Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemimpin PKK Serukan Perdamaian dengan Turki Usai 50 Tahun Konflik  

Ilustrasi bendera Turki. (unsplash.com/Tarik Haiga)

Jakarta, IDN Times - Abdullah Ocalan, pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK), menyerukan peletakan senjata dan membubarkan diri. Pernyataan ini disampaikan melalui surat yang dibacakan oleh delegasi Partai Demokratik dan Kesetaraan (DEM) pro-Kurdi di Istanbul pada Kamis (27/2/2025).

Ocalan, yang berusia 75 tahun, kini mendekam di penjara pulau Imrali, dekat Istanbul sejak penangkapannya di Kenya pada 1999. PKK sendiri telah berperang melawan Turki selama hampir lima dekade. Awalnya kelompok ini menuntut kemerdekaan negara Kurdi, namun belakangan berubah menjadi tuntutan otonomi yang lebih besar.

Konflik antara PKK dan pemerintah Turki telah menewaskan sedikitnya 40 ribu orang. PKK juga masuk dalam daftar organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Serangan terakhir mereka terjadi pada Oktober 2024 di dekat Ankara yang menewaskan lima orang dan melukai 22 lainnya.

1. Ocalan ingin Turki-Kurdi perbaiki hubungan yang telah retak selama 200 tahun

Ocalan akan mengambil tanggung jawab historis atas seruan ini. Dia menjelaskan, PKK dibentuk saat identitas dan hak-hak Kurdi dibatasi pemerintah Turki, namun keadaan itu telah berubah.

"Hubungan Turki dan Kurdi terjalin dalam semangat kerja sama dan aliansi selama lebih dari seribu tahun, namun pecah dalam 200 tahun terakhir. Saat ini, tugas utama kami adalah membangun kembali hubungan historis yang telah  sangat rapuh ini," kata Ocalan dalam suratnya, dilansir CNN.

Seruan ini muncul setelah tawaran tak terduga dari Devlet Bahceli, sekutu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Bahceli mengundang Ocalan ke parlemen untuk menyerukan peletakan senjata.

Delegasi Partai DEM telah tiga kali mengunjungi penjara pulau Imrali sebagai bagian dari upaya perdamaian. Mereka juga bertemu dengan Selahattin Demirtas, mantan pemimpin partai DEM yang dipenjara dan melakukan pembicaraan dengan tokoh Kurdi di Irak.

2. Tanggapan terhadap seruan damai

Pemerintah Turki menanggapi seruan ini dengan hati-hati. Wakil Ketua Partai AK yang berkuasa, Efkan Ala, berharap PKK mematuhi seruan pemimpinnya. Ala menyatakan Turki akhirnya akan terbebas dari konflik panjang ini jika PKK bersedia menghentikan perlawanan dan membubarkan kelompoknya

Para analis menilai PKK telah melemah setelah satu dekade pertempuran intensif. Berkay Mandiraci dari International Crisis Group mengatakan Turki memanfaatkan kondisi ini dengan tekanan militer sambil melakukan pendekatan politik.

Beberapa komandan PKK memberikan syarat untuk seruan ini. Mereka mengatakan peletakan senjata dan pembubaran hanya akan terjadi jika Ocalan menyampaikan tuntutan setelah bebas dari penjara.

"Kami memiliki puluhan ribu pejuang bersenjata yang bergerak berdasarkan ideologi, bukan seperti pegawai yang bisa dipecat begitu saja. Ocalan harus menyampaikan ini dalam keadaan bebas agar para pejuang PKK yakin untuk meletakkan senjata," kata salah satu komandan PKK, dilansir The Guardian. 

Sementara itu, Presiden Kurdistan Irak, Nechirvan Barzani, menyambut baik pesan Ocalan. Namun, pemimpin Syrian Democratic Forces (SDF) Mazloum Abdi menyatakan bahwa seruan ini hanya berlaku untuk PKK dan tidak terkait dengan mereka di Suriah.

3. Perdamaian Turki-PKK berpotensi pengaruhi dinamika Timur Tengah

Seruan ini bisa berdampak luas di kawasan Timur Tengah, khususnya Suriah. SDF dipimpin kelompok Kurdi menguasai wilayah signifikan termasuk dua kota besar di Suriah timur. Mereka sedang bernegosiasi dengan pemerintah baru Damaskus pasca lengsernya Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Turki kerap melakukan serangan udara rutin terhadap PKK di Irak dan kelompok afiliasinya di Suriah. Konflik ini telah mempengaruhi hubungan Turki dengan negara tetangganya. SDF berharap seruan damai ini akan menghentikan serangan-serangan Turki ke wilayah mereka.

Peneliti dari Chatham House, Galip Dalay, menilai seruan damai ini bisa mengubah kondisi Timur Tengah secara besar-besaran. Hubungan Turki dengan kelompok-kelompok Kurdi di negara tetangga dinilai akan memasuki babak baru.

Proses perdamaian serupa pernah gagal pada 2013 dan berujung pada perang berdarah. Namun kondisi saat ini dinilai berbeda karena PKK telah melemah secara signifikan dan adanya perubahan dinamika regional setelah pergantian kekuasaan di Suriah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us