga: Azerbaijan Luncurkan Operasi Anti-Teror di Nagorno Karabakh

NUR M AGUS SALIM Photo Verified Writer NUR M AGUS SALIM

peternak ulat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya