Polisi Tunisia Resmi Tahan Pimpinan Partai Oposisi Rached Ghannouchi

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Tunisia telah menahan pimpinan partai oposisi, Rached Ghannouchi. Selain itu, kepolisian juga menggerebek markas Partai Ennahda pada Senin (17/4/2023).
Belum jelas alasan mengapa kepolisian Tunisia menggerebek rumah Ghannouchi dan partainya baru-baru ini. Namun, sebelumnya Tunisia memang kerap menahan pihak-pihak yang telah mengkritik pemerintah.
1. Ghannouchi diperiksa atas kasus penghasutan

Pihak berwenang Tunisia telah menahan sejumlah pengkritik Presiden Kais Saied. Mantan profesor hukum sedang berada dalam kemarahan publik karena membubarkan pemerintahan.
Dia juga menangguhkan parlemen sebelum pindah ke pemerintahan melalui dekrit. Terkait kasus Ghannouchi, pejabat partai oposisi itu telah dibawa untuk diinterogasi dan rumahnya digeledah atas perintah jaksa penuntut umum yang menyelidiki "pernyataan menghasut".
Ghannouchi telah menghadapi serangkaian pemeriksaan yudisial selama setahun terakhir atas tuduhan yang berkaitan dengan keuangan Ennahda dan tuduhan itu memungkinkan warga Tunisia meninggalkan negara Afrika Utara itu dan bergabung dengan serta kelompok bersenjata lainnya setelah penguasa lama Zine El Abidine Ben Ali.
2. Ghannouchi sudah ditahan kepolisian Tunisia
Salah satu pejabat partai, Riadh Chaibi, mengatakan polisi menunjukkan surat perintah pengadilan saat menggeledah. Kepolisian juga meminta semua orang keluar dan mulai menggeledah markas partai.
Partai Ennahdha mengumumkan di Twitter bahwa Ghannouchi telah dijemput dari rumahnya setelah pencarian polisi. Partai tersebut juga “mengutuk perkembangan yang sangat berbahaya ini," dilansir Arab News.
Pengacaranya Nejib Chebbi mengatakan bahwa Ghannouchi sudah ditahan. Ghannouchi akan diinterogasi atas sebuah video yang beredar online di mana dia konon memperingatkan tentang perang saudara.
3. Sekilas tentang profil Ghannouchi
Ghannouchi merupakan salah satu pendiri dari Partai Ennahdha. Setelah belajar filsafat di Damaskus dan di Sorbonne di Paris, dia kembali ke Tunisia dan bergabung dengan Qurʾānic Preservation Society pada 1970.
Pada tahun 1981, dia membantu mengorganisir Gerakan Tendensi Islam, yang kemudian menjadi Ennahda. Pendirian partai ini mengakibatkan dirinya dipenjara. Kembalinya Ghannouchi ke Tunisia setelah lebih dari 20 tahun di pengasingan terjadi setelah revolusi memaksa Presiden Tunisia saat itu, Zine al-Abidine Ben Ali. mundurdari kekuasaan pada Januari 2011.
Pada Februari 2011 Ennahda secara resmi disahkan, membuka jalan untuk memasukkan kandidat dalam pemilihan umum. Partai itu adalah salah satu partai paling populer dan berpengaruh di Tunisia pada tahun-tahun berikutnya dan karier Ghannouchi di politik juga meningkat tajam.