Oman Tolak Kemungkinan Normalisasi dengan Israel

Al-Harthy mengatakan bahwa Oman fokus pada upaya membangun persatuan Arab dan Muslim demi mendukung rakyat Palestina.

"Ketegangan di Timur Tengah disebabkan oleh perang genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina. Kami menuntut gencatan senjata segera," tambahnya

Ia menyebut komunitas internasional setiap hari gagal karena tidak berhasil menghentikan perang di Gaza. Serangan darat dan udara yang dilancarkan Israel selama hampir setahun terakhir telah menewaskan lebih dari 41 ribu orang, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

Oman telah menjadi pendukung setia perjuangan Palestina selama beberapa dekade, meskipun terkadang mengambil sikap yang lebih independen dalam isu-isu regional dibandingkan negara tetangganya.

Pada 2018, Oman mengejutkan dunia ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan mendadak ke negara tersebut untuk bertemu dengan penguasa saat itu, Sultan Qaboos bin Said.

Namun, Muscat tidak mengikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan dalam menandatangani Abraham Accords, yang menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.

Warga Oman juga tetap menentang prospek normalisasi hubungan dengan Israel. Pekan lalu, tim sepak bola pantai nasional Oman menolak berpartisipasi dalam turnamen di Italia karena kehadiran tim Israel.

Dilansir dari Haaretz, seorang sumber Israel yang terlibat dalam negosiasi dengan negara-negara Teluk mengatakan bahwa sikap negatif Oman mengenai normalisasi dengan Israel tidak mengejutkan, mengingat meningkatnya kritik dari berbagai negara Teluk terhadap perang di Gaza.

Ia juga menyoroti pernyataan yang dikeluarkan oleh UEA pada akhir pekan, yang menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan berpartisipasi dalam rencana pasca-konflik Gaza yang sesuai dengan keinginan Israel, kecuali ada kemajuan nyata menuju pembentukan negara Palestina.