Guterres Akui Dunia Kecewakan Negara-Negara Berkembang

Negara berkembang jadi korban krisis multidimensi

Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menghadiri konferensi tingkat tinggi kelompok G77+China di Kuba pada Jumat (15/9/2023). Dalam kesempatan itu, dia mengatakan bahwa dunia sedang mengecewakan negara-negara berkembang. Ini karena mereka, khususnya yang berada di Global South, telah terjebak dalam jalinan krisis global.

G77 adalah sebuah kelompok negara Global South yang didirikan pada tahun 1964. Kelompok ini berupaya mengartikulasikan dan mempromosikan kepentingan ekonomi kolektif serta meningkatkan kapasitas negosiasi bersama.

Namun meski mereka telah banyak mengentaskan kelaparan pada jutaan orang, negara-negara yang berasal dari Afrika, Asia dan Amerika Latin itu masih menghadapi banyak masalah. Ini termasuk kelaparan, inflasi, bencana iklim dan utang.

Baca Juga: Rusia: Negara Berkembang Tak Lagi Ikuti Kemauan Barat 

1. Negara berkembang jadi korban krisis multidimensi

Guterres Akui Dunia Kecewakan Negara-Negara BerkembangKTT G77 di Kuba (Twitter.com/Miguel Díaz-Canel Bermúdez)

KTT G77 berlangsung di Havana, ibu kota Kuba. Pertemuan itu berlangsung selama dua hari dan berakhir pada Sabtu.

Kelompok itu mewakili 80 persen populasi dunia, tapi mengalami frustrasi atas meningkatnya perbedaan pendapat terkait perang Rusia di Ukraina, perjuangan iklim dan sistem ekonomi global.

Menurut Deutsche Welle, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel yang memimpin organisasi itu, mengatakan bahwa negara-negara berkembang adalah korban utama dari krisis multidimensi. Mereka menjadi korban dari perdangan yang tidak setara dan pemanasan global.

Guterres juga mengatakan bahwa negara-negara berkembang saat ini terperangkap dalam jalinan krisis global. Dia merujuk hal itu pada perubahan iklim dan utang luar negeri yang terus membengkak.

Baca Juga: Hadiri G77, Menlu Retno Angkat Isu Negara Berkembang

2. Dunia sedang mengecewakan negara-negara berkembang

G77 yang awalnya beranggotakan 77 negara Global South, kini telah mencakup 134 negara. Guterres dalam pidatonya di hadapan para kepala negara dan pemerintahan di acara itu, menyerukan agar dunia lebih representatif dan responsif terhadap kebutuhan negara-negara berkembang.

Namun dengan krisis multidimensi yang ada, negara berkembang belum mendapatkan bantuan yang cukup untuk keluar dari masalah.

"Sistem dan kerangka kerja global telah mengecewakan Anda. Kesimpulannya jelas: dunia sedang mengecewakan negara-negara berkembang," kata Guterres dikutip dari UN News. 

Sekjen PBB mengatakan mengandalkan kelompok tersebut yang telah lama dinilai menjadi pendukung multilateralisme. Dia ingin mengandalkan kekuatan G77 untuk maju dan berjuang.

"Memperjuangkan sistem yang berakar pada kesetaraan; memperjuangkan sistem yang siap membalikkan ketidakadilan dan pengabaian selama berabad-abad; dan memperjuangkan sistem yang memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia dan tidak hanya bagi mereka yang memiliki hak istimewa," jelasnya.

3. China tekankan prioritas kerja sama dengan Global South

Presiden Argentina Alberto Fernandez, menurut Al Jazeera, mengungkapkan kritiknya terkait situasi global saat pandemik Corona. Dia mengatakan peristiwa itu memperlihatkan ketidaksetaraan nyata dalam akses negara terhadap vaksin dan mencatat 90 persen vaksin ada di tangan 10 negara saja.

Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez mengatakan bahwa hak atas pembangunan dalam tatanan internasional semakin eksklusif, tidak adil dan menjarah.

Perdana Menteri Barbados Mia Mottley dalam pidatonya mencela blokade AS terhadap Kuba. Dia menyebut tindakan itu tidak berperasaan dan brutal.

Raksasa ekonomi China yang hadir dalam acara KTT G77 diwakili oleh pejabat tinggi Partai Komunis Li Xi. Dia mengatakan bahwa akan selalu menjadikan kerja sama dengan negara-negara Global South sebagai proritas.

Baca Juga: Indonesia, Global South, dan Dukungan untuk Negara Berkembang

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya