Tembakan di Sudan Tewaskan 39 Warga Sipil

Lebih dari 50 ribu orang telah mengungsi dari Sudan

Jakarta, IDN Times - Sekitar 39 warga sipil tewas, termasuk perempuan dan anak-anak, akibat penembakan yang terjadi di rumah mereka di Darfur, Sudan Barat pada Selasa (29/8/2023) 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, serangan itu terjadi di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan. Perang juga menyebabkan sekitar 50 ribu orang terpaksa mengungsi sejak 11 Agustus 2023.

Sejak 15 April 2023, perang Sudan telah berkecamuk. Perang terjadi antara tentara Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah Al Burhan dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pimpinan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo.

“Keseluruhan anggota dari lima keluarga dibunuh dalam satu hari,” kata seorang aktivis hak asasi manusia, Gouja Ahmed, yang berasal dari Nyala, dikutip France24.

1. Panglima Sudan sedang berkunjung ke Mesir

Saat penembakan di Nyala berkecamuk, Burhan sedang melakukan perjalanan menuju Mesir. Itu menjadi perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak pecahnya perang Sudan.

Rencananya, Burhan akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi yang menjadi sekutu utamanya. Di pertemuan itu, Burhan akan membahas mengenai perkembangan di Sudan yang dilanda perang dan hubungan bilateral, ujar Dewan Kedaulatan Sudan yang berkuasa.

Melalui video yang dirilis oleh dewan, Burhan tampak mengenakan pakaian sipil dan tidak seragam militer khasnya. Dia menaiki pesawat di Port Sudan, kemudian disambut oleh Sisi di landasan bandara El Alamien.

Baca Juga: PBB: 183 Orang Tewas Akibat Konflik Ethiopia Sepanjang Juli 2023

2. Burhan berjanji akan mengalahkan RSF

Perang yang awalnya berpusat di Khartoum kini telah menyebar ke Darfur hingga negara bagian Kordofan dan Jazira. Perang juga menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan orang untuk mengungsi.

RSF telah berbulan-bulan mengepung Burhan di dalam markas militer di Khartoum. Namun pada pekan lalu, RSF melakukan serangan publik pertamanya di luar kompleks tersebut dan meninjau pasukan di beberapa bagian negara Sudan.

Saat berada di Port Sudan pada Senin, Burhan menyampaikan pidato yang berapi-api kepada tentara. Burhan bersumpah akan melawan RSF yang disebut Burhan sebagai kumpulan tentara bayaran.

“Kami bergerak ke mana-mana untuk mengalahkan pemberontakan ini, mengalahkan pengkhianatan ini, yang dilakukan oleh tentara bayaran yang datang dari seluruh dunia,” kata Burhan.

“Tidak ada waktu untuk berdiskusi sekarang. Kami memusatkan seluruh upaya kami pada perang, untuk mengakhiri pemberontakan,” tambah dia. 

3. Darfur sudah lama menjadi tempat pertempuran

Pidato dari Burhan muncul sehari setalah pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, mengeluarkan pernyataan yang merinci soal 10 poin untuk mengakhiri perang dan membangun negara baru.

Rencana Dagalo menyerukan pemerintah sipil berdasarkan norma-norma demokratis dan institusi militer yang profesional.

Darfur sudah sejak lama menjadi lokasi pertempuran yang mematikan, sejak perang meletus pada 2003 antara Janjaweed, cikal bakal RSF, terhadap etnis minoritas yang dituduh memberontak.

Hanya Port Sudan yang terhindar dari kekerasan Sudan. Utu adalah tempat para pejabat pemerintah dan PBB merelokasi operasi mereka. Port Sudan juga merupakan satu-satunya bandara yang berfungsi di Sudan.

Baca Juga: 498 Anak di Sudan Tewas Sejak Perang Saudara Meletus

NUR M AGUS SALIM Photo Verified Writer NUR M AGUS SALIM

peternak ulat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya