Dituduh Teroris, 9 Warga Hong Kong Ditangkap

Mereka berencana serang gedung penting dan terowongan

Hong Kong, IDN Times - Sedikitnya sembilan warga Hong Kong telah ditangkap oleh otoritas kepolisian. Dalam siaran pers pada hari Selasa (6/7), kepolisian Hong Kong menjelaskan bahwa mereka dituduh merencanakan serangkaian aksi tindakan terorisme.

Dari sembilan orang yang ditangkap, usia mereka beragam, dari mulai 15 tahun sampai dengan 35 tahun. Beberapa di antara mereka ada yang masih sekolah menengah dan ada ilmuwan pegawai sebuah universitas.

1. Memiliki pembagian kerja yang baik

Sembilan orang yang diduga merencanakan aksi terorisme di Hong Kong dan ditangkap oleh pihak kepolisian, disebutkan oleh pihak yang berwajib bahwa kelompok tersebut memiliki pembagian kerja yang baik.

Melansir laman Reuters, dari sembilan orang itu, ada yang bertugas untuk meracik bahan kimia sebagai bahan utama pembuatan bom, ada yang bertugas merakit bom, dan ada anggota yang bertugas untuk melakukan survei, serta ada tim yang akan melakukan aksi.

Para tersangka menyewa sebuah kamar di asrama di distrik perbelanjaan populer bernama Tsim Sha Tsui yang ramai selama sekitar satu bulan.

Inspektur senior kepolisian Hong Kong, Steve Li, menjelaskan bahwa "mereka memiliki pembagian kerja yang baik di antara mereka yang ditangkap. Beberapa dari mereka memberikan uang. Beberapa adalah ilmuwan-yang membuat TATP di ruangan itu," katanya.

2. Bahan baku bom, 'manual operasi, dan uang tunai jadi bahan bukti 

Baca Juga: Kontrol COVID-19, Hong Kong Larang Penerbangan dari Inggris

Dalam penggerebekan yang dilakukan oleh kepolisian Hong Kong, pihak berwajib menyebut bahwa itu adalah sebuah kelompok yang bernama Returning Valiant. Mereka disebutkan mulai membuat sebuah "laboratorium" untuk membuat bahan peledak baru-baru ini.

Menurut The Guardian, dalam penggerebekan yang dilakukan, polisi menemukan "manual operasi" yang diduga berisi rencana serangan pada awal Juli. Uang tunai senilai 10.300 dolar Hong Kong atau sekitar Rp19,2 juta, serta mata uang asing senilai 1.300 dolar AS atau sekitar Rp18,8 juta juga ditemukan. Selain itu, ada juga bahan baku pembuat bom bernama triacetone triperoxide (TATP).

TATP juga dikenal sebagai "Mother of Satan", sebuah bahan peledak yang memiliki daya 80 persen lebih kuat dibandingkan dengan TNT. Bahan peledak ini pernah ditemukan dalam serangan Paris pada 2015, pengeboman Brussel pada 2016, juga ledakan di dalam negeri yakni Sidoarjo pada tahun 2018.

Steve Li menjelaskan bahwa "satu (orang) bertanggung jawab atas pengadaan bahan kimia dan bahan lain yang dibutuhkan untuk rencana tersebut, sementara sekelompok kecil orang lainnya membuat bom, menggunakan peralatan kimia. Ada juga tim survei dan tim aksi, yang bertanggung jawab untuk meletakkan bom."

Polisi menyita barang-barang tersebut dan dijadikan sebagai barang bukti. Lebih dari itu, polisi juga membekukan rekening dana 77.200 dolar AS atau sekitar Rp1,1 miliar. Rekening tersebut milik salah satu tersangka, yang diduga kuat sebagai sumber dana.

3. Gedung pengadilan dan terowongan jadi target serangan

Dalam penyelidikan yang telah dilakukan oleh kepolisian Hong Kong, mereka menemukan rencana serangan yang dilakukan oleh kelompok Returning Valiant tersebut. Menurut CNN, dua gedung pengadilan dan menargetkan beberapa dari tiga terowongan yang menghubungkan Pulau Hong Kong ke Semenanjung Kowloon menjadi target sasaran. Selain itu, beberapa infrastruktur transportasi kota yang paling penting juga jadi target.

Ada upaya yang menargetkan banyak orang dan menimbulkan kerusakan maksimal di tengah masyarakat.

Carrie Lam, Kepala Eksekutif Hong Kong memperingatkan dalam sebuah konferensi pers bahwa ada "kegiatan teroris tersembunyi di bawah tanah" dan mendesak masyarakat "untuk bergandengan tangan, untuk mengatakan tidak pada kekerasan."

"Kita seharusnya tidak mencari alasan untuk penyerang. Kekerasan adalah kekerasan," kata Lam.

Saat ini, kasus dugaan rencana aksi terorisme yang menyebabkan sembilan orang ditangkap, diselidiki oleh Divisi Keamanan Nasional Departemen Kepolisian Hong Kong. Divisi tersebut juga menyelidiki serangan pada awal bulan ini, yakni penikaman terhadap seorang petugas polisi.

Penikam tersebut adalah seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun, dan melakukan serangan kepada petugas polisi karena disebut sudah "diradikalisasi" secara politis. Lelaki itu melakukan bunuh diri setelah menikam petugas. Dalam keterangan polisi, penyerang dianggap Lone Wolf atau bekerja sendiri.

Baca Juga: Hong Kong Lakukan Reshuffle Kabinet

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya