Facebook Australia Larang Pengguna Bagikan Berita

UU Australia paksa raksasa digital bayar penerbit berita

Canberra, IDN Times – Australia membuat undang-undang yang mengharuskan raksasa teknologi seperti Alphabet Inc. dengan anak usahanya, Google, dan perusahaan media sosial Facebook, untuk membayar para penerbit berita. Hal itu telah menjadi salah satu episode perseteruan yang panas antara negara dengan perusahaan multi-nasional.

Google pernah mengancam akan menarik layanan mesin pencarinya di Australia karena undang-undang tersebut. Namun sepertinya saat ini Google mau diajak musyarawah dan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan membayar para penerbit.

Facebook masih simpang siur. Pemerintah Australia tidak akan mundur dan akan terus berjuang untuk memaksa perusahaan tersebut membayar para penerbit berita. Sementara ini, Facebook memutuskan untuk melarang para pengguna Australia menerbitkan dan membagikan berita.

1. Facebook tuduh Australia tak paham hubungan penerbit dan platform

Facebook Australia Larang Pengguna Bagikan BeritaIlustrasi Facebook. (Pexels.com/pixabay)

Dunia internet telah mengubah kebiasaan manusia dalam membaca berita. Kehadiran internet telah membuat para pengiklan juga beralih dari media konvensional ke digital. Karena itu, lahan iklan media massa konvensional menyusut secara drastis karena iklan dialihkan ke digital

Sialnya, dalam dunia internet, ada raksasa teknologi yang mendominasi yakni perusahaan seperti Google dan Facebook. Di Australia, sekitar 81 persen iklan digital dipasang di dua perusahaan tersebut. Para penerbit berita akhirnya banyak yang mengeluh.

Pemerintah Australia akhirnya membuat undang-undang yang memaksa raksasa teknologi seperti Facebook dan Google untuk sepakat membayar para penerbit ketika berita mereka tayang di platform digital itu. Tapi Facebook bersikeras dan menganggap bahwa pemerintah Australia tidak memahami relasi antara penerbit dan platformnya,

Melansir dari laman The Guardian, Will Easton yang jadi direktur pelaksana Facebook wilayah Australia dan Selandia Baru, mengatakan “UU yang diusulkan pada dasarnya salah memahami hubungan platform kami dan penerbit yang menggunakannya untuk berbagi konten berita,” tulisnya dalam pernyataan yang diposting di blog.

Dia menyatakan dengan berat hati harus membuat keputusan yang sulit bahwa Facebook tidak bisa sepakat dengan aturan baru. Dia mengatakan Facebook akan berhenti mengizinkan konten berita untuk dibagikan diplatform layanan Australia. Situs-situs berita tidak akan bisa menampilkan beritanya di Facebook setelah keputusan itu.

2. Australia berusaha untuk melanjutkan pembicaraan dengan Facebook

Facebook Australia Larang Pengguna Bagikan BeritaJosh Frydenberg. (Instagram.com/josh.frydenberg.mp)

Teknologi raksasa seperti Google dan Facebook yang telah mendominasi pendapatan iklan digital, dianggap sebagai salah satu sebab hancurnya perusahaan media. Bisnis periklanan media jauh menyusut dan tidak mampu bersaing dengan raksasa-raksasa tersebut.

Josh Frydenberg, Bendahara Australia, mengatakan dia akan melakukan “diskusi konstruktif” dengan CEO Mark Zuckenberg pada Kamis. “(Zuckenberg) mengangkat beberapa masalah yang tersisa dengan kode tawar media berita pemerintah dan kami setuju untuk melanjutkan percakapan kami untuk mencoba menemukan jalan ke depan,” katanya seperti dikutip dari kantor berita Reuters.

Menurut Facebook, outlet berita secara sukarela menautkan pranala di platform media sosial. Hal itu telah membantu banyak perusahaan media untuk menghasilkan keuntungannya. Menurut Facebook, mereka telah berhasil membantu penerbit berita Australia sebanyak 407 juta dolar AU atau setara dengan Rp4,4 triliun pada tahun 2020.

Mulai Rabu ini, para pengguna Australia tidak akan lagi bisa membaca atau berbagi konten berita di feed Facebook. Penerbit Australia juga dilarang memposting atau berbagi konten di halaman Facebook. The Guardian Australia telah mengeceknya dan mereka tidak bisa memposting konten berita mereka.

Baca Juga: Italia Denda Facebook Atas Ketidakjelasan Informasi

3. Google bersepakat dengan penerbit berita

Facebook Australia Larang Pengguna Bagikan BeritaIlustrasi Google (Pexels.com/Pixabay)

Ketika Facebook bersikukuh dengan pandangan mereka dan sepertinya tidak mau membayar dan lebih memilih melarang pengguna dan penerbit berita menerbitkan kontennya, raksasa Google memilih untuk bekerja sama. Google bersepakat dengan raksasa berita News Corp.

News Corp adalah raksasa media Australia yang memiliki dua pertiga surat kabar di Australia. Perusahaan menolak memberikan rincian jumlah kompensasi kerja samanya dengan Google. Tapi menurut para pengamat, jumlah tersebut kemungkinan sangat signifikan.

Layanan baru Google News Showchase telah membayar lebih dari 450 publikasi berita secara global sejak Oktober tahun lalu. Terbaru adalah, Google sepakat membayar grup penerbit berita yang ada di Prancis.

Melansir dari laman Associated Press, Google juga telah membuat kesepakatan dengan perusahaan Nine yang juga memiliki media berita The Sydney Morning Herald. Dalam kesepakatan tersebut, Google bersedia membayar lebih dari 30 juta dolar AU atau setara dengan Rp327 milyar untuk lima tahun ke depan. Dengan Facebook, Nine masih melakukan pembicaraan.

Minggu lalu, Google sudah mulai membayar tujuh situs web Australia yang jauh lebih kecil di bawah layanan News Showchase. Namun tidak ada rincian harga pembayaran yang diungkap ke publik.

Baca Juga: Italia Denda Facebook Atas Ketidakjelasan Informasi

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya