Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Israel (pexels.com/Leonid Altman)

Intinya sih...

  • Israel hanya utus duta besarnya untuk mewakili negara di pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.
  • Hubungan Israel dengan Vatikan memburuk sejak perang di Gaza, terbukti dari pengiriman perwakilan pada tingkat serendah mungkin.
  • Kontroversi terjadi setelah pemerintah Israel mengunggah dan menghapus ucapan duka cita untuk Paus Fransiskus.

Jakarta, IDN Times - Israel tidak mengirimkan satu pun pejabat tinggi untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu (264/2020). Negara itu hanya akan diwakili oleh duta besarnya untuk Vatikan, Yaron Sideman.

Para diplomat mengatakan, keputusan Israel untuk mengirimkan perwakilan pada tingkat serendah mungkin menunjukkan sejauh mana hubungan Israel dengan Vatikan telah memburuk sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023. Paus Fransiskus sendiri dikenal vokal mengecam perang tersebut, yang telah menewaskan lebih dari 51 ribu warga Palestina.

“Ini adalah titik terendah dari sebuah spiral. Saya berharap kedua belah pihak mampu mengatasi perbedaan dan keluar dari situasi ini bersama-sama," kata seorang diplomat yang berbicara secara anonim, dilansir dari The Times of Israel.

Sebelumnya, pada pemakaman Paus Yohanes Paulus II pada 2005, Israel mengirimkan presidennya saat itu, Moshe Katsav, dan menteri luar negeri Silvan Shalom.

1. Pemerintah Israel sebelumnya hapus unggahan belasungkawa

Dilansir dari Middle East Eye, kontroversi berawal setelah pemerintah Israel mengunggah dan menghapus ucapan duka cita untuk Paus Fransiskus.

"Beristirahatlah dengan damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkah," demikian bunyi pernyataan dari pemerintah Israel di X, tak lama setelah kematian Paus Fransiskus diumumkan secara resmi pada Senin (21/4/2025). Unggahan tersebut disertai dengan foto Paus saat berkunjung ke Tembok Barat di Kota Tua Yerusalem.

Pejabat di Kementerian Luar Negeri Israel kemudian mengatakan bahwa unggahan tersebut merupakan sebuah kesalahan.

"Kami telah menanggapi pernyataan Paus yang menentang Israel dan perang selama hidupnya, dan kami tidak akan melakukannya setelah kematiannya. Kami menghormati perasaan para pengikutnya," kata pejabat tersebut kepada The Jerusalem Post .

2. Anggota parlemen oposisi Israel kritik sikap pemerintah yang tidak hormati Paus Fransiskus

Setelah lama bungkam, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, akhirnya menyampaikan ucapan belasungkawa kepada Paus Jumat (25/4/2025).

“Negara Israel menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada gereja Katolik dan komunitas Katolik di seluruh dunia atas meninggalnya Paus Fransiskus. Semoga beliau beristirahat dalam damai," tulis Benjamin Netanyahu di X 

Sebelumnya, pada Rabu (23/4/2025), anggota parlemen (Knesset) dari oposisi, Gilad Kariv, mengunjungi Patriarkat Latin di Yerusalem untuk menyampaikan belasungkawa atas wafatnya pemimpin Gereja Katolik tersebut. Ia mengatakan bahwa hal itu dilakukannya untuk meminta maaf atas nama pemerintah.

“Saya di sini untuk menyampaikan belasungkawa atas nama sebagian besar warga Israel, baik umat Kristen yang tinggal di Israel maupun kepada ratusan juta umat Kristen Katolik di seluruh dunia,” kata Kariv kepada The Times of Israel. Ia menyesalkan sikap pemerintah Israel dan Knesset yang tidak mengeluarkan pesan belasungkawa.

3. Paus Fransiskus vokal menentang agresi Israel di Gaza

Dilansir dari The Guardian, acara pemakaman Paus Fransikus akan dihadiri oleh 50 kepala negara dan 10 raja. Sejumlah tamu, termasuk Presiden (Amerika Serikat AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan tiba di Roma pada Jumat. Sedikitnya 130 delegasi asing lainnya juga akan hadir dalam acara tersebut.

Paus Fransiskus, yang meninggal pada usia 88 tahun, dikenal vokal menentang agresi militer Israel di Jalur Gaza. Ia secara rutin melakukan video call dengan komunitas Kristen di wilayah Palestina tersebut untuk menyampaikan doa dan solidaritas. Rutinitas itu dilakukannya hampir setiap malam, bahkan saat ia dirawat di rumah sakit pada Februari 2025.

Kematiannya pun menimbulkan luka mendalam bagi warga bagi umat Kristiani di sana.

“Selama panggilan teleponnya, dia berdoa untuk perdamaian dan ketahanan bagi kami di Gaza. Dia tidak pernah melupakan kata 'perdamaian' dalam seruannya kepada kami selama perang. Dukungannya mencakup kami semua – baik umat Kristen maupun Muslim. Dia berdoa setiap hari untuk keselamatan kami," kata Kamal Anton, salah satu pengungsi di Gaza, dilansir dari Al Jazeera.

Dalam pidato terakhirnya pada Minggu Paskah, yang disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus kembali menyerukan gencatan senjata di Gaza. Ia mengimbau pihak-pihak yang bertikai agar segera menyepakati gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu warga yang kelaparan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team