Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Myanmar. (pexels.com/aboodi vesakaran)

Intinya sih...

  • Gencatan senjata Myanmar diperpanjang hingga 30 April 2025 untuk mempercepat bantuan pasca gempa bumi.
  • Junta militer tetap melanjutkan operasi militer meskipun gencatan senjata telah diumumkan, termasuk serangan udara.
  • China mengirim tim ke Myanmar untuk memantau gencatan senjata dan akan terus mendorong perundingan perdamaian di Kunming.

Jakarta, IDN Times - Junta militer Myanmar telah memperpanjang gencatan senjata sementara dalam konfliknya dengan pemberontak hingga 30 April mendatang. Hal tersebut merupakan langkah untuk mempercepat upaya bantuan dan pembangunan kembali, menyusul gempa bumi dahsyat yang terjadi pada bulan lalu.

"Kepala junta, Min Aung Hlaing, memperpanjang gencatan senjata awal selama 20 hari seperti yang telah diserukan pada 2 April. Ini sebagai bentuk simpati dan pengertian terhadap warga negara yang terkena dampak gempa bumi Mandalay," kata media pemerintah negara tersebut pada Selasa (22/4/2025), dikutip dari The Straits Times.

1. Junta melakukan operasi militer di tengah gencatan senjata

Menurut PBB dan kelompok-kelompok lain, kendati gencatan senjata telah diumumkan pada awal April, namun junta militer tetap melanjutkan operasi militer di beberapa wilayah. Ini termasuk serangan udara.

Pekan lalu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang sedang memimpin blok ASEAN, mengadakan pembicaraan tingkat tinggi yang langka dengan kepala junta militer Myanmar dan kelompok perlawanan utama dalam upaya untuk menghentikan pertempuran yang sedang berlangsung dan mendukung operasi bantuan kemanusiaan.

2. Myanmar hadapi kudeta dan gempa

Pada 28 Maret 2025, Myanmar dihantam gempa berkekuatan magnitudo 7,7. Mandalay yang merupakan kota terbesar kedua di negara itu menjadi episentrum gempa. Bencana ini telah menewaskan lebih dari 3.700 orang, serta melumpuhkan infrastruktur di negara tersebut.

Sebelumnya, Myanmar telah dilanda konflik sejak kudeta militer pada 2021 yang menggulingkan pemerintah sipil terpilih yang dipimpin oleh peraih nobel Aung San Suu Kyi. Kudeta tersebut memicu gerakan protes nasional yang berkembang menjadi pemberontakan bersenjata melawan junta.

Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar (Myanmar National Democratic Alliance Army/MNDAA) yang sebagian besar terdiri dari etnis China, telah merebut kendali markas besar militer di Lashio dekat perbatasan dengan China pada tahun lalu. Tindakan tersebut sebagai bagian dari serangan pemberontak di negara itu yang telah merebut wilayah dari tangan junta.

MNDAA adalah bagian dari apa yang disebut Aliansi Tiga Persaudaraan, yakni sekumpulan tentara pemberontak yang melancarkan serangan terhadap militer pada akhir Oktober 2023. Mereka menguasai wilayah yang luas di perbatasan dengan Negeri Tirai Bambu dan menekan junta militer agar mundur.

3. China kirim tim ke Myanmar untk memantau gencatan senjata

Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/CARLOS DE SOUZA)

Baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan tim ke Myanmar untuk memantau gencatan senjata yang ditengahinya antara militer yang berkuasa dan kelompok pemberontak. 

"Kedua pihak menghargai dan berterima kasih kepada China atas peran konstruktifnya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Myanmar utara," kata Guo Jiakun, juru bicara kementerian tersebut dalam konferensi rutin pada 22 April 2025.

"Ke depannya, China akan terus mendorong perundingan perdamaian Kunming," tambahnya.

Pada Januari, Beijing melakukan pembicaraan antara junta dan MNDAA di Kunming, China. China mengatakan pihak yang bertikai telah menandatangani perjanjian formal untuk gencatan senjata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team